Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tips Aman Jalan Kaki di Jalan Raya

4 April 2013   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:45 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah mobil dan motor setiap hari bertambah. Tapi jalan raya tak bisa melebar. Akibatnya, terjadi antrian di jalan raya. Saling Salip. Kadang saling senggol. Yang kasihan adalah pejalan kaki. Kalau di kiri kanan jalan sudah tersedia trotoar atau pedestrian gak masalah. Tapi kalau bahu jalan hanya berupa sisa  tanah yang sempit bagaimana. Otomatis pejalan kaki harus mengambil jatah jalan di aspal.

Jalan di Sisi Kanan

Pernah suatu ketika ada seorang teman. Lagi jalan kaki di pagi hari menyusuri sisi kiri jalan raya yang tidak ada trotoarnya. Tanpa diketahui sebabnya, tiba-tiba ada sepeda onthel nyelonong menghantamnya dari belakang. Akibatnya, si pejalan kaki dan pengonthel krunthelan di pinggir jalan. Untungnya hanya lecet-lecet. Keduanya segera bangun dan saling memahami. Salaman.

Usut punya usut, ternyata, pengendara sepeda onthel harus "membuang" sepeda onthelnya ke kiri karena tiba-tiba ada Avanza Silver dari belakang yang memepetnya. Dari pada benturan, secara refleks sepeda onthelnya juga diarahkan keluar jalan raya dan langsung mengenai teman saya yang lagi olahraga jalan kaki.

Begitulah, banyak kasus lain yang sangat merugikan para pejalan kaki saat jalan di sisi kiri jalan raya. Mengapa selama ini kita selalu jalan kaki di sisi Kiri. Apa ada aturannya? Tidak ada saya kira. Itu hanya menuruti pesan nenek moyang saat kita kecil harus berjalan di sisi jalan raya. "Hati-hati, jalan di sebelah kiri ya!"  begitu pesan yang sering kita dengar. Tapi, kebiasaan jalan di sisi kiri mungkin juga mengikuti dan menyesuaikan dengan model lajur lalu lintas di Indonesia. Dimana para pengguna jalan raya harus berada di sisi kiri. Kalau di Eropa  jelas di sisi kanan.

Sebenarnya lebih untung mana berjalan di sisi kiri atau kanan?  Kalau masalah apes, nasib jelek atau sial itu tidak bisa diduga. Tapi antisipasi itu perlu. Logikanya berjalan di sisi kiri sangat merugikan dibanding kalau berjalan di sisi kanan. Saat kaki melangkah di sisi kiri, semua kendaraan yang searah dengan kita ada di belakang kita. Kita tidak pernah tahu apa yang ada di belakang kita. Kalau motor dan mobil ada Spion. Lha pejalan kaki masak harus tolah toleh ke belakang terus, sebagai pengganti Spion.

Beda kalau kita berjalan di sisi kanan. Arah berjalan kita melawan arah arus lalu lintas. Mau tidak mau setiap saat apa yang ada di depan kita akan terpantau. Paling tidak kalau ada kegawatdaruratan, refleks yang akan beraksi. Entah melompat, berteriak atau yang lain. Kesimpulannya, berjalan kaki di sisi kanan lebih menguntungkan karena mampu meminimalkan resiko.

Tentu saja berjalan di trotoar atau pedestrian sangat disarankan. Tapi, sebaiknya tetap ambil sisi kanan. Kita masih ingat kasus Tugu Tanti. Pejalan kaki di jalan raya dan di trotoar yang sedang olahraga pagi diseruduk Avanza dari belakang. Korban berjatuha. Ya, karena yang di trotoar pun jalannya di sebelah kiri. Mereka tidak bisa  bereaksi kalau ada mobil nyelonong gara-gara pengemudi mabuk,  konsumsi narkoba atau ngantuk tidak bisa menguasai kendaraannya Jadi, sebaiknya jalan kaki di sisi kanan dibudayakan.....

Jembatan Penyeberangan

Pejalan kaki sering kita jumpai juga tidak patuh pada aturan. Menyeberang  di tengah keramaian tanpa lewat jembatan penyeberangan. Tidak sepenuhnya ini kesalahan pejalan kaki. Ada dan banyak sih memang pejalan kaki yang bandel. Enggannya pejalan kaki memanfaatkan jembatan penyeberangan biasanya karena faktor efisiensi. Tidak mau memutar. Jaraknya terlalu jauh. Jembatannya kurang strategis. Yang menjengkelkan, jembatan penyeberangan sering kotor. Pesing, bau kencing. Juga sering dimanfaatkan pengemis yang duduk di bordes jembatan. Kalau itu sih nggak seberapa. Siapa yang menjamin keamanan pejalan kaki dari pemalak saat lewat di jembatan penyeberangan yang kumuh, gelap di malam hari dan tidak terawat. Horor!

Seyogyanya, pejalan kaki juga mengikuti aturan main jika kondisi jembatan penyeberangan sudah  representatif. Layak digunakan dan tidak ada resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun