Mohon tunggu...
Teguh Suprayogi
Teguh Suprayogi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Terapis

La ilaha illallah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Omong Kosong tentang Bantuan pada Ojol

17 April 2020   12:35 Diperbarui: 17 April 2020   12:59 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sawang-sinawang. Rasanya tepat untuk menggambarkan driver ojek online (ojol) saat ini yang dianggap lebih beruntung daripada profesi-profesi lain. Para ojol mendapat banyak bantuan dari pemerintah atau masyarakat di saat negeri ini terserang Covid-19.

Bagaimana fakta di lapangan, apakah benar driver ojol selalu dapat bantuan? Bahkan ada yang ngomong diistimewakan? Tak seindah itu Mukidi, Paijo, Bambang, Surtii...! Saya pikir media terlalu bombastis. Baik yang mainstream atau media sosial.

Seragam warna hijau dari dua perusahaan jasa aplikasi ojek online yang diblow up terus-menerus selama musim Corona seakan hanya mereka yang paling banyak mendapat bantuan. Bisa jadi, karena mobilitas ojol yang cukup banyak dan selalu bergerak di jalanan membuat mereka dapat tertangkap kamera dengan mudah.

Tapi driver ojol jumlahnya puluhan juta. Ada yang sebagai pekerjaan utama, tak sedikit yang menjadi kerja sampingan. Sekilas mereka banyak yang mampu secara ekonomi. Punya sepeda motor yang keren. Entah beli kontan atau kredit. Tapi percayalah, masih banyak yang hidup pas-pasan. Kismin. Apalagi untuk kondisi saat ini.

Mereka memang punya motor, karena itu modal utama. Lalu punya hape Android. Jelas, sebab aplikasinya lewat OS ini. Semua usaha sendiri, bukan dikasih perusahaan. Helm dan jaket seragam dari kantor, tapi nggak gratis. Potong penghasilan setiap harinya. Belum biaya bensin, servis motor, beli paket internet, pulsa telpon, makan minum saat bekerja, dan seterusnya.

Saat terkena masalah dengan kantor, mereka juga gerak sendiri. Bisa karena laporan customer, kelalaian driver sendiri atau sistem yang kadang error. Siap terima sanksi, dari yang ringan, hingga paling berat, yaitu PM, putus mitra.

Kembali ke masalah bantuan, terutama yang dari pemerintah. Kalau dari masyarakat saya yakin sudah merata ke semua profesi, tergantung dermawan atau yang mau menyumbang.

Bantuan yang pertama promo cash back 50% untuk pembelian BBM non subsidi. Setiap harinya 10 ribu driver. Ketahuilah, semua ada syarat dan ketentuannya. Maksimal cashback 15 ribu. Pembayaran lewat Linkaja. Sungguh, mekanismenya tak sesederhana pikiran para driver.

Order saat ini sangat sepi, pendapatan menurun drastis. Yang punya tabungan pasti terkuras juga duitnya. Hanya mereka yang punya duit lebih mau deposit Linkaja buat cari cashback BBM. Mayoritas pasti buat makan keluarga dulu. Belum lagi pembatasan 10 ribu driver setiap harinya. Padahal ada jutaan driver. Terus bagaimana pengawasannya, benar atau tidak 10 ribu driver memanfaatkan promo ini. Mbuh, nggak tahu!

Saya lebih suka harga BBM diturunkan semua. Bukankah pemerintah dulu mengatakan, harga BBM disesuaikan dengan harga minyak mentah dunia? Ini pilihan paling masuk akal agar semua rakyat bisa menikmatinya. Baik yang kaya atau miskin. Nggak ada lagi yang ngiri sama ojol.

Selanjutnya bantuan pemerintah untuk ojol, yaitu Kartu Prakerja. Daftarnya secara online. Tapi fakta di lapangan, banyak teman ojol yang tak bisa upload foto KTP dan foto selfie driver pegang KTP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun