Mohon tunggu...
Yanti Rahmayanti
Yanti Rahmayanti Mohon Tunggu... Guru SMP

Hobi: membaca dan menulis puisi, cerpen/carpon dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Pow Beraksi

3 April 2025   13:21 Diperbarui: 3 April 2025   13:21 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pow dan Lopi (Sumber: Dokumen Pribadi)

Cerita Anak - Penulis: Yanti thea

Tap...tap...tap...
Pow berjalan mengendap, meniti satu persatu anak tangga di depannya. Lumayan tinggi. Namun Pow tak putus asa. Tak ada kata lelah baginya. Ini harus segera dituntaskan. Suara-suara itu akan Pow cari dari mana sumbernya. Berisik! Sungguh mengganggu. Tidur Pow tak nyenyak karenanya.

Pow mengintip di balik gorden (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pow mengintip di balik gorden (Sumber: Dokumen Pribadi)
Upss!Anak tangga terakhir tergapai sudah. Pow memutar mata birunya ke segala arah. Telinga runcingnya telah terpasang dengan baik. Perlahan kakinya melangkah. Srrrttt. Gorden abu yang menjuntai di depan jendela ia singkap secara perlahan. Pow tidak mau membuat kegaduhan tambahan. Dia ingin misinya kali ini berhasil. Ya tentu, menangkap si biang keributan!

Baca juga: Mokel Bin Godin

Pow menatap tajam ke bawah sana. Di balik jendela ini kini dia sedikit menyembunyikan tubuhnya. Bulu putihnya berdiri tegak tanda kewaspadaan telah dipasang. Kepala Pow berputar. Kanan kiri tak lepas dari pengawasannya. Hah, apa itu? Sesuatu tampak mencurigakan bergerak di bawah sana.

Pagar besi tak berarti apa-apa bagi Pow (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pagar besi tak berarti apa-apa bagi Pow (Sumber: Dokumen Pribadi)
"Hop!"
Pow melompati jendela yang terbuka. Berada di teras luar di lantai atas membuatnya lebih mudah menangkap bayangan itu. Tanpa sekat yang menghalangi Pow tentunya. Hanya pagar besi yang tak berarti apa-apa. Horee! Mata tajamnya telah merekam aksi sang lawan dengan baik. Benar seperti kecurigaannya, siapa lagi kalau bukan Lopi, musuh bebuyutannya.

Tanpa pikir panjang Pow melakukan aksi heroik, melompat dari ketinggian lebih dari 2 meter. Rupanya Pow amnesia akan hal itu.

"Tuiiingggg....brukkk!"

Baca juga: Lelaki Senja

Suara hempasan tubuh Pow menimpa sebuah ember cucian di lantai bawah sana.

"Aong!" Pow menjerit mengalahkan kebisingan yang tengah diciptakan Lopi.
Lopi terpaku. Matanya tak berkedip menatap Pow yang terkapar di dalam ember dengan tubuh meringkuk.

"Miaw..," sapa Lopi penuh kasih. Tak tega hatinya melihat Pow tak berdaya. Pastilah Pow sedang menikmati tubuh dengan tulang-tulang tak berbentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun