Mohon tunggu...
Yadien Babuju
Yadien Babuju Mohon Tunggu... -

Belajar untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sinar dalam Gelap

3 Mei 2014   22:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cerita Bersambung

Episode pertama..

“Sudah Bu, ayo kita pulang. Meskipun kita menangis darah di sini, ucapan kita tidak akan mereka tanggapi Bu.” Ujar Rudi pada ibunya yang tengah menagis sambil meminta keadilan di kantor polisi karena semalam dirinya berusaha diperkosa oleh orang yang dia kenal. Pak Nanang, Lelaki yang dulu juga membunuh suaminya. Ibu Fatima memang cantik, dengan usianya yang masih muda, sangat banyak lelaki yang menggodanya termasuk pak Nanang. Namun tidak ada yang diterimanya. Sosok Almarhum suaminya masih menjadi idola dan pemilik cintanya hingga sekarang.

“Kita hanya rakyat kecil Bu, tidak akan ada hukum yang memperhatikan kita. Kita hanya sampah bagi mereka,sama sekali tidak ada perlindungan hukum. Hukum hanya akan berpihak pada yang berkuasa Bu, hanya pada yang kaya. Ayo kita pulang.” Lanjut Rudi sambil membangunkan ibunya yang sejak tadi menangis di teras kantor polisi.

“Kita ikhlaskan saja Bu. Akan ada pembalasan yang setimpal bagi mereka. Azab dari Sang Maha Kuasa lebih pedih dari hukum yang tidak memihak pada orang-rang kecil seperti kita.” Sambung Rudi sambil jalan menggandeng ibunya. Ibu Fatimah hanya mengangguk sambil mengusap cairah keruh di pipinya.

Sejak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu Rudi dan keluarganya kerap mendapatkan cobaan. Banyak ancaman yang hadir untuk kelurga mereka. Namun, meskipun begitu Rudi tidak pernah patah semangat. Dengan usianya yang baru menginjak bangku SMP, Rudi menjadi tulang punggung keluarganya untuk membantu ibunya menghidupi keluarga. Rudi memiliki satu adik perempuan. Ratna namanya, gadis kecil yang cantik yang tidak jauh beda dengan ibunya.

Hidup di Desa kecil tanpa seorang ayah memang bukan hal yang mudah, apalagi harus menjadi tumpuan harapan untuk membantu ibunya menafkahi keluarganya. Namun hal itu tidak membuat Rudi putus asa. Dia terus berusaha sekuat tenaga agar tetap bisa bertahan hidup dan ibu dan adinya dapat makan. Hampir tidak ada waktu bermain baginya. Berbeda dengan anak-anak pada usianya yang bahagia dengan bermain. Dia harus pintar-pintar mengatur waktunya untuk belajar, pergi sekolah dan bekerja. Bekerja apa saja yang penting menghasilkan uang atau beras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kadang dia ke sawah membantu-bantu petani sawah memanen padi atau kacang agar mendapatkan upah seadanya, kadang dia ke gunung membantu petani gunung membersihkan semak-semang di antara tanaman petani dan kadang juga dia membantu pekerjaan rumah tetangga-tetangganya, sampai menyuci baju dan piring tetangganya dengan harapan dia bisa pulang membawa beras dan dapur keluarganya bisa mengepul nantinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun