Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Geriatric Millennial

Penulis komunitas. Gig worker. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ekskul Content Creator dan Mapel AI, Jembatan Sinergi Orang Tua dan Guru untuk Kompetensi Digital Anak

26 September 2025   13:59 Diperbarui: 26 September 2025   13:59 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan dan pembiasaan menjawab soal di komputer menjelang ANBK 2025 | Foto: Dokpri

Seketat apa pun orang tua melarang anaknya main HP, nyatanya Generasi Alpha, mereka yang tahun ini berusia 0-15 tahun, memang tidak bisa dipisahkan dari ponsel. Ini karena mereka lahir di zaman digital. Aplikasi seperti TikTok, YouTube, iBis Paint, dan lainnya sudah jadi bagian dari hidup mereka. 

Ekstrakurikuler content creator SDN Muntilan | Foto diolah dari dok. Dodik Yulva
Ekstrakurikuler content creator SDN Muntilan | Foto diolah dari dok. Dodik Yulva

Anak saya bahkan sudah mahir menggunakan dompet elektronik untuk transaksi di lokapasar (marketplace) dan jajan di minimarket. Tiap hari dia menyisihkan uang sakunya, lalu setelah terkumpul dia minta top-up saldo dompet elektronik ke saya.

Jadi, daripada dilarang, lebih baik diarahkan, seperti yang dilakukan sekolah dengan mengadakan eksktrakurikuler content creator.

Andaipun anak jadi sering pegang ponsel, yang penting bukan sekadar menggulir YouTube Shorts, TikTok, dan nge-game sampai lupa waktu, melainkan mendorong mereka melakukan minat dan bakatnya lewat ponsel. Mengarahkan anak untuk menggunakan teknologi sesuai kebutuhan, minat, dan bakat perlu dilakukan supaya mereka tidak terlena kemudahan teknologi. Dengan begitu mereka akan siap hadapi tantangan abad 21 yang didominasi teknologi digital.

Ekstrakurikuler content creator, dan semua ekskul di sekolah anak saya, diadakan tiap dua pekan sekali karena sumber daya tidak memungkinkan untuk diadakan sepekan sekali. Karena sesuai dengan zaman dan kesukaan Gen Alpha yang lekat dengan teknologi digital, maka content creator jadi ekskul yang paling ditunggu, terutama oleh murid perempuan.

Mengerjakan PR Pakai AI?

Waktu anak saya masih di kelas 4, wali kelasnya pernah bercerita tentang artificial intelligence (AI) dan apa saja yang bisa dilakukan oleh kecerdasan buatan ini, yang baik dan yang buruk. Sekarang, sejak tahun ajaran 2025/2026, sudah ada mata pelajaran kokurikuler AI/Coding yang menggunakan buku teks dari dinas pendidikan.

Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran di luar jam pelajaran formal (intrakurikuler), tapi tetap terintegrasi dalam kurikulum. 

Entah ada hubungannya atau tidak, murid-murid jadi sering menanyakan jawaban PR lewat Gemini AI, Meta AI, atau ChatGPT. Apa ini bikin anak jadi malas? Tidak. Jawaban yang diberikan AI sering tidak sesuai dengan konteks yang dipelajari di sekolah. Anak harus tanya lagi ke orang tuanya untuk memastikan jawaban yang mereka terima dari AI benar atau keliru.

Kekeliruan AI dalam menjawab soal paling sering terjadi pada matematika. Jawabannya benar, tapi rumusnya tidak sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Karena sering dapat jawaban yang tidak tepat dari AI, akhirnya anak saya memilih untuk kembali bertanya ke saya kalau ada pelajaran atau PR yang belum dia pahami.

Artificial intelligence adalah cabang ilmu komputer yang fokus pada pembuatan sistem yang dapat meniru pola kecerdasan dan nalar manusia. 

Namanya juga kecerdasan buatan, maka bagaimana pun canggihnya AI, mendampingi dan membimbing anak dalam belajar tetap perlu supaya mereka tidak tersesat dan salah dalam menggunakan teknologi digital. Untuk mencapai pendidikan bermutu, tidak cuma diserahkan ke guru di sekolah, orang tua juga harus membersamai anak supaya mereka siap hadapi tantangan abad 21.

Sinergi, karena Tanggungjawab di Tangan Semua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun