Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Payola dan Sajaegi, Penguasaan Tangga Lagu Berbayar di Industri Musik

17 September 2021   13:50 Diperbarui: 18 September 2021   11:13 2336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com/teamuglywolves

Payola adalah singkatan dari pay-for-play (bukan foreplay, for play), artinya label rekaman, manajemen, atau si penyanyi itu sendiri, membayar stasiun radio agar memutar musik bikinannya dengan sejumlah uang yang disepakati untuk menaikkan airplay yang nantinya mempengaruhi tangga lagu.

Laporan rollingstone.com menyebut nama Shawn Mendez, Ed Sheeran, Marshmello, Dua Lipa, dan Helsey sebagai beberapa penyanyi yang oleh manajemen mereka pernah dibuat bertengger di chart lewat payola.

Justin Bieber adalah penyanyi yang paling sering dicurigai menggunakan payola karena lagu-lagu barunya sering dapat porsi besar di banyak stasiun radio di Amerika Serikat dan Kanada.

Awal munculnya payola terjadi tahun 1950-1960 di negeri Paman Sam, berdasarkan catatan dari performingsongwriter.com.

Pada waktu itu disc jockey (DJ) memegang peranan penting di stasiun radio. Mereka yang memilih dan menyortir lagu sekaligus memainkan lagu itu untuk pendengar. Ada sekitar 250 DJ di AS pada 1950 dan jumlahnya naik jadi 5.000 seiring makin banyaknya label dan lagu baru yang ditelurkan.

Melihat posisi mereka yang amat penting, para DJ ini mulai melakukan tawar-menawar dengan label dan distributor rekaman.

Seiring makin maraknya payola, American Society of Composers, Authors and Publishers (ASCAP) mulai bersuara menentang praktik payola, didukung Billboard dan Variety.

Pada bulan November 1959, dalam sesi tertutup dan terbuka di hadapan Komite Pengawas DPR AS, 335 DJ dari seluruh negeri mengaku telah menerima lebih dari USD263.000 sebagai "biaya konsultasi." 

Phil Lind, seorang DJ di WAIT Chicago mengaku bahwa ia pernah dibayar USD22.000 hanya untuk memainkan satu rekaman. 

Dua DJ tersohor dan paling berpengaruh di AS waktu itu, Alan Freed dan Dick Clark masuk persidangan karena menerima suap dari payola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun