Mohon tunggu...
Yakobus Asa
Yakobus Asa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Calon Imam, Kongregasi SSCC

Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis – Kuntowijoyo. saat ini masih menempuh pendidikan di uiversitas sanata darma, kampus Teologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Beda Agama

17 November 2023   04:38 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinta adalah sahabat karibku. Bisa dibilang dilahirkan dari satu rahim. Kami berpisah karena pilihan masing-masing. Kata-kata indahlah yang kami rangkum menjadi kekuatan kami untuk berpisah.

“Proses tidak mengkhianati hasil,” katanya kalah itu. Aku hanya terbayang padanya dalam sepinya malam ini. Rangkulanku, entah mampu ataupun tak sampai, selalu terbayang dalam sanubariku. Kenapa! Semuanya hampa. Aku merasa eksistensiku nihil. Tubuh dan jiwaku selalu terpisah. Ketika bayanganku kembali, kusadari kemudian. Ketika aku sadar, tempat yang kududuki basah dipenuhi genangan air. Hujah? Gumam batinku sembari berdiri mencari tempat kering di bawah pohon matoa.

Tak lama merenung, hujan semakin deras menjatuhkan air dari langit. Tak ada pilihan selain Kembali ke rumah. Secepat kilat kumelangkah, saat hujannya redah. Beberapa menit kemudian, tibalah aku di tempat seorang sahabat. Anton, namanya. Sudah lama aku mengenalnya, saat di mana mengalami suka dan duka hidup sebagai mahasiswa di tanah rantau. Namun dia telah mendapatkan tempat yang bisa menopang hidupnya.

“Tok…tok….” Pintu perlahan terbuka.

“Hei! Sudah lama menunggu? Silakan masuk,” lanjutnya memerintah, mempersilakan aku masuk.

“Belum juga, semenit kok,” jawabku.

“Oh ya, bagaimana hubungan kamu sama Sose, apa masih lanjut?

Aku tidak langsung membalas pertanyaannya. Rasanya berat untuk kuungkapkan. Memang benar, apa kata orang. Cinta itu tidak semuda membalikkan telapak tangan. Kini kusadari, kehampaan menghampiri diriku.

“Sudah Lama kutinggalkan dia, pesan itulah yang selalu kubawa. Proses demi proses kulakoni, hampa dan kosong tanpa jejak dan makna,” lanjutku setelah kusampaikan kekeringan dan kehampaan itu pada Anton,”

Dia diam beberapa saat, kepalanya menunduk memikirkan jalan keluarnya.

“ada lagi yang mau disampaikan?” Tanyanya seketika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun