Mohon tunggu...
Yani Nur Syamsu
Yani Nur Syamsu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Biografometrik Nusantara

Main ketoprak adalah salah satu cita-cita saya yang belum kesampaian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembakaran Bendera HTI: Muslim Concretis dan Muslim Intuitive

30 Oktober 2018   13:58 Diperbarui: 30 Oktober 2018   14:13 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau diperhatikan tokoh-tokoh muslim Indonesia yang teramat kuat perlawanannya terhadap Ahok dan terhadap pelaku pembakaran bendera HTI adalah orang-orang yang sama, demikian juga pengikut-pengikutnya. Kecenderungan lain yang diidap oleh kaum kongkrit ini adalah mereka merasa paling tahu dengan apa yang dimaui Tuhan. Dalam kasus Ahok, orang-orang ini meyakini bahwa yang dimaksud dengan auliya dalam QS Al Maidah 51 adalah pemimpin. Oleh karenanya mereka mengharamkan orang islam memilih Ahok sebagai pemimpin/gubernur DKI. Padahal banyak ulama yang mengabarkan bahwa sebagian besar kitab menafsirkan kata auliya sebagai teman dekat/penolong dan hanya Al Qur'an terjemahan Depag RI saja yang mengartikan auliya sebagai pemimpin. Sedangkan menurut muslim intuitive memilih Ahok, begitu juga pembakaran bendera HTI, sama sekali tidak ada kaitannya dengan keislaman dan keimanan.

Peristiwa lain yang menggambarkan betapa signifikannya jumlah muslim konkretis di Republik ini antara lain adalah penyegelan beberapa tempat ibadah yang terus berulang di beberapa tempat, pengusiran warga syiah di sampang Madura, pengusiran warga Ahmadiyah  baik di NTB maupun di jawa barat, kasus ibu Meliana terkait adzan dan berbagai peristiwa intoleran lainnya.

Signifikansi itu juga diperkuat oleh hasil penelitian  Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyasar 2.273 guru sekolah dasar sampai menengah atas yang beragama Islam. 

Hasil dari survey menyatakan bahwa pemikiran intoleran dimiliki oleh 53,06 % guru.  Sikap intoleran yang selaras dengan sikap konkretis diindikasikan antara lain dengan menolak apabila tetangga non muslim mengadakan kegiatan rohani di lingkungan sekitar, tidak setuju pendirian sekolah atau tempat ibadah yang berbasis agama lain dan tidak nyaman memiliki pengawas atau kepala sekolah yang beragama bukan islam. Jumlah guru yang memiliki pemikiran dan sikap toleran adalah 32,99 % dan yang memiliki sikap sangat toleran kepada non muslim hanya 3,93 %. (Kompas, 16/10/2018).

Terkait dengan pilpres 2019, mengacu kepada berbagai peristiwa politik terbaru saat ini sepertinya tidak terlalu salah jika dinyatakan bahwa mayoritas muslim konkretis cenderung memilih paslon nomor urut 2 sedangkan mayoritas muslim intuitive cenderung memihak kepada paslon nomor urut 1. 

Kita semua berharap bahwa kedua paslon mampu mendidik dan memberi teladan kepada para pendukungnya baik yang muslim (konkretis dan intuitive) maupun yang non muslim untuk lebih mengutamakan kepentingan Negara dibandingkan kepentingan kemenangan merebut kekuasaan. 

Pemilihan presiden adalah peristiwa demokrasi yang akan terus terjadi yang mestinya menjadi momentum untuk memperkuat  keutuhan dan kerukunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun