Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerakan Mahasiswa 2020 dan 1998, Serupa, tapi Tak Sebanding

13 Oktober 2020   15:09 Diperbarui: 13 Oktober 2020   15:13 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan mahasiswa 1998 (kompas.com)


Membandingkan unjuk rasa mahasiswa di hari-hari belakangan ini dengan demontrasi 22 tahun lalu memanglah tidak serupa meski sama-sama menentang penguasa.

Anda yang menjadi mahasiswa di era reformasi 1998 pasti ingat bagaimana situasi mencekam di kampus Anda saat itu. 

Sejak awal sampai pertengahan Mei sebelum tiba saat Soeharto mundur pada 21 Mei 1998, banyak kampus dijaga tentara yang masuk sampai ke ruang-ruang kelas. Kaca jendela pecah, senjata terkokang, dan kendaraan berat menghadang. Anda tidak bisa kemana-mana selain diam bertahan di dalam kampus dengan keluarga menanti di rumah dengan was-was.

Saya kuliah di kampus yang pernah jadi posko Forkot (Forum Kota). Sebelumnya Forkot berposko di kampus ISTN, kemudian ke UKI. Namun dihembuskan isu bahwa terjadi kristenisasi di UKI kepada mahasiswa Forkot yang beragama Islam. Kemudian posko pindah ke kampus saya di Jakarta Selatan.

Ketika kerusuhan hebat 1998 pecah di Jakarta pada 14 Mei dan Soeharto akhirnya mundur seminggu kemudian, saya memang masih kelas 2 SMU. 

Meski demikian ketika kuliah saya banyak bergaul dengan beberapa aktivis juga salah satu pentolan Forkot, Adian Napitupulu, untuk kepentingan berita karena saya juga bekerja menjadi wartawan lepas di surat kabar harian nasional. Adian Napitupulu saat itu masih berstatus mahasiswa UKI meski umurnya memang sudah tua untuk ukuran mahasiswa.


Forkot menjadi organ mahasiswa pertama yang masuk ke gedung MPR/DPR RI pada unjuk rasa 1998 lalu. 

Yang lebih esensi, semua mahasiswa punya tujuan seragam dan didukung oleh seluruh sivitas akademika: menurunkan Soeharto.

Turunnya mahasiswa ke gedung DPR/MPR RI karena mereka sudah pada titik kulminasi akibat perlakuan rezim Soeharto. 

Banyak mahasiswa hilang tak jelas rimbanya hanya karena membicarakan Soeharto di warung kopi. Jadi bukan hanya sekedar menolak kebijakan yang mereka sendiri belum tau apa isinya.

Apakah unjuk rasa mahasiswa sekarang ini bisa dibilang sebagai pergerakan melawan pemerintah otoriter yang tidak berpihak pada rakyat kecil?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun