BK: Algoritma Big Data adalah ulasan yang ditulis Dahlan Iskan tentang pemilu di AS yang memenangkan Trump atas Hillary. Sekarang ini yang sangt berbahaya memang ideologi yang cair dan pragmatis, yang kemudian bisa gonta ganti baju tapi mobilisasi populismenya bisa terjadi secara identik meski spektrum ideologinya bisa berbeda dari ekstrem kiri sampai kanan. Â
Jadi ideologi kiri leftist yang sangat anti neilib di AS dan Eropa yang kadang kadang membingungkan karena tidak jelas mau berjuang untuk siapa, sebab ab strak sekali. Ideologi populis kiri itu di Eropa dan AS memang masi hkuat sebagai wadah pembela buruh, LSM, mengimbangi korporasi bisnis.  Tapi di kelompok kanan juga terjadi mobiklisasi oleh Trump melawan arus kontra peradaban yang diidentifikasi sebagai imigran dari peradaban lain yang mengancam eksistensi survivalnya peradaban Barat pra era koflik peradaban. Trump menang dari populisme kanan.  Nah kemenangan pilkada DKI 2017 merupakan analogi kemenangan Trump  ini yang sangat mengkawatirkan bila populisme kanan model Trump diterapkan di pilpres 2018.Â
Tidak ada jalan lain bagi Presiden Jokowi bahwa dia harus  memberdayakan partai dan relavan pendukungnya untuk jadi Macron 2..0 mengulangi kisah sukses Macron yang berhasil membendung kemenangan Trump 2.0 di Prancis yang waktu itu sudah sangat meroket kapabilitasnya dibawah pimpin Marie Le Pen, putri pendiri partai kanan Prancis Le Pen.  Di Indonesia, koalisi kanan agama dan ambisi militerisme untuk terus menikmati kekuasaan bisa terkonsilidasi pada koalisi Prabowo Anies atau Anies Gatot  melawan petahana Jokowi -siapa saja.Â
Algoritma Big Data yang dikawatirkan Dahlan Iskan memang bisa terjadi bila segala macam ketidakpuasan ekoomi, sosial, politik dan SARA, diaduk jadi satu dalam adonan kental model populisme kanan Trumpisme. Masalah utama Jokowi adalah bagaimana mendeliver kinerja ekonomi sambil tetap memelihara kohesi sosial masyarakat modern meritokratis sekuler dari ancaman jatuhnya negara ditangan konservatisme populisme kanan berbasis otoritarian religi.
CW: Waduh terlalu ideologis teoretis itu pak. Apa resep untuk barisan relawan generasi milenial memenangkan Jokowi 2.0?
BK: Mestinya relasi Jokowi MBS harus dimanfaatkan untuk mencegah Trumpisme syariah  mengambil alih Merdeka Utara.  Jeddah sudah membuka casino dan kerjasama ekonomi Saudi Israel sudah dilaksanakan seccara terbuka formal dan bermartabat diplomasi bilateral normal. Sebetulnya tidak ada alasan lagi untuk tetap bersikap defensif terhadap gejala Trumpisme populisme kanan otoritarian religi,  Indonesia ini perlu Meritokrat yang mampu melanjutkan pembangunan ekonomi secara konsisten agar kita mentas dari the middle income trap.  Partai pendukung Jokowi 2.0 harua jadi Macron 2.0 kalau tidak mau digilas oleh Trump 2.0 di Indonesia.Â
Bersih dan profesional. Deliver dan berkinerja serta menghargai rakyat sebagai mitra kelas menengah , bukan hanya jadi " pendukung yang diperalat" . Warga pembayar pajak yang taat dan berkontribusi seharusnya menjadi tulang punggung partai Macron 2.0 Coba di tanya anggota partai dan caleg itu sudah bayar pajak berapa . Â Yang membayar pajak tidak perlu malu dan takut mengumumkan dan mengklaim bahwa negara ini dibeayai oleh pembayar pajak yang taat. Â Jangan sampai demagog malah menguasai negara dan memperlaikukan kelas menengah sebagai sapi perah dan ekonomi terhambat karena tidak ada arus investasi dalam persaingan glkobal yang semakin ketat menawarkan persyaratan yang business friendly.Â
CW: Mirip dengan trobosan bapak Deklarasi Ekonomi 1963 yang batal karena politicking PKI vs TNI.
BK: Ya kiita sesuaikan dengan tantangan zaman sekarang ini zaman populisme kanan harus direspond dengan tepat seperti Macron kalau tidka mau seluruh dunia dikuasai oleh populisme kanan Trump dan derivativenya di Indonesia. Sampai ketemu Senin 9 April. .Â
Â