[caption id="attachment_196294" align="aligncenter" width="620" caption="Menteri Kesehatan - Nafsiah Mboi (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)"][/caption]
Kampanye gubernur biasa, kampanye presiden cukup menyita, dan kampanye menkes yang satu ini luar biasa.
Kamis, 14 Juni 2012, ibu Nafsiah Mboi resmi dilantik menjadi Menteri Kesehatan menggantikan almarhumah ibu Endang Rahayu Sedyaningsih. Baru saja menjabat, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi sudah bikin heboh masyarakat Indonesia. Ia menyatakan akan melakukan gebrakan untuk memberantas AIDS, yakni memberikan kemudahan akses kondom bagi remaja. Solusikah? Atau hanya menambah deretan sejumlah permasalahan bangsa? Berikut beberapa pendapat yang ingin saya utarakan.
Ketika Jumpa Pers, Menkes yang baru ini disindir wartawan mengenai permasalahan HIV/AIDS yang telah menjadi isu yang akrab ditangani selama beberapa tahun terakhir, Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini berharap dapat melakukan gebrakan yaitu mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom. “Kita berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja. Dalam Undang-Undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun kami menganalisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan. Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN,” kata Menkes.
Menkes melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Ia menegaskan, Undang-Undang perlindungan anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU Perlindungan Anak. Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan.
Tentu saja hal ini mungkin akan mendapat pertentangan dari kelompok-kelompok tertentu yang menganggap pemberian kondom kepada remaja dapat memicu seks bebas. Tapi Menkes berpendapat, jika pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi sudah cukup baik, tidak perlu ada kekhawatiran idenya ini akan memicu seks bebas.
Ketidaksetujuan Menkes dengan UU yang melarang pemberian kontrasepsi bagi yang belum menikah serta pembagian kondom gratis pada kelompok seks beresiko, menuai protes diberbagai kalangan. Hal ini sama saja melegalkan hubungan seks bebas di negara yang menganut nilai-nilai Pancasila ini. Aksi protes masyarakat berbagai kalangan ini akhirnya membuat Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi angkat bicara. Nafsiah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengampanyekan kondom di kalangan anak sekolah dan remaja, tetapi kepada kelompok seks berisiko (Kompas, 20 Juni 2012). (Wah, apa bedanya dengan tujuan akhir melegalkan seks bebas dengan mempermudah akses bu??)
Berikut adalah pernyataan lengkap Nafsiah terkait isu penggunaan kondom yang dianggap beberapa kalangan telah melegalkan seks bebas di kalangan remaja:
http://health.kompas.com/read/2012/06/20/14064054/Inilah.Klarifikasi.Menkes.Terkait.Kampanye.
Klarifikasi Menkes, Tidak Menjawab Kerisauan Masyarakat
Saya tak melihat dalam klarifikasi menkes di Harian Kompas, 20 juni 2012 tersebut sebagai jawaban kerisauan masyarakat, karena point penting dari kerisauan masyarakat yang saya tangkap disini adalah :
1.Upaya pembagian kondom gratis hanya akan memicu upaya untuk melegalkan hubungan seks bebas pra nikah. Bukan sasaran yang disoroti masyarakat. Baik perilaku beresiko maupun tak beresiko yang menjadi sasaran kampanye, tetap saja kampanye pembagian kondom ini merupakan penyelesaian yang parsial
2.Kondom bukan merupakan solusi untuk pencegahan HIV/ AIDS. Jelas menyesatkan bila ada yang mengkampanyekan dengan penggunaan kondom akan tercegah dari HIV/AIDS. Kondom didesain sebagai alat kontrasepsi, pencegah kehamilan bukan sebagai penangkal menyebarnya virus melalui hubungan kelamin. Kebanyakan ahli juga sudah memberitakan bahwa pori-pori kondom berukuran lebih besar dari virus HIV, berarti virus tetap bisa menular meski memakai kondom.
3.Dan yang lebih penting lagi, seks di luar nikah (zina) adalah dosa besar, baik menularkan HIV atau tidak, terjadi kehamilan atau tidak
Tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa, aksi heboh Menkes baru ini akan menuai protes keras dari berbagai kalangan. Solusi program yang ditawarkan masih parsial.. Sebab yang ditanganinya hanyalah salah satu dampak seks bebas yang hanya terfokus pada penyakit fisik-empirik. Sementara kesehatan mental dan moral tidak menjadi prioritas sama sekali. Dampak pastinya untuk menurunkan angka HIV AIDS belum tau, tetapi dampak memicu pergaulan seks bebasnya sudah tentu. Target program MDGs 2015 untuk penurunan angka HIV AIDS memang harus dicapai, tapi dengan tidak menelurkan program yang parsial.
Ya, bagaimanapun juga beliau masih butuh masukan-masukan baru dari orang-orang cerdas di negri ini. Karena mungkin statusnya sebagai “menteri kesehatan” bukan “menteri perbaikan moral” yang membuatnya hanya fokus dalam penurunan HIV AIDS tanpa melihat dampak yang lebih besar dari aktualisasi programnya. Atau bahkan, jabatan yang masih terhitung hari ini membutuhkan sorotan-sorotan publik sebagai bentuk penokohan melalui program-program popularitasnya ini. Asli, seperti menyorot gossip dikalangan selebriti (ngakak.com). Lebih jauh lagi, program titipan kaum liberalisasi sudah menggrogoti bangsa ini (analisis selanjutnya)
Allahuallam bisawab
Oleh Weni Widya Shari