Mohon tunggu...
Yanuar Z. Arief
Yanuar Z. Arief Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Warga Kalbar, bagian dari Komunitas Masyarakat Energi Terbarukan (KOMMET)

Selanjutnya

Tutup

Nature

PLTN Bukan Solusi

9 Februari 2020   18:01 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:52 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang mengalami kerugian ribuan trilyun rupiah akibat kebocoran reaktor nuklir Fukushima ini serta biaya yang diperlukan untuk pemulihannya dan akhirnya meruntuhkan kepercayaan publik terhadap keamanan PLTN.

Saat ini hampir separuh (27 reaktor nuklir) telah ditutup secara permanen, 37 reaktor masih beroperasi, yang menyumbang sebanyak 6,2% produksi listrik, yang sebelum tragedi Fukushima, mencapai 30% dari total produksi listrik. Pada Agustus 2011, pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang untuk mensubsidi listrik dari sumber energi terbarukan.

Di Korea Selatan, menanggapi kekhawatiran publik yang meluas setelah bencana nuklir Fukushima di Jepang, risiko gempa bumi yang tinggi di Korea Selatan, dan skandal nuklir 2013 yang melibatkan penggunaan komponen palsu, pemerintah baru Presiden Moon Jae-in pada tahun 2017 telah memutuskan untuk secara bertahap penghapusan (phase out) tenaga nuklir di Korea Selatan. Tiga reaktor yang saat ini sedang dibangun akan selesai, tetapi pemerintah telah memutuskan ini akan menjadi yang terakhir dibangun, dan ketika pembangkit yang ada ditutup pada akhir 40 tahun setelah beroperasi,  akan digantikan dengan moda pembangkitan lainnya.

India walaupun memiliki PLTN, adalah salah satu negara dengan produksi energi terbesar dari sumber energi terbarukan. Pada 2019, total bauran pembangkit listrik India adalah 35% dari energi terbarukan, 55% dari batubara, 2% dari tenaga nuklir, dan sisanya 8% dari pembangkit hidro kecil dan sumber lainnya. India adalah negara pertama di dunia yang mendirikan kementerian sumber daya energi non-konvensional (Kementerian Energi Baru dan Terbarukan), pada awal 1980-an.

Dan yang paling menarik, Italia yang menjadi “sifu” BATAN dalam upaya pembangunan PLTN di Tanjung Muria, Jepara (Jawa Tengah), pada era 1970-an dan 1980-an, telah menutup total PLTN di negaranya sejak tahun 1987 melalui referendum tidak lama setelah tragedi Chernobyl yang terjadi pada tahun 1986 di Ukrania (dahulu masih wilayah Uni Sovyet).

Negara Italia ini pada 2014 menggunakan sumber energi terbarukan sebanyak 38,2%, naik lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2005 sebesar 15,4%. Produksi energi surya saja menyumbang hampir 9% dari total produksi listrik di negara ini pada tahun 2014, menjadikan Italia negara dengan kontribusi tertinggi dari energi surya di dunia.


Disamping kecelakaan/kebocoran reaktor nuklir, limbah nuklir sampai saat ini tetap menjadi sumber utama kecemasan masyarakat banyak tentang PLTN. Sebuah PLTN dengan kapasitas 1.000 MWe membutuhkan sekitar 1 metrik ton bahan bakar dan menghasilkan limbah sebanyak kira-kira 70 liter per hari. Sampai tahun 1980, AS telah menghasilkan 36 juta ton limbah dengan radiasi rendah dan 8.300 ton limbah dengan radiasi tinggi. PLTN membutuhkan suatu penanganan yang khusus. 

Limbah nuklir ini dapat bertahan hingga ribuan hingga jutaan tahun sehingg perlu penanganan dan pengamanan yang sangat teliti. Contohnya reaktor nuklir di Inggris, yang merupakan reaktor nuklir tertua (Oldburry Nuclear Power Station) yang telah ditutup tahun 2012 setelah 44 tahun beroperasi. Namun proses pembersihan keseluruhannya memerlukan waktu selama 90 tahun dan menelan biaya sebesar 954 juta poundsterling (sekitar 17,2 trilyun rupiah).

Kebutuhan energi listrik di Kalbar sekarang dan masa depan

Berdasarkan data Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2018-2027, yang menjadi pedoman (roadmap) penyediaan listrik di Indonesia, pada tahun 2018, total daya terpasang di Kalbar sebesar 742 MW, total daya mampu sebesar 622 MW, serta total beban puncak sebesar 465 MW. Jadi, untuk kondisi saat ini terdapat kelebihan daya mampu sekitar 160 MW. 

Dengan pertumbuhan penjualan energil listrik di Kalbar selama lima tahun (2012-2016) rata-rata sebesar 8,55% per tahun, maka diperkirakan beban puncak di Kalbar pada tahun 2027 adalah sebesar 1.082 MW, lebih dua kali lipat dari beban puncak saat ini. Untuk mengantisipasi keperluan daya listrik ini, PLN menindaklanjuti dengan rencana pembangunan beberapa pembangkit baru dengan total daya pembangkit adalah sebesar 1.290 MW, melebihi beban puncak pada tahun 2027 sebesar 1.082 MW. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun