Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mayoritas yang Ragu dan Cuek Langgengkan Minoritas yang Intoleran

21 Maret 2018   08:58 Diperbarui: 21 Maret 2018   09:12 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: muhsinlabib.com)

Kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat serta kebebasan beragama di negeri ini dijamin, dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 28 dan 29). Kebebasan ini idealnya menciptakan ketentraman, kenyamanan serta saling menghargai antara sesama kelompok masyarakat.

Pencantuman pasal ini tentu sudah diperhitungkan secara matang, cerdas serta bijak oleh para wakil rakyat yang bertahtah di senayan. Hal ini membuktikan kalau mayoritas rakyat Indonesia menghendaki kebebasan dimaksud.

Namun, fakta sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tak seindah konsep (pasal)  yang tertuang dalam UUD 1945 itu. Riak-riak konflik masih kerap dijumpai di negeri ini.

Kebebasan itu telah ditafsir secara sepihak dan sewenang-wenang oleh kelompok kecil tertentu yang tentu saja ingin menegaskan ideologi organisasi atau gerakannya sebagai yang paling benar sehingga kelompok yang bertentangan dengannya harus dilenyapkan.

Ada sekian banyak kasus yang terjadi yakni pembakaran rumah ibadah, penyerangan terhadap pemimpin agama, penggerudukan, intimidasi atau ancaman terhadap orang atau kelompok yang dianggap merendahkan dan menyinggung junjungannya, ceramah keagamaan untuk merendahkan kelompok lain dan masih banyak lagi kasus lain yang menunjukkan sikap intoleran terhadap orang atau kelompok lain yang berbeda.

Jujur saja, saya ragu (karena tidak suka dibilang takut) untuk menyebut siapa kelompok minoritas yang tidak sudi merawat keberagaman di negeri ini. Namun hemat saya, mayoritas masyarakat Indonesia tahu siapa kelompok kecil yang kerap melakukan tindakan intimidasi terhadap kelompok lain yang tidak sepaham dengan mereka.

Kalau pun ada yang berani mengatakan: "saya tidak tahu, atau saya tidak pernah melihat bahkan mendengar perilaku intoleran seperti yang diutarakan di atas". Saya pikir, orang itu sedang berkata bohong atau bisa jadi ia acuh tak acuh, indifferen terhadap kenyataan di sekelilingnya.

Mayoritas yang Ragu dan Indifferen

Untuk menghadapi kelompok kecil yang cenderung intoleran di atas, saya membagi dua kelompok mayoritas, yakni kelompok yang ragu-ragu (termasuk saya) dalam menentukan sikap dan kelompok yang indifferen dengan kenyataan.

Pada kelompok yang ragu, tidak ada kejelasan sikap ya atau tidak, menyetujui atau menolak perilaku intoleran. Ke-ragu-an ini memang bisanya muncul dari pertimbangan antara ya dan tidak. Dalam pertimbangan ini argumentasi untuk mengatakan ya dan tidak sama-sama kuat atau juga sama-sama lemah. Situasi ini memacuhnya untuk  mencari cara agar bisa memperkuat argumennya supaya lebih meyakinkan.

Namun, mayoritas kelompok yang ragu ini tidak pernah akan bisa mengambil sikap yang tegas. Hal  ini akan tetap memicu kelompok intoleran untuk tetap berjuang mempertahankan keyakinannya yang dinilai benar. Saya melihat kelompok yang ragu ini tampak jelas dalam diri para aparat penegak hukum (mengalah yang penting aman), para pemimpin agama (dengan konsepnya mengampuni, mengasihi musuh) serta kelompok lain yang tidak memiliki sikap tegas dan pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun