Mohon tunggu...
Yudi Yudi
Yudi Yudi Mohon Tunggu... -

Do not worry about your difficulties in Mathematics. I can assure you mine are still greater (Albert Einstein)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Daripada Marah-marah, Mendingan Baca yang Satu Ini

29 Juli 2010   11:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Terkait biaya sumbangan pendidikan, ternyata antara rakyat (orang tua murid), pemerintah, dan pihak sekolah, mereka punya suara masing-masing yang tidak saling mendukung satu sama lain. Berikut ini penulis tampilkan potongan suara-suara tersebut:

Apa kata rakyat mengenai biaya pendidikan di sekolah negeri? Ini diantaranya yang bisa dikutip:

1. Ah kaya kagak tahu aja, sekolah gratis yang didengungkan para caleg kan banyak bohongnya, itu membuktikan bahwa banyak ucap-ucapan pejabat adalah menipu, demi kedudukan. KTP gratis tapi bayar uang administrasi, Tabung gas LPG gratis tapi masih bayar uang lelah dan uang rokok. Apalagi pendidikan gratis, memang masuk sekolah gratis, tapi uang gedung, uang pangkal, uang buku, uang seragam dan uang-uang lain harus bayar. malah jumlahnya cukup mahal. jadi sekarang apanya yang gratis, SPP sekolah gratis tapi ada kursus wajib dari guru dan setiap pelajaran dipungut biaya minimal Rp.50,000. tiga pelajaran Rp.150,000. ?. bikin mumet kepala dah.

Kutipan diatas diambil dari kolom komentar atas sebuah tulisan di website INDOSIAR http://www.indosiar.com/fokus/81232/sekolah-negeri-tetap-berbiaya-mahal

2. "Kenapa peralatan tulis menulis untuk guru mengajar di kelas harus disediakan oleh orangtua / wali murid? Kok bisa-bisanya sang guru mengatakan bahwa sekolah hanya menyediakan satu buah spidol saja, yang tentunya tidak tahan dipakai selama setahun. Bahkan lebih menyedihkan lagi adalah saat sang guru men"demonstrasikan" kekurangan sekolah dalam menyediakan alat penghapus papan tulis, dia menghapus menggunakan topi seragam sekolah dari salah satu murid." Demikian kata mamanya Dava, salah satu orangtua dari murid sekolah dasar negeri.

3. Seorang pensiunan, dalam catatan hariannya di http://www.sumintar.com/mahalnya-biaya-pendidikan-anggaran-20-persen-untuk-apa.html mengatakan seperti ini: Saya bukan pendidik dan juga bukan pegawai negeri, tapi saya sebagai orang awam bertanya? Katanya anggaran pendidikan 20% dari APBN, kalau APBN 1000T = maka nggaran pendidikan 200 T (30 x dana century kekeke). Terus dana sebesar itu dipakai untuk apa yah? Sementara biaya pendidikan semakin mahal saja. Ini hanya curhat saja, sebagai orang tua, saya akan berupaya mencarikan duit / uang untuk biaya pendidikan anak.


4. Penulis sendiri baru pagi ini menerima keluhan dari ibu-ibu orang tua murid, diantaranya dikatakan demikian: "tadi kata ibu-ibu yang lain, saat membayar sumbangan bulanan untuk ekskul dan komputer yang besarnya Rp.15.000,-, petugas sekolah juga meminta agar kolom sumbangan sukarelanya juga harus diisi?" "Loh katanya sukarela, kok diharuskan nyumbang?"

----

Aparat Pemerintah / Aparat Pendidikan sendiri suaranya seperti apa?:

1. Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Agus Enaf, saat dikonfirmasi menyatakan, sudah ada surat edaran Walikota Bekasi, Mochtar Mohamad yang melarang adanya pungutan apapun oleh pengelola sekolah negeri. Hanya saja, Agus mengaku tidak hafal nomor surat edaran maupun detail penjelasannya. Aturannya masih sama seperti dulu. Tidak boleh ada pungutan uang gedung. Kalau untuk uang seragam dan buku masih bisa dikelola sekolah. Tapi kalau ada pungutan uang gedung, itu jelas dilarang," tandasnya. (Dikutip dari http://bataviase.co.id/node/289728)

2. Namun, lanjut Mendiknas, sumbangan tidak sama dengan pungutan. "Kalau sekolah melakukan pungutan kepada peserta didik atau orang tua murid, itu dilarang. Tapi, kalau menerima sumbangan dari siapa pun, boleh saja. Saya tidak mengharamkan sekolah menerima sumbangan," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun