Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Gaya Arsitektur Candi Jawa Timur

7 September 2014   23:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_341448" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Sanggrahan di Tulungagung, bercorak "][/caption]

Jawa Timur patut bersyukur. Hingga saat ini masih banyak bertebaran "jejak"  peninggalan masa lalu, khususnya dari era Mataram Kuno, Kediri, Singosari (Singhasari) dan Majapahit. Hampir merata di seluruh wilayah Jawa Timur banyak ditemukan candi. Begitu melimpahnya peninggalan masa klasik  berupa bangunan sakral Hindu-Budha ini di Jawa Timur menunjukkan bahwa di masa lalu di negeri ini pernah mengalami keemasan dan kemegahan. Baik dalam kehidupan keseharian maupun ritus keagamaan. Bisa jadi, hidup gemah ripah loh jinawi, pernah dirasakan leluhur kita di masa lalu.

[caption id="attachment_341449" align="aligncenter" width="576" caption="Persebaran Candi di Jawa Timur"]

1410080273561644886
1410080273561644886
[/caption]

Menariknya, jika dicermati  peninggalan klasik berupa bangunan-bangunan candi itu tidaklah seragam. Memang hampir kesemuanya termasuk dalam langgam Jawa Timur-an. Namun secara arsitektural menurut Doktor Agus Aris Munandar, candi-candi Jawa Timur masih memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing. Beliau menggolongkan candi-candi Jawa Timur menjadi   5 gaya (arsitektur), meliputi: (1) Gaya Singhasari (Singosari)  (2) Punden Berundak  (3)  Gaya Candi Brahu (4) Gaya Candi Jago (5) Gaya Candi Batur

Gaya Singhasari (Singosari)

Nama Singhasari (Singosari) lekat dengan Ken Arok, Mpu Gandring, Ken Dedes, Tunggul Ametung sampai Kertanegara.  Di masa merekalah mulai muncul arsitektur candi bergaya Singhasari. Ciri-ciri bangunan candi gaya Singhasari yang menonjol: (a) bangunan candi utama terletak di tengah halaman (b) bangunan candi terdiri dari tiga bagian: kaki, tubuh, dan atap yang menjulang dengan tingkatan-tingkatan berangsur-angsur mengecil sampai puncaknya  (c) ruang atau bilik utama ada di bagian tengah candi dengan relung di dinding luar tubuh candi untuk meletakkan arca dewa.

Candi bergaya Singhasari ini bisa dilihat pada Candi Singosari, Candi Jawi di Prigen Pasuruan dan Candi Kidal di Malang.

[caption id="attachment_341446" align="aligncenter" width="477" caption="Candi Singosari di Malang"]

1410080126709955602
1410080126709955602
[/caption]

[caption id="attachment_341450" align="aligncenter" width="512" caption="Candi Jawi, khas Jawatimuran bergaya Singhasari"]

1410080295269325619
1410080295269325619
[/caption]

Gaya Punden Berundak

Pundek berundak merupakan bangunan asli Nusantara jaman megalithikum. Tapi di jaman Majapahit akhir, model punden berundak dimunculkan lagi oleh pembangun candi. Mereka membangun Candi Punden Berundak di gunung-gunung berupa bangunan berteras bertingkat-tingkat  yang bersandar pada kemiringan lereng gunung. Jumlah terasnya umum ada tiga.  Makin ke atas semakin mengecil ukuran terasnya.  Di tengah bangunan terdapat tangga naik menuju puncak. Di bagian puncak teratas berdiri altar-altar persajian  yang biasanya berjumlah tiga buah.

[caption id="attachment_341451" align="aligncenter" width="480" caption="Candi Kendalisodo, di Bukit Bekel Gunung Penanggungan"]

14100803351741257650
14100803351741257650
[/caption]

[caption id="attachment_341452" align="aligncenter" width="512" caption="Candi Guru, dekat puncak Gunung Penanggungan"]

141008035765041080
141008035765041080
[/caption]

Gaya punden berundak bisa dijumpai pada candi-candi yang dibangun di lereng Gunung Penanggungan.  Van Romondt mencatat tak kurang dari 80 buah candi kecil berciri punden berundak di tempat ini. Diantaranya, Candi Lurah (Kepurbakalaan No. I), Candi Guru, Candi Shinta (Kep. No 17.a),  Candi Yudha (Kep. No. LX) dan yang paling eksotis Candi Kendalisodo (Kepurbakalaan No. LXV). Penelitian terakhir oleh tim Ubaya (Universitas Surabaya), "ditemukan" lebih dari seratus candi punden berundak di Penanggungan

Selain di Gunung Penanggungan, di Lereng Utara Gunung Ringgit- Arjuna juga ditemukan candi-candi dengan ciri serupa.

[caption id="attachment_341453" align="aligncenter" width="512" caption="Candi Lurah"]

14100803991649237791
14100803991649237791
[/caption]

[caption id="attachment_341454" align="aligncenter" width="512" caption="Candi Shinta di Lereng Gunung Penanggungan"]

14100804221070071893
14100804221070071893
[/caption]

[caption id="attachment_341465" align="aligncenter" width="500" caption="Kendalisodo tampak depan"]

14100809701364029571
14100809701364029571
[/caption]

Gaya Brahu

Di Desa Bejijong, Trowulan Mojokerto  terdapat sebuah candi unik berbahan bata merah yang disebut Candi Brahu. Kata Brahu mungkin berasal dari kata brawu, berawu atau berabu. Masyarakat sekitar candi percaya bahwa di tempat inilah dilakukan pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Jadi bisa jadi kata Brahu ada kaitannya dengan kepercayaan bahwa tempat tersebut sebagai  tempat memperabukan (membakar) jenazah raja.

Candi Brahu memiliki ciri antara lain, kaki candi yang terdiri dari beberapa teras (tingkatan).  Tubuh candi ditempatkan agak ke belakang dengan bentuk dasar berdenah segi empat. Selain Candi Brahu, Candi Gunung Gangsir juga memiliki ciri yang hampir sama. Begitu pula Candi Jabung di Probolinggo.

[caption id="attachment_341455" align="aligncenter" width="414" caption="Candi Brahu di Bejijong Trowulan"]

1410080460553937019
1410080460553937019
[/caption]

[caption id="attachment_341456" align="aligncenter" width="512" caption="Candi Gunung Gangsir di Gempol Pasuruan bercoraka "]

14100805111051494598
14100805111051494598
[/caption]

Gaya  Jago

Candi Jago atau Jajhagu, terletak di daerah Tumpang, Malang. Dibangun menggunakan batu andesit. Cirinya, kaki candinya mempunyai tiga teras berdenah empat persegi panjang.  Bilik utama candi ditempatkan dibagian tengah teras teratas. Atau  sedikit bergeser agak ke belakang. Ciri menonjol lain candi bergaya Jago, dibagian atas tidak lagi  dijumpai adanya atap. Bisa jadi atap candi terbuat dari bahan-bahan  yang cepat rusak semacam ijuk, bambu atau kayu. Mengingatkan pada atap-atap pura di Bali.

Selain Candi Jago di Tumpang Malang, maka Candi Induk Penataran Blitar serta Candi Sanggrahan di Tulungagung bisa digolongkan dalam candi bercorak (gaya) Jago.

[caption id="attachment_341457" align="aligncenter" width="409" caption="Candi Jago di Tumpang Malang, tak beratap"]

1410080638286404865
1410080638286404865
[/caption]

1410080654163104271
1410080654163104271
Gaya Candi Batur

Candi Kedaton di Trowulan dan Candi Miri Gambar di Tulungagung  secara sepintas memang serupa. Tak salah kalau  digolongkan dalam kelompok candi bergaya Candi Batur. Disebut Candi Batur karena saat ini di kedua candi tersebut hanya dijumpai bangunan satu teras saja. Jadi hanya berupa Batur saja. Candi ini dilengkapi dengan tangga naik di salah satu sisinya. Khusus di Candi Miri Gambar, di permukaan batur   saat ini masih tersisa beberapa objek berupa altar persajian. Bisa jadi kalau lengkap, di pelataran batur tersebut terdapat pula Lingga Yoni dan arca perwujudan.

[caption id="attachment_341460" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Miri Gambar Tulungagung, bercorak "]

141008068262680590
141008068262680590
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun