Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hantu Itu Tidak Ada

6 November 2021   08:45 Diperbarui: 6 November 2021   08:48 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gangguan jin itu!" kata senior di kantor, waktu kami membahas tentang ketindihan.

"Ndak, itu gangguan tidur," bantahku.

"Bacalah ayat kursi, pasti bisa gerak lagi!"

Aku juga yakin bahwa ayat kursi, doa, atau surah apa pun dalam Al-Qur'an bisa melepaskan kita dari momen ketindihan yang tidak menyenangkan. Tapi dari berbagai referensi dan pengalaman pribadi, ketenanganlah yang membuat kita lebih mudah melewati sleep paralysis.

"Kalau kita berdoa, kita jadi tenang. Makanya bisa lepas dari ketindihan. Jadi kalau ketindihan jangan panik dan jangan mikir aneh-aneh. Bayangkan yang bagus-bagus, dak muncul dak yang horor-horor tu!" aku meyakinkan lawan bicara, yang tetap saja tampak tak yakin.

Baca juga: Tak Hanya Anak, Orang Tua pun Rawan Durhaka

Waktunya Pembuktian

Salah satu alasan aku tidak suka menonton film horor dan film sadis adalah mudahnya rekaman film itu masuk ke dalam mimpi. Termasuk obrolan siang yang tidak bermakna pun, kerap kali terbawa tidur. Dan malam setelah debat receh itu, yang tak terpikirkan pun terjadi.

Padahal hari itu tidak ada aktivitas yang melelahkan, siangnya tidak tidur dalam durasi yang panjang, dan aku yakin tidak sedang stres. Namun malamnya, aku mengalami sleep paralysis alias ketindihan.

Dalam keadaan tak bisa bergerak, sengaja aku tidak membaca apa pun. Bawa tenang saja, nanti akan berakhir sendiri. Ternyata lama, aku masih "lumpuh". Aneka bayangan bermunculan, kuatur pikiranku agak menampilkan gambaran-gambaran indah. Hantu itu tidak ada, jin itu lemah!

Gambaran pantai, hidangan lezat, kebun bunga, gagal kutampilkan. Imajinasiku mandek! Kucoba mengenang masa kecil, bermain dengan teman-teman yang sekarang sebagian masih kuliah sebagian lagi sudah bekerja.

Tiba-tiba mataku seolah terbuka. Aku yakin itu hanya perasaanku. Sebagaimana biasanya, kita merasa melihat sekitar, padahal sebenarnya mata kita tertutup. Itu adalah rekaman otak yang menyimpan gambar kamar atau ruang di mana kita tidur.

Di langit-langit kamar, kulihat ada bayangan hitam. Ia bergoyang-goyang pelan, dan aku berusaha mengabaikan. Kuingat-ingat, dengan siapa aku tidur malam ini. Sepertinya aku tidur sendiri, pikiranku menjawab. Dan memang, di sebelahku tidak ada siapa-siapa. Waktu itu aku masih lajang, tentu saja tidur sendirian di kamar sendiri.

Bayangan itu membesar, seperti berusaha memperlihatkan dirinya ke wajahku. Oke, kulihat ke atas. Siapa sih kamu? Ini kan cuma mimpi, batinku.

Tidak ada wajah yang terlihat. Hanya bayangan hitam. Namun ketika kuperhatikan baik-baik bayangan itu, ternyata ia adalah pocong dalam ukuran jumbo. Kurang ajar!

Yang terlihat hanya bagian perut ke atas. Seolah jika aku berdiri, maka sisanya (perut hingga "kaki") akan terlihat di sisi atas tempat tidur. Tangannya bersedekap, layaknya jenazah dalam kain kafan. Kain bagian atasnya menjulur berayun, karena kepala itu bergoyang menunduk.

Akhirnya kubaca juga ayat kursi. Berusaha tenang walau deg-degan. Kepada siapa minta tolong kalau bukan ke Allah. Wong teriak juga gak bisa, apalagi aku bukan tipikal cewek yang gampang histeris.

Perlahan, aku mulai bisa bergerak. Entah mataku akhirnya terbuka, atau tadi memang sudah terbuka. Dan keadaan kamar itu persis dengan ketika ketindihan terjadi. Ah, cuma mimpi, kataku pada diri sendiri.

Kupandangi langit-langit, ada perasaan tak enak. Akhirnya kuputuskan keluar dari kamar. Untunglah orangtuaku sudah lama tidur pisah kamar. Almarhum Bapak suka tidur di warung, sedangkan Mamak di kamar belakang.

"Ngapo, Ri?" tanya Mamak ketika aku masuk ke kamar beliau.

"Ndaklah," kataku. Lalu tidur di sebelahnya.

Baca juga: Cara Mudah Mengatasi Ketindihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun