Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Peninggalan "Masterpiece" Jawa Timur di Museum Nasional

22 Maret 2018   05:32 Diperbarui: 25 Maret 2018   19:15 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Nasional, nama yang lama jadi incaran saya. Saya yakin, di tempat itu pastilah tersimpan koleksi-koleksi unggulan dari penjuru negeri. Maka, siang itu, di hari Sabtu,  setelah penutupan workshop Fasilitas Kesenian yang diselenggarakan oleh Kemendikbud, saya bergegas check out dari Hotel Golden Boutiq. 

Kereta Argo Lawu yang akan mengantar saya ke Solo (karena mau survei ke pengrajin Gamelan dan mbolang ke Museum Purba Sangiran) akan  berangkat dari Gambir pukul 20.15. Masih 7 jam lagi. Untuk "menghabiskan waktu" saya pun pamit dengan teman sekamar. Rencanamya, keliling seputaran Jakarta Pusat sejenak. Segera panggil Grab. 

Dua kali harus membatalkan  pesanan karena driver tak berkutik lantaran terjebak macet di sekitaran jalan Gunung Sahari. Akhirnya, setelah order ketiga muncul juga minibus hitam di depan hotel. Saya segera meluncur menuju Museum Nasional. Sopirnya masih muda, kelahiran Jakarta. Tapi, bapak ibunya asli Jawa Tengah. Jadi seperti ketemu tetangga karena saling bersapa dalam bahasa Jawa. 

Dipandu GPS, tak sampai 15 menit kemudian sampai di depan Museum Jakarta. Ongkosnya 17 ribu saja. Sebagai  tanda pertemanan, uang kembalian yang tak seberapa saya suruh ambil saja, daripada disusuk-i.

Sambil menyeret koper besar, saya memasuki jalan aspal menuju pelataran museum  yang bertaman asri. Ketemu Pak Satpam, lalu saya bertanya di mana pintu masuknya. Diarahkan ke Gedung Baru di sebelah Barat. Segera saya menuju ke arah yang ditunjukkan. 

Tapi sebelumnya, tentu saja jeprat-jepret di  icon Museum Nasional. Apalagi kalau bukan Patung Gajah di tengah taman air mancur. Karena ada gajah-nya, maka museum ini juga dikenal sebagai Museum Gajah!

Siang itu, suasana museum lumayan ramai. Sungguh menggembirakan melihat anak-anak muda yang siang itu mengeksplorasi sudut-sudut museum. Setelah bayar tiket 5 ribu rupiah dan menitipkan koper, saya melangkah menuju lantai 1. 

Info dari petugas, gedung ini berlantai 4. Namun, hanya sampai lantai 3 yang dapat diakses. Sayup-sayup, di pojok lantai 1 museum, sekelompok pengrawit muda sedang memainkan gamelan. Artikel lengkap kunjungan museum akan ditulis tersendiri ya...

Sumbangan Jawa Timur

Museum Nasional mempunyai  7  jenis koleksi yakni: Arkeologi, Etnografi, Geografi, Keramik, Numismatik , Prasejarah, Sejarah,  Tidak cukup 3 jam mengekplorasi seluruh koleksi. Maka saya pun fokus ke beberapa koleksi yang saya cari, yaitu tinggalan-tinggalan dari Jawa Timur.  Saya yakin, pastilah Jawa Timur menyumbang koleksi-koleksi masterpiece-nya di museum ini.

Kita tahu, tidak semua peninggalan  arkeologi, yang merupakan warisan budaya masa lalu berada di tempatnya. Kecuali candi-candi dan prasasti batu yang in situ (di tempat aslinya). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun