Mohon tunggu...
supriadi legino
supriadi legino Mohon Tunggu... -

Lulus Elektro ITB tahun 1974, MM UNSRI tahun 2000, MBA University of Missouri St. Louis th 2003, MA International Business th 2003,doctor of management tahun 2006. Sekarang menjadi Ketua STT PLN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

TOSS dalam Konsep Listrik Kerakyatan

22 Mei 2018   05:27 Diperbarui: 22 Mei 2018   07:01 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serial Ramadhan Knowledge Sharing Bagian I

Ramadhan Hari Pertama

TOSS dalam Skema LK sebagai produk inovasi terbuka STT PLN

(TOSS: Tempat Olah Sampah Setempat, LK: Listrik Kerakyatan)

 Inovasi Terbuka

Tradisi lama yang menganggap bahwa inovasi itu merupakan terobosan teknik dari seseorang individu genius harus ditinggalkan karena manfaat inovasi yang dihasilkan dari suatu tim akan lebih besar karena dihasilkan secara kumulatif dari para anggota tim yang memiliki kompetensi dan latar belakang yang  beragam. 

Pada inovasi tertutup, kita harus memiliki orang pandai sedangkan pada inovasi terbuka, kita harus pandai memanfaatkan orang-orang tersebut baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan kita. 

Selain itu kita juga tidak harus melakukan penemuan produk sendiri melainkan bisa memanfaatkan dan memilih hasil riset orang lain yang bernilai. Pemenang dalam konsep inovasi terbuka adalah mereka yang pandai memanfaatkan berbagai ide dari dalam dan luar organisasi, bukan yang pertama menemukan karya inovasi. Terkait dengan perguruan tinggi, Perusahaan dengan pendekatan inovasi terbuka memilih bermitra dengan perguruan tinggi untuk memperkaya pengetahuan di luar bidang yang dikuasainya.

Inisiatif Listrik Kerakyatan Sebagai Karya Inovasi Terbuka

Dalam mengembangkan iklim inovasi, STT PLN memilih untuk menerapkan konsep inovasi terbuka tanpa menutup kesempatan bagi setiap individu untuk melakukan inovasi sendiri. Hal ini sejalan dengan prinsip organisasi pembelajaran yang menyeimbangkan disiplin personal mastery dan team learning dalam kerangka berpikir secara sistim. 

Salah satu karya inovasi besar yang saat ini sedang terus diteliti dan dikembangkan adalah Inisiatif Listrik Kerakyatan sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat setempat untuk dapat menjadi pengembang listrik dengan menggunakan energi terbarukan di kampungnya sendiri. Listrik kerakyatan bukan merupakan karya inovasi berupa penemuan teknik baru yang hebat melainkan suatu karya inovasi terbuka berupa pemikiran untuk mengintegrasikan berbagai inovasi terkait yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak di luar kampus STT PLN.

Sekolah Tinggi Teknik PLN telah menjadikan Listrik Kerakyatan (LK) sebagai tema sentral penelitian dan pengabdian pada masyarakat. LK  sudah melalui tahapan kajian dan uji coba dalam skala kecil dan dapat dikembangkan lebih luas dan lebih mendalam dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu terkait. 

Apabila penelitian dan uji-coba LK ini yang multi disiplin ini dilakukan secara simultan dan gotong-royong oleh sebanyak mungkin perguruan tinggi di Indonesia, maka Indonesia akan mampu untuk meningkatkan produktifitas penelitian yang dituliskan dalam berbagai artikel untuk journal ilmiah dalam waktu yang relatif singkat dari target yang ditentukan oleh pemerintah. 

Inisiatif LK merupakan inovasi gagasan dalam penerapan konsep tripple helix  yaitu suatu pendekatan yang mengutamakan keselarasan ABG (Academic-Business-Government ) dalam penerapan Tri Darma Perguruan Tinggi. STT-PLN memillih pendekatan tersebut untuk mengurangi kesenjangan antara kesiapan lulusan dalam bekerja dan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri dan pemerintahan, khususnya bidang energi dan ketenaga listrikan.

TOSS dalam Skema LK sebagai produk inovasi terbuka STT PLN

Listrik Kerakyatan adalah model penyediaan dan pengembangan energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit listrik skala kecil dari energi bersih yang tersedia di sekitar komunitas  sehingga dapat dibangun sendiri secara bergotong-royong oleh berbagai kelompok masyarakat di tingkat kelurahan di seluruh tanah air.

Gagasan Listrik Kerakyatan timbul oleh kenyataan bahwa pemerintah sudah dan akan membangun puluhan ribu MW pembangkit listrik raksasa, namun sampai saat ini kepemilikan dan para pelaku IPP (Independent Power Producer) masih didominasi oleh sekelompok investor raksasa sehingga keuntungan besar  yang mengalir dari konsumen listrik selama puluhan tahun hanya dinikmati oleh segelintir pemodal raksasa. 

Untuk menyeimbangkan ketimpangan tersebut, sudah saatnya masyarakat setempat mendapat kesempatan untuk memiliki sebagian porsi dari IPP tersebut melalui model kelistrikan skala kecil tapi tersebar yang disebut Listrik kerakyatan (LK). 

Ketimpangan lainnya adalah eksploitasi energi fosil yang tidak terkendali sehingga bauran energi pembangkit tenaga listrik masih didominasi oleh energi fosil (minyak, gas, dan batubara) yang cadangannya semakin menipis sementara energi terbarukan seperti matahari, angin, dan biogas/sampah  yang tersedia gratis masih belum banyak dimanfaatkan.

Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)

Salah satu turunan dari program unggulan "Listrik Kerakyatan," STT PLN telah berhasil melahirkan suatu inovasi gagasan untuk memberdayakan masyarakat setempat untuk menjadi pemilik sekaligus pengelola pembangkit listrik skala kecil dengan memanfaatkan sampah domestik. Produk dari Gagasan ini disebut Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang telah melalui tahapan uji coba di kelurahan Pondok Kopi, Duri Kosambi, dan saat ini sedang diimplementasikan di Kabupaten Klungkung. 

Model TOSS melengkapi model Bank Sampah yang sudah berhasil dan banyak dipraktekkan oleh kalangan masyarakat peduli sampah, tetapi TOSS menawarkan kemudahan dan keunggulan. 

Berbeda dengan proses olah sampah pada umumnya, TOSS tidak memerlukan pemilahan awal dan TOSS lebih unggul daya manfaatnya karena produknya berupa bahan bakar briket atau pelet yang lebih mudah dijual atau dimanfaatkan sendiri dibandingkan produk lain seperti kerajinan barang bekas atau pupuk

RKS HARI KEDUA 

Fakta pembangunan ketenaga listrikan

Hampir semua proyek listrik raksasa termasuk ambisi 35 ribu MW mengalami keterlambatan Proyek listrik skala besar membutuhkan modal besar sehingga sering tergantung kepada pendanaan dari luar negeri yang memiliki prosedur dan persyaratan yang juga memakan waktu yang lama dan sayangnya hanya dijalankan dengan modal perintah saja tanpa didukung oleh perencanaan dan persiapan yang cerma. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengusulkan alternatif penggunaan pembangkit listrik skala kecil dalam jumlah banyak dan tersebar dalam melistriki negeri ini sebagai bentuk pemberdayaan seluruh potensi rakyat setempat secara gotong royong.

 

Saatnya melirik skala kecil dengan memberdayakan rakyat 

Walaupun sistim ketenagalistrikan skala besar lebih ekonomis  dan secara teknik lebih andal, tetapi pembangunannya sering terlambat yang nilai kerugiannya bisa menganulir keuntungan ekonomisnya. 

Di lain pihak  sistim skala kecil memiliki fleksibilitas tinggi karena tidak memerlukan lahan luas sehingga bisa diletakkan pada lokasi tersebar. Selain itu pembangkit kecil tidak membutuhkan modal besar sehingga membuka peluang usaha bagi pengusaha lokal untuk mengimbangi dominasi pemilik modal kuat yang selama ini menguasai bisnis ketenaga listrikan.

 Pembangkit yang dimaksud dirancang dengan menggunakan energi bersih sehingga dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi carbon dan gas methan yang merusak ozon. 

Dengan adanya opsi pilihan ini, pemerintah dan PT PLN (Persero) dapat memfokuskan perhatian pada pembangkit skala besar untuk melayani kebutuhan industri. Sedangkan untuk melayani rakyat dan konsumen kecil yang sulit terjangkau oleh jaringan PLN, pengembangannya bisa diserahkan kepada pemerintah daerah dan UMKM setempat dengan cara  gotong royong.

Listrik Kerakyatan sebagai opsi pembangkit skala kecil tersebar

STT PLN tengah mengembangkan model listrik kerakyatan (LK) yang merupakan sistim hibrida pembangkit kecil dengan teknologi sederhana yang menggunakan energi matahari, sampah, dan energi angin. LK mengadopsi konsep pembangkit tersebar ( distributed generation) yang memungkinkan pembangkit listrik bisa dipasang sebanyak mungkin di sekitar konsumen. LK juga tidak memerlukan tambahan jaringan transmisi yang mahal.  Salah satu  jenis unggulan listrik kerakyatan adalah mengubah sampah menjadi energi dengan konsep TOSS (tempat olah sampah setempat) untuk mengolah sampah tanpa dipilah menjadi briket untuk bahan bakar kompor atau pembangkit listrik dengan peralatan yang bisa dibuat di dalam negeri.

TOSS selain menghasilkan energi sekaligus juga bisa mengatasi permasalahan sampah perkotaan. Berdasarkan uji coba yang dilakukan STT PLN, biaya investasi, satu paket TOSS LK dengan kapasitas olah sampah 3 ton per hari adalah sekitar 600 juta sampai 700 juta rupiah. Paket tersebut bisa dibuat pembangkit listrik dengan kapasitas sekitar 30 kW yang mampu menghasilkan 600 kWh per hari. Dengan membangun 3000 unit LK di 1000 desa yang kapasitas per unitnya hanya 30 kW, sama dengan membangun satu unit 100 MW. Apabila LK diterapkan bersama secara gotong royong di 70 ribu desa di Indonesia, dalam waktu satu tahun jumlahnya bisa lebih dari 7000 MW. Angka yang cukup besar untuk kontribusi pencapaian sasaran 23%  energi terbarukan sebelum tahun 2025.

 

Peranan dan potensi UMKM dalam meringankan beban pemerintah

Modal yang dibutuhkan untuk satu unit LK  berkisar antara 500 juta sampai dengan 1,5 milyar rupiah, sehingga termasuk kategori usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Potensi pendapatan bisa didapat dari jasa olah sampah, penjualan briket, dan penjualan sampah berharga seperti botol plastik.  Dengan memanfaatkan instrumen bantuan dana desa untuk subsidi modal dan kredit murah, UMKM juga bisa menjual listrik kepada PLN dengan harga dibawah biaya pokok produksi PLN sesuai aturan Permen 050 tahun 2017. Dengan subsidi modal sekitar 50% dan fasilitas bunga kredit 7%, UMKM masih bisa meraih tingkat keuntungan (IRR) diatas 15%  dengan waktu pulang pokok paling lama 4 tahun. Satu unit LK bisa menghasilkan sekitar 1 ton briket per hari yang bisa digunakan sebagai substitusi gas elpiji dan membangkitkan tenaga listrik 600 kWh atau setara dengan penghematan 120 liter BBM per hari. Apabila seluruh desa yang berjumlah sekitar 70 ribu membangun 1 unit LK untuk 3 ton sampah,  maka sekitar 210 ribu ton sampah setiap hari bisa dikonversi menjadi energi dan setiap tahun bisa dihemat sekitar lima juta ton BBM atau dibangun minimal 1400 MW pembangkit energi terbarukan.

Allah seringkali menginspirasi kita dengan memberikan contoh-contoh dzat dan makhluk yang kecil seperti semut, laba-laba. Artinya kita tidak boleh mengabaikan adanya potensi dan kekuatan dari yang kecil, seperti halnya kemenangan David atas Goliath

Selamat menikmati buka puasa dan indahnya ibadah shalat tarawih

RKS HARI KETIGA

TOSS: Menyulap sampah menjadi berkah dengan memberdayakan rakyat

Nara sumber: Sonny Djatnika Sundadjaja

Berhenti berbuat dzalim

Menyembunyikan sampah dengan memasukan ke dalam kantong plastik lalu membuang dan membiarkan sampah tersebut bau membusuk di tempat lain adalah perbuatan dzalim. 

Hal ini perlu dihentikan dan ternyata sudah dilakukan oleh masyarakat RW 10 Pondok Kopi Jakarta timur yang dimotori oleh bapak Djoko Paryoto dan pak Jurlian. Mereka telah memiliki model olah sampah dengan sistim ember tertutup untuk memisahkan  sisa makanan dan sampah organik lainnya yang bakal membusuk. Sampah dari ember tersebut kemudian diangkut oleh petugas untuk dimasukkan ke dalam tangki digester yang bisa menghasilkan gas sampah untuk memasak serta pupuk cair organik. 

Hal inilah yang menginspirasi ide Listrik Kerakyatan yang dimulai dengan memanfaatkan gas sampah tersebut untuk menjadi bahan bakar genset pembangkit listrik. Proses tersebut berhasil untuk menghilangkan bau sampah, tetapi masih meninggalkan lebih dari 80 persen volume sampah lainnya termasuk kertas, daun, ranting, plastik yang tidak bisa diproses dengan sistim digester.

Allah menjawab permintaan kami setelah saya teringat pada cerita seorang sahabat yang telah lebih dari 8 tahun melakukan penelitian dan eksperimen untuk mengubah sampah menjadi energi, namanya kang Sonny Djatnika Sundadjaya. 

Dia bercerita bahwa hasil penemuannya sudah dicoba ditawarkan ke berbagai institusi terkait termasuk diusulkan sebagai program karya alumni ITB angkatan kita yaitu 1974, tetapi tak ada satupun yang tertarik karena dianggap kurang "sexy." 

Saya meminta kang Sonny untuk memaparkan model tersebut di kalangan dosen STT PLN, dan hasil penelitian dan percobaan selama lebih dari 8 tahun tersebut ternyata cocok sekali untuk mengolah sampah menjadi briket untuk pengganti bahan bakar. 

Model tersebut diselaraskan dengan konsep Listrik Kerakyatan yang menekankan pemberdayaan masyarakat setempat sehingga diberi nama tempat olah sampah setempat (TOSS)  Energi yang dihasilkan dari briket tersebut bisa seratus kali lipat dari energi dari gas sampah yang  diproduksi oleh digester. Sudah banyak kelompok masyarakat yang berinisiatif untuk mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang sampah. 

Salah satu usaha yang paling tertata adalah model bank sampah yang dapat menciptakan hasil berupa uang dari berbagai usaha  mulai dari pupuk kompos, kerajinan tangan, biji plastik, sampai gas untuk masak. 

Namun berbagai usaha tersebut masih meninggalkan masalah karena produk akhir seperti pupuk akhirnya menumpuk juga karena tidak begitu lancar pengguna dan peminatnya. TOSS lebih menarik dibandingkan dengan cara yang umum karena tidak diperlukan adanya proses pemilahan di awal yang merepotkan. TOSS juga lebih unggul karena produk akhirnya berupa bahan bakar yang tingkat penggunaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan pupuk apalagi kerajinan tangan daur ulang.

Setidaknya ada 5 (enam) dasar pemikiran dari program TOSS

  • Tidak diperlukan lagi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang mengotori lingkungan masyarakan sekitar dan menimbulkan polusi udara dan kemacetan yang disebabkan oleh truk sampah yang mondar mandir di jalanan.. 
  • TOSS memberikan alternatif usaha ekonomi kreatif yang bisa dijalankan oleh masyarakat setempat dengan dengan mengalihkan dana pengelolaan sampah dari pemerintah untuk menjadi pemasukan bagi pengusaha sampah rakyat setempat.

Memberikan alternatif solusi untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik dengan teknologi sederhana sehingga mudah dikelola oleh penduduk setempat dengan metode pembangkit skala kecil tersebar (distributed generation).

TOSS bisa membangun kemandirian energi dan ketahanan energi nasional karena sepenuhnya menggunakan peralatan dalam negeeri dengan memberdayakan penduduk setempat

  • TOSS menjadi sumber penelitian dan uji coba  di perguruan tinggi untuk berbagai disiplin ilmu untuk menjadikan sampah sebagai bahan baku utama untuk produk yang bernilai tambah lebih tinggi, baik sebagai bahan bakar maupun bahan bangunan

Pada uji coba awal di Pondok Kopi dan kampus STT PLN Duri Kosambi, TOSS masih merupakan gabungan sistim digester untuk sisa makanan dan sampah yang bisa membusuk dan sistim briketisasi untuk sisa sampah lainnya. Tetapi pada pilot project di Klungkung, TOSS bisa disederhanakan menjadi hanya satu jenis proses yaitu mengubah sampah menjadi pelet bahan bakar sebagai berikut:

  • Sampah campuran langsung dimasukkan ke dalam bak bambu uura 2mx1mx1m , setelah botol aqua dan sampah berharga lainnya diambil untuk dijual.
  • Sampah dalam bak bambu tersebut disiram dengan ragi "ATOSS" hasil karya kang Sonny Sundadjaya agar terjadi proses peuyeumisasi
  • Sampah berikutnya dimasukkan lapis demi lapis dengan proses yang sama sampai bak penuh lalu ditutup dengan terpal plastik, dengan volume sekitar satu ton sampah.
  • Setelah satu hari bakteri ATOSS akan bekerja dan sampah akan menjadi panas yang perlu dimonitor agar suhunya tidak lebih dari 60 derajat Celsius agar bakteri tidak mati
  • Umumnya sampah yang telah dipeuyeum akan hilang baunya setelah tiga hari, tetapi kita biarkan sampai 10 hari, sehingga diperlukan 10 bak bambu untuk TOSS dengan volume 1 sampai 3 ton per hari.
  • Setelah kering dan volume sampah menyusut sekitar sepertiganya, peuyeum sampah tersebut siap dicacah lalu dicetak menjadi pelet
  • Pelet tersebut ditampung pada keranjang untuk digunakan sebahai bahan bakar kompor atau bahan bakar  pembangkit tenaga listrik.

Pembangkit listrik  TOSS secara konsep bisa dibangun dimana saja  dan teknologinya yang sederhana memungkinkan untuk dikelola oleh tenaga kerja setempat.  TOSS dapat memberikan solusi atas masalah pembuangan sampah dan mengurangi transportasi sampah ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). TOSS yang berskala kecil memiliki keuntungkan dibandingkan dengan pembangkit listrik skala besar dari sisi penyediaan lahan karena lahan yang diperlukan per paket relatif kecil dan  bersifat swadaya di tingkat kelurahan..

Allah tidak akan menciptakan sesuatu yang sia-sia termasuk makhluk yang sangat kecil seperti bakteri, dan menurut kang Sonny, model TOSS ini didasari oleh ayat dalam Kitab Allah yang menegaskan bahwa Allah menciptakan berbagai tumbuh-tumbuhan atau dzat hayati sebagai sumber api bagi manusia... dan  saya teringat ketika di Sumatera Barat bahwa api itu artinya listrik. Insya Allah TOSS dalam skema Listrik Kerakyatan bisa memberikan jawaban bagi pemenuhan energi bagi insan di dunia

Selamat menjalankan shalat Tarawih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun