Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terminal Pertama

28 Agustus 2019   15:34 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelombang rindu yang dulu berlomba di tepian waktu, kini hanya riak kecil. Seharusnya kau dan aku sudah sampai di terminal pertama, bisikan angin membuat kita berbelok, tanpa sadar habiskan satu dasawarsa.

Rangkaian angka menari-nari seiring dengan angin yang membelai dedaunan jambu mengumpulkan bunyi ketukan penjual keliling, lengkingan nyaring anak tetangga, dan obrolan riuh anak-anak kost. 

Sesekali hening muncul membalut sukma meraba luka yang tak lagi menganga.  Jalinan kata yang menghiasi ruang beresonansi dengan puluhan juta jiwa yang rindu berbakti, mengubur sepi, hangatkan relung yang semula bersiap membeku. 

Kau, aku, kita akan sampai di terminal pertama bersama riak rindu para pecinta kebaikan.

Bandung, 28.08.2019

Di penghujung senja 30 tahun pertama kita

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun