Fenomena ojek online (ojol) sebagai kekuatan politik baru semakin menemukan momentumnya di Indonesia. Jika selama ini mahasiswa, partai politik, dan organisasi masyarakat sipil dianggap sebagai aktor utama dalam menggerakkan demonstrasi, kini muncul elemen baru yang tak kalah strategis: komunitas pengemudi ojek online. Kelompok ini, yang awalnya hanya dikenal sebagai penyedia transportasi informal berbasis aplikasi, kini telah berevolusi menjadi pressure group yang efektif, mampu memobilisasi massa secara cepat dan mempengaruhi agenda politik nasional. Kehadiran mereka bukan sekadar tambahan dalam dinamika protes jalanan, melainkan representasi autentik dari suara rakyat pekerja yang selama ini terpinggirkan dalam diskursus politik elit.
Demonstrasi besar pada 25-30 Agustus 2025 menjadi bukti nyata bagaimana ojol menjelma menjadi kekuatan politik baru yang tak terbendung. Dipicu oleh reformasi undang-undang yang dianggap merugikan rakyat kecil, aksi ini meletus di depan Gedung DPR/MPR dan meluas ke berbagai kota seperti Makassar, Bandung, Solo, Surabaya serta kota besar lainnya. Insiden tragis kematian Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojol yang tewas dilindas kendaraan taktis Brimob pada 28 Agustus, menjadi katalisator utama yang memicu gelombang solidaritas nasional. Affan, yang kini disebut sebagai 'martir demokrasi', bukan hanya korban kekerasan aparat, tetapi juga simbol resistensi ojol terhadap ketidakadilan ekonomi dan politik. Aksi susulan pada 29-30 Agustus melibatkan ribuan pengemudi ojol yang berdemo di depan Mako Brimob, dengan aksi solidaritas seperti pembagian minuman gratis dan pembersihan puing di Surabaya, menunjukkan kedalaman ikatan komunitas mereka. Total korban mencapai hingga tujuh jiwa, termasuk mahasiswa dan warga sipil, dengan ratusan penangkapan dan kerusuhan seperti pembakaran sepeda motor. Fenomena ini menegaskan bahwa ojol bukan lagi sekadar kelompok ekonomi informal, melainkan komunitas dengan jaringan luas, daya mobilisasi cepat, dan solidaritas kuat yang mampu mengubah narasi politik nasional dari bawah ke atas.
Keunikan ojol sebagai kekuatan politik baru terletak pada posisi strategis mereka dalam masyarakat. Pertama, mereka tersebar di seluruh lapisan masyarakat perkotaan, dengan kedekatan langsung kepada publik melalui interaksi harian sebagai pengemudi. Setiap hari, jutaan penumpang berinteraksi dengan ojol, menjadikan mereka tidak hanya penyedia jasa, tetapi juga kanal aspirasi rakyat. Kedua, teknologi digital menjadi tulang punggung yang memperkuat mobilisasi mereka. Platform seperti Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive, bersama dengan grup WhatsApp, Telegram, dan media sosial, memungkinkan koordinasi cepat dan efisien, menciptakan 'demokrasi digital' yang memungkinkan aksi lintas kota dalam waktu singkat. Ketiga, tekanan ekonomi yang mereka hadapi, seperti tarif rendah, insentif tidak pasti, dan kurangnya perlindungan sosial, membuat isu yang mereka angkat relevan dengan kebutuhan rakyat banyak, seperti upah layak dan reformasi regulasi platform. Resonansi isu ini terlihat dari dukungan luas masyarakat terhadap aksi mereka, termasuk simbol jaket hijau dan warna pink yang diadopsi dari hijab seorang ibu pendemo, yang kini menjadi lambang perlawanan.
Berbeda dengan mahasiswa yang sering membawa idealisme demokrasi abstrak, ojol menghadirkan wajah konkret dari tuntutan keadilan ekonomi yang dirasakan langsung oleh rakyat pekerja. Kolaborasi mereka dengan mahasiswa dan buruh dalam demonstrasi Agustus 2025 menciptakan kekuatan sosial, politik hybrid yang sulit dibendung, sebagaimana terlihat dari aksi lintas kota yang terkoordinasi dengan baik. Dalam konteks demokrasi, kemunculan ojol sebagai aktor politik baru menandakan semakin pluralnya kanal partisipasi rakyat. Mereka bukan hanya menggerakkan roda ekonomi kota, tetapi juga roda politik yang mampu mengubah arah kebijakan, dari jalanan langsung ke panggung nasional.
Namun, kekuatan baru ini tidak tanpa tantangan. Komunitas ojol menghadapi risiko fragmentasi akibat perbedaan platform, wilayah operasi, dan kepentingan ekonomi, yang dapat melemahkan solidaritas. Selain itu, sebagai aktor politik baru, mereka rentan dimanfaatkan oleh elit politik atau kelompok kepentingan yang bisa mengarahkan aksi untuk agenda tertentu, sehingga mengurangi independensi gerakan. Eskalasi kekerasan dalam demo, seperti pembakaran sepeda motor dan penangkapan massal, juga berpotensi merusak citra mereka sebagai kekuatan politik autentik. Untuk mengatasi ini, ojol perlu membangun mekanisme internal yang kuat, seperti kepemimpinan inklusif dan literasi politik, agar tetap menjadi representasi suara rakyat yang murni.
Respons pemerintah terhadap fenomena ini menunjukkan pengakuan atas peran ojol sebagai kekuatan politik baru. Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke keluarga Affan, undangan Wakil Presiden Gibran kepada perwakilan ojol, dan janji reformasi Polri melalui penyelidikan Divisi Propam atas insiden Brimob adalah langkah awal yang signifikan. Bantuan konkret seperti rumah subsidi untuk keluarga Affan di Cileungsi, Bogor, dan dialog dengan platform ojol menunjukkan bahwa suara mereka mulai didengar di tingkat tertinggi. Namun, langkah ini harus diikuti dengan kebijakan berkelanjutan yang mengatasi akar masalah, seperti ketidakadilan ekonomi dan regulasi platform yang lebih adil, agar ojol tidak hanya menjadi alat politik sesaat, tetapi kekuatan yang terus relevan.
Kesimpulan
Ojek online telah membuktikan diri sebagai kekuatan politik baru yang autentik, mengubah dinamika demokrasi Indonesia dari jalanan ke panggung kebijakan nasional. Dengan jaringan luas, teknologi digital, solidaritas kuat, dan relevansi isu yang mereka angkat, ojol tidak hanya melanjutkan tradisi perjuangan rakyat, tetapi juga memperkaya pluralitas demokrasi. Pemerintah harus menjadikan fenomena ini sebagai peluang untuk berdialog dan merumuskan kebijakan yang inklusif, karena mengabaikan suara ojol sama artinya dengan menutup mata terhadap denyut nadi rakyat. Ojol bukan lagi sekadar penggerak roda ekonomi, melainkan roda politik yang mampu mengarahkan masa depan Indonesia menuju keadilan sosial yang lebih nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI