Mohon tunggu...
Yasir Husain
Yasir Husain Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher; Penulis Buku Nasihat Cinta dari Alam, Surga Menantimu, SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

MALAS: Memperihatinkan Akhirnya Laju Sejarahmu

4 Mei 2022   11:09 Diperbarui: 4 Mei 2022   13:09 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay

Sesungguhnya setiap manusia akan selalu berpacu dengan waktu setiap harinya. Sejatinya, hidup kita akan selalu hadir mengisi tahapan-tahapan waktu yang terus berjalan. Kemudian akan ternilai, jejak apa yang telah kita lewatkan dalam waktu-waktu tersebut. Ada yang tak peduli karena terbuai dengan waktu yang terus mereka temui sama seperti sebelumnya. Ada yang begitu berhati-hati karena sadar bahwa yang telah berlalu tak akan bisa terulang.

Mengenai waktu, Allah Swt sudah mengingatkan seluruh hamba-hamba-Nya untuk tidak menjadi orang yang merugi. Bahkan, Allah menegaskan ini dengan redaksi sumpah, demi waktu, demi masa. Hal ini tertuang jelas dalam QS. Al-Ashr sebagai berikut,

"Demi masa. sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3)

Setelah kalimat sumpah yang tertulis pada ayat ini, ayat selanjutnya adalah penegasan tentang seluruh manusia yang hakikatnya berada dalam kerugian. Artinya, tugas kita sebenarnya cuma satu, keluar dari kerugian tersebut. Bagaimana caranya? Jawabannya telah ditentukan pada ayat selanjutnya, yaitu beriman kemudian mengerjakan amal saleh, dan saling mengingatkan/mengajak dalam segala hal baik dan sabar.

Ayat ini seolah telah menghimpun seluruh aktivitas manusia, hal-hal yang harus dilakukan, segala perencanaan, dan setiap keputusan. Bahkan, Imam Syafi'i rahimahullahu mengatakan, "Seandainya Allah tidak menurunkan surat kepada makhluk-Nya, kecuali hanya surat Al-Asr, niscaya sudah mencukupi mereka."

Perintah amal saleh yang ditegaskan untuk diserukan kepada manusia agar bergerak. Melakukan aktivitas secara teratur dengan tetap mengacu pada nilai-nilai kebenaran. Mengerjakan setiap urusan yang mendekatkan diri kepada Sang Pencipta kehidupan, Allah Swt. Artinya, manusia sebenarnya hanya diperintahkan berjuang untuk melawan rasa malasnya. Bisa dikatakan, bentuk kehidupan yang akan dijalankan manusia, selalu sejalan dengan cara mereka mengatakan rasa malas. Semakin malas, semakin banyak kesulitan yang menghampiri. Namun, semakin rajin, maka kemudahan akan menyertai.

Dalam urusan berjuang melawan kemalasan ini, kita benar-benar dituntut untuk melawannya sendiri. Nafsi-nafsi, individual, dan mandiri. Adapun jika terdapat campur tangan orang lain, itu hanya sekadar bantuan yang nilai keberhasilannya tetap tergantung oleh tangan kita sendiri. Itu tandanya bahwa kesuksesan dan kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat sudah ada dalam genggaman kita masing-masing. Berhasil atau tidaknya kita meraihnya, akan ditentukan ke mana kepalan tangan ini mengumpulkan tenaganya untuk melawan rasa malas.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tiada satupun yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd: 11)

Ya, bahkan Allah Swt menegaskan lagi pada ayat di atas bahwa, tak ada keberhasilan kecuali berasal dari tangan orang yang ingin berhasil. Seandainya ada malaikat dari langit, seluruh Nabi dan Rasul, bahkan seluruh manusia dan jin bersatu untuk memberikan pertolongan, tetap tak akan berhasil kalau kita sendiri yang tak menginginkan keberhasilan. Tak akan membuahkan hasil jika kita masih saja terjajah oleh kemalasan.

Kita harus paham bahwa satu kemalasan akan menunda beberapa kebaikan yang harusnya telah tertuju ke kita. Sementara satu gerakan tekun dan konsisten akan menarik hal-hal positif untuk melekat, melangkah bersama, menghiasi hari-hari kita.

Seseorang yang membiasakan kebaikan walaupun terlihat kecil maka dia akan identik dengan kebaikan itu, dan orang akan melekatkannya pada ciri khas tersebut. Sementara seseorang yang tidak teratur kesehariannya, kebaikan yang dia dapatkan pun akan hambar karena tertutupi cap kemalasan yang telah menempel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun