Mohon tunggu...
Yandra Susanto
Yandra Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah yang mampu merubah iblis jadi malaikat, merubah maling jadi ustad

Impian tertinggi, berkumpul bersama orang tercinta di JannahNya nanti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meraih Cinta Allah di Bulan Haji

26 Mei 2023   10:02 Diperbarui: 26 Mei 2023   10:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu'alaikum, Sahabat Beriman

Di lisahkan dalam Kitab 'An-Nawadir' Karya Syekh Syiyabuddin Al Mubarak tentang seorang ulama faqih bernama Abdillah bin Mubarak yang gagal berangkat ke Baitullah tetapi mendapatkan predikat Haji Mabrur.

Ada seorang Ulama di Syiria bernama Syekh Mustafa Bin Sulaiman yang setiap tahun selalu berjihad dan berhaji. Jika Tahun ini berhaji, tahun berikutnya dia akan berjihad dijalan Allah.

Tahun itu, adalah jadwal rutinnya berangkat melaksanakan ibadah Haji. Dari Syiria beliau berangkat ke Baitullah dengan niat ikhlas Lillahi ta'ala.  Semua rangkaian ibadah Haji beliau ikuti dengan khusuk dan dalam upaya Taqarrub ilallah. Penuh rasa cinta kepada Allah dan Nabinya.

Namun sepulang beliau dari Baitullah, di tengah jalan beliau berhenti. Menambatkan untanya do sebatang kayu dan beliau tertidur dibawah pohon tersebut. Dalam tidur itu beliau bermimpi. 

Dalam mimpinya, Mustafa Bin Sulaiman melihat dua orang bercakap-cakap yang ternyata adalah dua orang malaikat. Keduanya berbicara seakan-akan memberitahu sesuatu kepada Syekh Mustafa Bin Sulaiman.


"Saudaraku, Ketahuilah! Sungguh Allah sudah memberikan Haji Mabrur kepada Hambanya yang bahkan tidak datang kebaitullah. Sementara banyak manusia datang berhaji, tetapi hajinya tertolak!"

"Subhanallah! Siapa hamba yang dimuliakan itu?"

"Dia hanya seorang penjahit sepatu di kota Damaskus!"

Sesaat kemudian, Syekh Mustafa Bin Sulaiman terbangun dari mimpinya. Dia sangat terkejut dan khawatir kalau ibadah hajinya termasuk yang tertolak dan tidak diterima Allah Azza Wajalla. Doa sangat ingin melihat, kesholehan apa yang dilakukan orang itu sehingga mendapatkan haji mabrur tanpa berhaji.

Syekh Mustafa memutar arah perjalananan menuju Damaskus. Beliau mencari pedagang dan penjahit sepatu di kota besar itu. Ternyata ada banyak sekali penjahit sepatu sehingga susah mencari siapa diantara mereka yang pantas mendapatkan predikat Haji Mabrur itu.

Berhari-hari beliau mengamati aktifitas para penjahit sepatu. Bahkan satu persatu beliau ikuti diam-diam aa saja yang mereka lakukan. Tetapi beliau masih belum menemukan sesuatu yang istimewa dari hasil penyelidikan itu.

Hingga suatu sore beliau melihat seorang penjahit sepatu yang membeli banyak sekali makanan ringan. Lalu mampir pula disebuah toko daging bakar. Setelah semua itu, penjahit itu bergegas pulang. Syekh Mustafa mengikutinya diam-diam.

Ternyata rumahnya sangat sederhana. Di halaman duduk seorang wanita hamil sambil membaca kitab suci. Disampingnya terdapat pula sebuah buku panduan melaksanakan ibadah Haji. Dada Syekh Mustafa bergemuruh dengan riang. Tapi beliau belum keluar dari tempat persembunyiannya.

Ketika sampai di hadapan sang wanita yang ternyata istri si penjahit sepatu, lelaki itu masuk dan keluar lagi dengan sepanci air panas. Dengan penuh perhatian, kaki sang istri di rendmnya dengan air hangat. Lalu memberikan daging bakar.

"Istriku, aku akan mengantarmu masuk. Anak-anak itu pasti sudah menunggu aku! Istirahatlah. Bagaimana dengan hapalanmu?"

"Suamiku! Jangan khawatir. Aku baik-baik saja.  Hapalanku juga sudah lumayan bagus. Pergilah. Sampaikan salam ku pad mereka!"

Tukang sepatu itu tersenyum dan segera pergi. Syekh Mustafa terus mengikutinya. Penjahit sepatu itu pergi kesebuah rumah lapuk dipinggir sungai. Puluhan anak-anak sedang duduk sambil mendengarkan seorang wanita tua berwajah teduh bercerita.

Melihat kedatangan penjahit sepatu itu sontak anak-anak berlari gembira. Penjahit sepatu itu membagikan masing-masing satu bingkisan kecil. Wanita tua itu mengusap matanya dan berterima kasih. Penjahit itu segera pergi setelahnya.

Syekh Mustafa menghapus air matanya. Setelah penjahit sepatu itu pergi, dia mendatangi perempuan tua itu dan bertanya kepada wanita itu, siapa lelaki yang memberikan makanan kepada mereka.

"Tuan! Dia hamba Allah yang mulia. Dia hanya seorang penjahit sepatu. Penghasilan tidak seberapa. Setelah belasan tahun mengumpulkan uang, seharusnya tahun ini dia berhaji. Tetapi, dia malah batal berhaji karena uang tabungannya di berikan untuk kami. Lihatlah bangunan yang sedang di bangun itu. Itu infaknya!"

Lalu perempuan itu bercerita.

Beberapa waktu yang lalu, mereka kehabisan bahan makanan. Beberapa hari mereka hampir tidak makan apapun. Sampai suatu hari, mereka melihat bangkai seekor sapi dibuang ke Sungai. Lalu mereka mengambilnya. Daging Bangkai sapi itu mereka bakar dan dimakan.

Saat itu datanglah penjahit sepatu, dia ingin membeli daging yang mereka bakar untuk istrinya yang hamil dan mengidam daging bakar. Tetapi wanita tua itu menolaknya.

"Tuan! Daging ini tak bisa kami jual!"

"Kenapa?" Tanya penjahit sepatu

"Daging ini halal bagi kami, tetapi haram bagi anda!" Ucap wanita tua itu.

"Kenapa bisa begitu?" 

"Demi Allah! Ini adalah bangkai seekor sapi yang ki temukan dalam sungai. Berhari-hari kami kehabisan bahan makanan. Karena lapar dan terpaksa, Allah menghalalkan daging ini untuk Ki. Tetapi bagimu daging ini haram!" Ucap wanita itu.

Kemudian dia menata Syekh Mustafa. "Begitulah! Mendengar apa yang aku sampaikan, tiba-tiba penjahit itu menangis. Dia berlari pulang dan kembali dengan menyerahkan semua tabungan hajinya untuk makanan anak-anak panti asuhan ini. Sejak itu setiap hari doa akan datang mengantarkan kami makanan. Semoga Allah selalu menjaganya dan keluarganya"

Syekh Mustafa terduduk ditanah. Wajahnya penuh air mata. Dimatanya terbayang ratusan anak-anak fakir dan yatim. Dikampuang halamannya banyak sekali yang butuh perhatian. Tetapi dia sibuk dengan amalan jihad dan Hajinya. Tidak pernah perhatikan sekelilingnya. Dia merasa malu. Sangat malu kepada Allah.

Sahabat muslim,

Ibadah haji adalah kewajiban kepada setiap yang mampu berhaji (QS. Ali Imran ayat 97). Kewajiban tetap kewajiban. Tetapi ibadah harus ada prioritas. Apa yang dilakukan penjahit sepatu bernama Abdullah bin Mubarak bulan untuk mendiskreditkan Ibadah haji tetapi di melaksanakan ibadah sesuai dengan prioritas  dan apa yang harus didahulukan. Sebagaimana kaidah fiqih mengatakan "Almu'addii Afdhalu minal qaa shiri"/ Ibadah sosial lebih utama dari ibadah individual "

Semoga kita bisa melihat kiri kanan kita, menebarkan cinta kepada sesama sebagaintanda kita mencintai Allah dengan mencintai hambanya terlebih dahulu.

Semoga bermanfaat

Billahifisabilil Haq. Assalamu'alaikum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun