Memang masih banyak tantangan. Ketimpangan antar-desa masih lebar, banyak kepala desa belum melek digital, dan koordinasi antarinstansi sering tersendat. Tapi satu tahun pertama ini sudah menunjukkan arah yang jelas: desa sedang menata diri, bukan sekadar menerima bantuan.
Mungkin inilah yang membedakan Yandri dari banyak pejabat lain. Ia tak menjanjikan bulan dan bintang. Ia hanya memastikan bahwa tiap rupiah Dana Desa sampai ke sawah, bukan berhenti di meja birokrasi.
Ia memulai pembangunan dari sesuatu yang paling sederhana, yaitu disiplin administrasi dan keberanian mengubah kebiasaan lama.
Dari angka-angka yang tampak kering, seperti 97,49 persen realisasi anggaran, 33 ribu BUMDes legal, dan 28 ribu desa berdata, kita bisa membaca sesuatu yang basah: semangat baru di desa. Mungkin bukan revolusi, tapi jelas sebuah pergeseran paradigma.
Desa kini bukan lagi halaman belakang negara, melainkan dapur tempat masa depan Indonesia sedang dimasak perlahan.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI