Mohon tunggu...
Yasir Husain
Yasir Husain Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

MALAS: Memperihatinkan Akhirnya Laju Sejarahmu

4 Mei 2022   11:09 Diperbarui: 4 Mei 2022   13:09 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay

Malas adalah sikap dan sifat yang selalu dipandang remeh. Malas seringkali tak dianggap masalah serius ketika semuanya masih berjalan baik-baik saja. Padahal, kemalasan itu adalah sebentuk watak yang akan menghimpun keburukan-keburukan lainnya. Di antaranya kesedihan, kelemahan, kepengecutan, kekikiran, utang, dan disepelekan orang-orang. Lambat laun, pemalas akan mendatangkan keburukan-keburukan tersebut dalam hidupnya.  Pemalas jangan pernah bermimpi membangun istana megah kebahagiaan. Sebab, gubuk gembira sederhana saja tak bisa ia dirikan.

Terkait sifat-sifat buruk lainnya yang akan selalu mengiringi kemalasan, Rasulullah Saw pun merangkumnya dalam satu doa. Ya, doa yang semestinya dipanjatkan setiap saat untuk menghilangkan kemalasan dan sifat-sifat lain yang seiiring dengannya. Beliau Saw berdoa,

tangkap layar pribadi
tangkap layar pribadi

Allahumma innii a'uudzu bika minal hammi wal hazan, wal 'ajezi wal kasal, wal bukhli wal jubeni, wa dhala'id daini wa ghalabatir rijaal

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, tindihan hutang dan penindasan orang." (HR Bukhari)

Selain berdoa, tentunya yang paling penting adalah beraksi nyata. Sebab segala bentuk perubahan di hidup kita, telah diserahkan oleh Allah Swt di tangan kita. Allah baru akan memberi perubahan ketika kita bergerak untuk berubah. Kita berdoa, Allah yang mengabulkan. Kita berusaha, Allah yang berikan hasilnya.

Hidup adalah perjalanan mengukir sejarah. Ketika kemalasan mendominasi hidup kita, maka jejak sejarah memperihatinkan akan terukir dari waktu ke waktu. Saat diri belum bisa beranjak dari kemalasan, maka jangan berharap akan mendapatkan nilai plus yang akan menjadi catatan istimewa dalam perjalanan kita. Ya, seberapa elok diri ini terpandang oleh mata, seberapa terhormat nama ini terdengar oleh telinga, dan seberapa menawan penampilan diri ini, tetap saja malas akan menghancurkan semuanya. Suatu hari, Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata,

"Aku melihat seorang pemuda, ia membuatku kagum. Lalu aku bertanya kepada orang-orang mengenai pekerjaannya. Mereka mengatakan bahwa ia tidak bekerja. Seketika itu pemuda tersebut jatuh martabatnya di mataku."

Penampilan menawan bahkan seketika runtuh dengan kemalasan. Sebab, pada hakikatnya kemalasan itu tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kerugian dan penyesalan. Kemalasan hanya akan memberi catatan hitam dan buruk pada setiap sejarah yang dilukiskan oleh manusia. Terutama ketika kemalasan itu terus dipelihara, bahkan telah dilestarikan sejak muda.

Kita sebenarnya masing-masing diberikan satu puncak kebahagiaan di hidup ini, di dunia ini. Tergantung kita, kapan akan merasakannya. Ada yang kemudian menghabiskannya di waktu mudanya dengan bermalas-malasan, hingga akhirnya di usia menjelang tua hingga tuanya menderita. Namun, ada pula yang benar-benar menikmatinya di hari menjelang tua dan tuanya. Siapa itu? Merekalah orang-orang yang di masa mudahnya terus berjuang dan menepiskan kemalasan, dengan mengisi hidupnya dengan kesibukan-kesibukan yang bermanfaat.

"Ingat, Allah saja yang Mahabisa melakukan segalanya tak akan mengubah hidupmu jika engkau tak mengusahakannya. Maka, jangan pernah berharap perubahan dari pertolongan seluruh makhluk-Nya, jika kamu sendiri enggan berubah."

---Yasir Husain, Penulis Buku "Hadiah Sepesial untuk Jiwa yang Gelisah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun