Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mendukung Diplomasi ala Santri untuk Perdamaian Palestina dan Israel

14 Juni 2018   14:56 Diperbarui: 15 Juni 2018   15:13 4924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yahya Cholil Staquf. Sumber gambar: AP Photo | C. CREIGHTON

Satu kota yang benar-benar menentang kebijakan Israel, yaitu Gaza. Bukan saja menentang, tetapi diwujudkan dalam sebuah gerakan nyata, yaitu demontrasi besar-besaran, hingga kontak senjata. Pemerintah Israel menyebut warga Gaza sebagai teroris. Sementara umat Islam di Gaza menyebut dirinya sebagai pejuang kemerdekaan. Mereka mati-matian membela dirinya sebagai warga Palestina, dan juga semabagi umat muslim. Ketika mati, mereka menyebut dirinya sebagai sahid.

Gaza satu-satunya daerah yang tidak aman di Palestina. Selebihnya nyaman dan aman, seperti Hebron, Jericho, Nablus, Betelhem, dan juga Yerusalem. Sedangkan jarak antara Yerusalem dan Timur Gaza sekitar 279 Km. Jarak tempuh darat susah, bisa dikatakan tidak bisa sama sekali. Karena warga Gaza diblokade, tidak bisa masuk ke mana-mana. Orang Palestina itu sering berkata kepada warga Indonesia yang berkunjung ke Masjidil Aqsa, "Kalian beruntung, bisa berziarah, saya tidak bisa sama sekali".

Ketika Palestina direbut oleh Israel, di Indonesia pun "ikut drebut juga". Ketika ada yang akan berkunjung ke Yerusalem, warga Indonesia-pun bertanya, "Lho, Palestina kan sedang perang". Ketika dijelaskan, bahwa terjadinya konflik antara Muslim Gaza dengan Israel itu sangat jauh dari Masjidil Aqsa. Ibaratnya konflik di Semarang, sementara letak Masjidil Aqsa di Kota Malang.

Nah, kali ini berita begitu heboh boh (viral), di mana pembesar NU, Chalil Staquf Yahya, atau yang lebih di kenal dengan sebutan "Gus Yahya" mendapat undangan khusus dari The Israel Council on Foreign Relation.

Gus Yahya ngakunya, undangan itu sudah lama, sebelum dilantik menjadi Watimpres. Sontak saja, warga NU yang bertebaran di mana-mana ada yang mendukung, menghujat, dan ada juga yang mendukung dengan catatan. Sementara dari pihak yang tidak suka, semua yang dilakukan Gus Yahya adalah "buruk". Karena dasarnya "tidak suka".

Bagi yang mendukung, undangan itu merupakan sebuah kesempatan emas untuk menyampaikan pesan-pesan moral untuk mendukung hak-hak warga Palestina yang selama ini diambil Israel. Mendukung itu tidak harus dengan senjata, menyuarakan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah mereka juga bagian dari dukungan. Apalagi, Gus Yahya itu pernah menjadi juru bicara Gus Dur yang sangat dihormati orang Yahudi dan Nasrani di Israel.

Berjuang melawan Israel kadang harus menggunakan kecerdikan dan diplomasi tingkat tinggi. Itu bisa dilakukan ketika senjata tidak lagi mampu menghantam kekuatan Israel yang sangat kuat dalam senjata dan harta. Dengan istilah "rahmah" Gus Yahya ingin menyentuh Israel agar semua persoalan bisa diselesaikan. Minimal, kehadiran Gus Yahya memberikan kontribusi politik welas asih yang tidak pernah disampaikan oleh siapa pun.

Sumber gambar: istimewa
Sumber gambar: istimewa
Sebagai warga NU, sekaligus perjuangan ala NU sangat tepat langkah Gus Yahya sangat tepat. Jika ingin memperjuangkan Palestina, harus masuk di pusaran. Sebagaimana Nabi Musa bisa mengalahkan Firaun, karena bisa masuk pada pusaran.

Namun, bagi warga Muslim yang bergaris lurus, garis diagonal, dan garis-garis lain, biasanya tidak setuju, dengan landasan Al-Quran. Karena menurut mereka, Yahudi, sampai kapanpun dianggap tidak akan rela dengan perkembangan umat Rosulullah SAW di mana saja berada di muka bumi ini.

Secara tidak langsung, NU diperhitungkan dunia, baik di kawasan Timur Tengah, USA maupun China. Kesempatan berharga menyuarakan perdamaian sebagai ciri khas Jamiyah yang Rahmatan Lil Alamin sejak berdirinya hingga sekarang. Sudah kadung berjuang, Gus Yahya harus benar-benar memberikan kontribusi besar terhadap perdamaian antara Israel dan Palestina.

Bisa jadi, Gaya Gus Yahya membela Palestina akan terwujud di kemudian hari. Dengan cara Gus Yahya, Israel tahu bahwa Indonesia itu menentang penjajahan Israel, walaupun bentuk perlawanan tidak menggunakan pedang dan senjata. Jangan hiraukan kritikan-kritikan yang justru tidak pernah membantu Palestina sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun