Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ide Cemerlang: Guru Mengajar 2 Mata Pelajaran

17 Desember 2018   06:49 Diperbarui: 17 Desember 2018   06:51 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita dari jpnn.com yang memuat Menteri Pendidikan, Muhadjir menawarkan guru mengajar dua mata pelajaran (mapel) untuk menutupi kekurangan guru disambut galau dan skeptis oleh guru SMA.
Sebagai contoh, pada sebuah grup komunitas guru terlontar percakapan bahwa selain pelajaran bahasa yang dipegangnya, akan kacau jika memegang pelajaran olah raga. Pada saat harus mengajarkan berenang, dia sendiri tidak bisa berenang. Solusinya mengajarkan berenang gaya batu.

Sambutan pesimis dari para guru SMA seolah mengisyaratkan bahwa guru mengajar dua mapel akan merugikan para guru. Padahal di Indonesia sendiri jika menengok ke guru SD, mereka mengajar lebih dari dua mapel, atau istilah guyonnya guru borongan. Guru SD mengajar semua mata pelajaran. Dan jika menegok ke atas, di perguruan tinggi, para dosen mengajar lebih dari satu mata kuliah.

Di luar negeri pun, misalnya Michigan, guru mengajar dua mapel merupakan hal lazim. Misalnya seorang guru bahasa,  mengajar pula sejarah. Bagaimana jika ini diterapkan di Indonesia? Tindakan Menteri Pendidikan sangat cemerlang.

Pertama, guru sekolah menengah sering mengeluhkan kekurangan jam mengajar yang mengakibatkan tidak cairnya sertifikasi.  Dengan memegang dua mapel, kekurangan jam mengajar dapat terpenuhi.

Kedua, pada sekolah kecil di mana jumlah gurunya sedikit, maka satu guru memegang dua mapel menjadi solusi efektif untuk menutupi kekurangan guru.

Ketiga tidak sedikit guru yang mempunyai kemampuan untuk mengajar pelajaran lain, namun tidak diperkenankan dengan alasan tidak linier dan tidak memegang sertifikat pendidik untuk mata pelajaran tersebut.

Keempat, dual-sertifikat pendidik membuka lebih luas kesempatan kerja. Seorang guru tersertifikasi guru Antropolgi, cenderung kelimpungan mencari sekolah untuk dirinya bisa mengajar. Tidak semua sekolah membuka peminatan Ilmu Budaya dan Bahasa dimana Antropologi diajarkan. Jika dia memegang pula sertifikat guru Bahasa Inggris,  misalnya,  dia dengan mudah bisa mengajar di semua sekolah.  

Guru mengajar dua mapel tentu tidak serta merta bisa dilaksanakan. Guru harus memegang sertifikat pendidik untuk mata pelajaran kedua atau dual-sertifikat. Ketika guru diuji untuk mapel kedua dan tidak lulus,  dengan sendirinya tidak memiliki hak untuk mengajar mapel kedua yang dipilihnya. Mata pelajaran kedua harus dikuasai oleh guru seperti penguasaannya pada mapel kesatu. Hal ini disebabkan ketika mengajar mapel kedua, tanggung jawab guru adalah sama mulai dari membuat rencana mengajar, melaksanakan mengajar sampai menilai pembelajaran.

Guru yang memegang dua mapel harus kuliah terlebih dahulu untuk mapel kedua, dan lulus memegang ijazah mapel kedua. Ini untuk memastikan bahwa dia menguasai mata pelajaran kedua sebelum dia mengajar. Usai memiliki ijazah dilanjutkan dengan upaya pemerolehan seertifikat pendidik mapel kedua. Dengan memegang dua sertifikat, barulah seorang guru mengajar dua mapel.

Ide guru mengajar dua mapel dan memegang dual-sertifikat merupakan pemikiran yang visioner. Indonesia dengan kondisi geografis, kondisi alam yang beragam mengharuskan guru mampu mengajar lebih dari satu bidang ajaran. Aturan guru mengajar minimum 24 jam pelajaran perminggu, tidak lagi menjadi masalah. Bahkan, dengan memilki dual-sertifikat, para guru dapat bekerja seperti ASN lainnya yakni 37,5 jam per minggu tanpa harus memikirkan dirinya mengajar 24 jam pelajaran lagi. Efisiensi waktu dan kuantitas guru menolong negeri ini menjadi lebih baik dari aspek layanan pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun