Payola adalah singkatan dari pay-for-play (bukan foreplay, for play), artinya label rekaman, manajemen, atau si penyanyi itu sendiri, membayar stasiun radio agar memutar musik bikinannya dengan sejumlah uang yang disepakati untuk menaikkan airplay yang nantinya mempengaruhi tangga lagu.
Laporan rollingstone.com menyebut nama Shawn Mendez, Ed Sheeran, Marshmello, Dua Lipa, dan Helsey sebagai beberapa penyanyi yang oleh manajemen mereka pernah dibuat bertengger di chart lewat payola.
Justin Bieber adalah penyanyi yang paling sering dicurigai menggunakan payola karena lagu-lagu barunya sering dapat porsi besar di banyak stasiun radio di Amerika Serikat dan Kanada.
Awal munculnya payola terjadi tahun 1950-1960 di negeri Paman Sam, berdasarkan catatan dari performingsongwriter.com.
Pada waktu itu disc jockey (DJ) memegang peranan penting di stasiun radio. Mereka yang memilih dan menyortir lagu sekaligus memainkan lagu itu untuk pendengar. Ada sekitar 250 DJ di AS pada 1950 dan jumlahnya naik jadi 5.000 seiring makin banyaknya label dan lagu baru yang ditelurkan.
Melihat posisi mereka yang amat penting, para DJ ini mulai melakukan tawar-menawar dengan label dan distributor rekaman.
Seiring makin maraknya payola, American Society of Composers, Authors and Publishers (ASCAP) mulai bersuara menentang praktik payola, didukung Billboard dan Variety.
Pada bulan November 1959, dalam sesi tertutup dan terbuka di hadapan Komite Pengawas DPR AS, 335 DJ dari seluruh negeri mengaku telah menerima lebih dari USD263.000 sebagai "biaya konsultasi."Â
Phil Lind, seorang DJ di WAIT Chicago mengaku bahwa ia pernah dibayar USD22.000 hanya untuk memainkan satu rekaman.Â
Dua DJ tersohor dan paling berpengaruh di AS waktu itu, Alan Freed dan Dick Clark masuk persidangan karena menerima suap dari payola.