Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

LINAC dan Antrean Panjang Radioterapi Pasien Kanker

9 Mei 2021   14:10 Diperbarui: 9 Mei 2021   14:39 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instalasi mesin LINAC di RSUP Sardjito. Foto: kanal YouTube Steven Neo

Apa yang membuat kanker jadi penyakit menakutkan dengan tingkat kematian tinggi?

Pertama, banyak gejala awal kanker mirip sakit ringan, menyebabkan pasien terlambat didiagnosis dan pengobatannya pun terlambat.

Kedua, kanker termasuk penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Ramuan dan daun-daunan juga belum ada yang terbukti ilmiah dapat membunuh sel kanker.

Ketiga, mesin radioterapi sebagai salah satu cara mengendalikan sel kanker, jumlahnya amat sedikit.

Di Jawa Tengah dan DIY rumah sakit yang punya instalasi kanker dengan mesin radioterapi lebih dari satu hanya RSUP Dr. Sardjito, RS Dr. Karyadi Semarang, dan RS PKU Muhammadiyah Gombong.

Enam tahun lalu mesin radioterapi di RS Sardjito hanya ada satu, maka pada waktu itu daftar antrean untuk terapi radiasi sampai satu tahun lamanya. Pasien kanker stadium lanjut (3 dan 4) belum tentu bisa bertahan sampai setahun karena sel-sel kanker terus bertambah dan merusak jaringan lain.

Saat ini RS Sardjito sudah punya dua mesin, namun antrean pasien masih super panjang dan lama. Pasien seringkali harus mengantre sampai malam untuk mendapat satu sesi terapi selama 30 menit.

Saya pernah bertemu dengan keluarga pasien yang diterapi pada pukul dua dini hari karena satu mesin radiasi sempat rusak. Pasien itu datang dari Klaten sejak pukul 10.00 WIB dan dia termasuk kelompok yang mesinnya rusak, jadi harus menunggu sehari semalam di rumah sakit.

Satu pasien kanker hanya boleh memakai mesin yang itu-itu saja, kalau tidak LINAC-2 ya LINAC-3. Kalau LINAC-2 sedang rusak, pasien harus menunggu sampai mesin itu diperbaiki. Dia tidak boleh diterapi menggunakan LINAC-3.

Kenapa? Karena pengaturan mesin sudah disesuaikan dengan kelompok pasien dimana letak sel kanker mereka berada. Kalau pasien pindah mesin, akan diperlukan pengaturan ulang pada mesin itu yang akan mengganggu terapi pasien lain yang sudah menggunakan mesin itu sedari awal.

LINAC adalah singkatan dari linear accelerator yang mengirim sinar-X atau elektron berenergi tinggi ke lokasi sel kanker dalam tubuh sehingga mematikan sel kanker itu tanpa mengganggu jaringan lain.

Harga satu mesin radioterapi dapat mencapai Rp72 miliar, jadi tidak semua rumah sakit mampu membelinya. Menurut Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Abdul Kadir, total mesin radioterapi di Indonesia per Februari 2020 berjumlah 68 unit. Mayoritas dimiliki oleh rumah sakit di pulau Jawa.

Enam puluh delapan mesin radioterapi dibandingkan dengan 396.914 orang jumlah pasien kanker di Indonesia, amatlah sedikit. 

Data dari Globocan yang dilansir kompas.com, pada 2018 angka kasus baru kanker di Indonesia ada 348.809 dan meningkat jadi 396.914 kasus pada 2020.

Menurut dokter Ericko Ekaputra, spesialis onkologi radiasi di RS Sardjito, yang Alhamdulillah bersedia menjawab kecerewetan saya ditengah-tengah kesibukannya, mesin radioterapi di RS itu harus diperbaiki oleh teknisi dari pabrik yang memproduksinya di Jerman.

Rumah sakit akan menghubungi pabrik lalu teknisi dari pabrik akan memandu staf teknik memperbaikinya.

Entah karena perjanjian atau teknologinya belum dikuasai teknisi Indonesia, pabrik tidak mengizinkan selain teknisi mereka mengutak-atik mesin tersebut.

Maka jika mesin ngadat atau malfungsi, butuh waktu minimal setengah hari untuk menunggu mesin itu berfungsi normal lagi.

Setengah hari bagi pasien kanker adalah waktu yang melelahkan sekaligus menyakitkan. Pasien kanker tidak mengonsumsi morfin saat terapi, jadi mereka harus menahan sakit selama menunggu.

Tablet morfin sebagai penghilang sakit punya efek berbeda bagi tiap pasien. Ada yang hilang sakitnya dan bisa beraktivitas seperti orang sehat, ada juga yang hilang sakitnya sekaligus hilang kesadaran seperti pecandu narkoba yang sedang nge-fly.

Karena itu morfin bagi pasien kanker hanya dikonsumsi jika benar-benar dibutuhkan, meski ada pasien yang dibolehkan menelan morfin setiap hari, tergantung pemeriksaan dokter.

Selama tiga bulan almarhumah adik ipar saya melakukan terapi radiasi, mesin LINAC-2 sudah tiga kali ngadat. Syukurlah mesin yang dia pakai adalah LINAC-3 yang belum pernah rusak, sehingga tidak perlu antre sampai dini hari.

LINAC-2 dan LINAC-3 digunakan hampir 24 jam setiap harinya karena pasien kanker di RS Sardjito amat banyak. Wajar jika mesin itu kadang tidak berfungsi normal.

Pengobatan kanker memang panjang dan berat. Tidak ada orang yang mau sakit kronis, namun sedikitnya kita bisa mencegahnya dengan pola makan dan gaya hidup sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun