Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan, Selalu Benar atau Selalu Salah?

6 Januari 2021   07:15 Diperbarui: 6 Januari 2021   07:17 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sasha Freemind on Unsplash

Perempuan selalu benar, itu kalimat yang sering beredar di jagat maya, terutama pada meme yang seliweran di berbagai medsos. Kenapa begitu? Alasannya simpel, kebanyakan kreator meme adalah laki-laki.

Nyatanya di kehidupan sehari-hari, justru perempuan yang selalu salah. Waktu masih lajang, seorang teman mengeluh.

"Kenapa sih kalo ada laki-laki genit ke kita, kita yang disalahin? Kita sudah tertutup gini, masih digodain, tapi kita juga yang salah. Suami orang ganggu kita, kita sudah terusik, tapi tetap kita terdakwanya."

Aku tak ingat apa yang kemudian menjadi buah diskusi kami. Yang paling mungkin justru tanpa hasil sama sekali. Setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, hal yang sama masih terjadi. Kasus apa pun yang melibatkan laki-laki dan perempuan, pasti perempuan yang salah.

Tak percaya, kita cek kejadian berikutnya yang  aku pun pernah jadi korban langsung. Kalau seragam kerja seorang laki-laki kusut, siapa yang salah? Kalau dia seorang suami, pasti istrinya yang salah. Kalau dia bujangan, ibu atau saudara perempuannya yang salah. Padahal dia punya mata dan tangan juga.

Kalau anak-anak kumal, sudah jelas ibunya yang salah. Kecuali kalau sang ibu sudah wafat, berarti salah bibi atau neneknya.

Baca juga: Hujan Bulan Juni

Beberapa tahun silam, seorang tokoh di kotaku tertangkap sedang berada di panti pijat. Konon, ketika digerebek ia sedang satu kamar dengan pemijat perempuan.

Sedang orang sibuk tentang legalitas panti pijat, dan fakta bahwa tokoh tersebut memang sedang dipijat biasa oleh pemijat profesional, muncul "suara" tak penting, "Istrinya ke mana sih?"

"Kenapa juga istrinya masih bekerja, seharusnya istri yang pijat dia."

"Kalau istri di rumah, kan dia gak ke panti pijat."

"Kalau istri gak ikut-ikutan kerja, kan suami nggak cari hiburan di luar."

Aku yang tadinya berempati pada si tokoh, akhirnya untuk simpati pun malas. Orang membelanya dengan menjatuhkan istrinya. Pembelaan macam apa itu.

Baca juga: Melahirkan Caesar Nggak Sakit? Sini!

Mana kita tau soal dapur dan ranjang orang. Apakah perempuan itu bekerja pasti semata-mata karena uang? Aku punya kok teman yang kerja karena kebutuhan pergaulan, biar ada aktivitas. Gaji yang ia dapat jauh di bawah pemberian suaminya. Justru sang suami yang menyarankan ia bekerja agar tak bosan di rumah.

Jikapun karena uang, ke mana kira-kira perginya? Umumnya perempuan normal meletakkan kepentingan anak dan keluarga di atas kepentingan pribadinya. Walaupun soal penghasilan, istri tidak berkewajiban memberi suami, ada jutaan suami di dunia yang makan harta istri. Dengan atau tanpa izin sang istri.

Omong-omong, apakah aku sedang mengatakan bahwa laki-laki yang menyalahkan perempuan? Adakah kalimatnya di sana? Berdasarkan pengalaman puluhan tahun jadi perempuan, rupanya perempuan jugalah yang kerap mengambinghitamkan sesamanya. Jadi solusinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun