Di Bloomberg, demikian pula CNBC hari ini (27/4), tampak abang Joe Biden ngegas. Sebagaimana tabiat partai Demokrat AS, akan benar-benar fokus pada isu-isu HAM dan environmental/climate change.
Bila tiada aral melintang, abang Joe akan mengurangi 80% emisi karbon dari jaringan listrik AS. Saat ini, 45% struktur energi AS, diisi energi kotor. Pokoknya energi kotor seperti batu bara akan dihempas, sebagai wujud Paris agreement.
Sebagaimana tabiat AS, dia akan kampanye sebisa-bisanya soal pengurangan emisi karbon. Bila perlu main paksa. Bila abang Joe benar-benar keukeuh, apa jadi?
Tabiat AS yang main paksa inilah, beberapa minggu lalu, XI Jinping tunjukkan kepala batunya di forum Boao Asia (20/4). Kata Xi Jinping, "kenapa pula semua keinginan AS harus dituruti? Amerika stop bertingkah seperti bos besar. Urus diri masing-masing !"
Indonesia termasuk pemasok batu bara terbesar dunia. Bila kampanye climate change atau emisi karbon ini sungguh-sungguh masif, lantas bagaimana nasib abang-abangku, pemain batu bara di seputaran istana? Jangan sampai mereka tekor !
Sebagai pemain batubara kelas kakap, pasar utama RI adalah Tiongkok. Makanya, kalau ada apa-apa dengan negara tirai bambu itu, harga batu bara melorot sejadi-jadinya. Pengusaha RI juga terkaing-kaing.
Oleh sebab itu, jangan sampai hubungan RI keseleo dengan Tiongkok. Sedikitpun jangan sampai. Bila terjadi, abang-abang kita yang kena batunya. Apalagi, ada juga martabak rasa batu bara, tapi adanya dimana? Ah, cukup tahu sama tahu saja.
Bagaimana pula PLN yang 70% energi pembangkit primernya dari batu bara? Akankah Indonesia akan lemot, merespon isu-isu climate change? Jangan sampai, karena berjubel sanksi akan menanti-- wujud Paris agreement.
Dalam soal EBT atau green energy, Indonesia belum apa-apa. Geraknya masih merayap seperti siput. Hingga 2020, pertumbuhan bauran energi RI masih 187 Megawatt. Pada 2020, pertumbuhan EBT di 11,51%. Target 23% bauran energi di tahun 2025 itu masih merayap. Kenapa?
Ya karena di sekitar istana adalah para pemain energi kotor. Sebutlah abang Menko maritim, abang menteri pariwisata dan ekonomi kreatif juga abang Menko ekonomi. Jadi target bauran energi 23% tahun 2025, akan berbenturan dengan tembok raksasa conflict of interest. Mentoknya di politik juga, orang yang sama juga.
Bila abang Biden berkuasa hingga 10 tahun saja, dan isu-isu climate change ini diuber dengan sungguh-sungguh, maka pengurangan emisi karbon global ini akan tercapai. Yang kepala batu akan digergaji.