Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jerinx Memanggil, Kamu Sudah Tanda Tangan Petisi?

11 September 2020   17:21 Diperbarui: 11 September 2020   17:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jerinx sid tuai banyak tanda tangan petisi online (sumber foto: kompas.com)

I Gede Ari Astina alias Jerinx SID makin ramai dibicarakan. Sudah lebih dari 124 ribu orang yang menandatangani petisi agar ia dibebaskan.

Padahal dulu aku fans Superman is Dead, kok aku gak dapat kiriman email dari change, ya? Pasti bukan karena laman petisi daring itu mendeteksi aku sebagai kelompok pro IDI.

Seperti yang sudah diketahui, Jerinx harus berurusan dengan polisi karena kasus postingan Instagramnya yang dianggap menghina Ikatan Dokter Indonesia, Juni lalu.

Drummer SID itu didakwa melanggar pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP.

Baca juga: Pesan Tulisan Gratis, Dikira Nulis Itu Gampang!

"IDI kacung WHO" adalah kalimat kunci dari pernyataan Jerinx yang dimasalahkan IDI. Bersama dengan kata "konspirasi" yang seliweran di medsos sejak Covid-19 melanda.

Tak hanya Jerinx, salah seorang teman di kontak WA-ku pun menganggap corona hanya isu yang dibuat-buat.

"Foto mana foto? Kita cuma dijejali data kok!" begitu balasnya pada salah satu statusku ketika Jakarta rekor 1000 kasus sehari pada 30 Agustus kemarin.

Seorang keluarga dari Bandung hendak silaturahmi ke Sumatra, ia berjanji akan mampir ke rumahku. Bingung hendak menolak, jadi kupajang status tentang mereka yang masih saja ke sana kemari sementara virus corona ada di mana-mana.

Lain yang ditarget, lain yang komentar. Komentarnya ngeselin lagi. Kusampaikan bahwa lebih masuk akal pemerintah memperkecil data sehingga orang tidak panik dan ekonomi tidak anjlok, ketimbang membesar-besarkan yang hanya membuat frustasi semua lapisan masyarakat.

Kalau aku seorang dokter, dan yang menanggapi itu orang berpengaruh, barangkali kukasusin juga. Iya, ide lebay memang.

Tapi teman kontakku itu jelas lebih ngawur ketimbang Jerinx. Sebab musisi asal Bali itu berkicau di bulan Juni, yang ketika itu kasus covid "tidak separah" (dengan kutip!) sekarang. Bandingkan dengan beberapa hari ini, suasana terasa makin mencekam. Kok bisa-bisanya masih berprasangka buruk pada sekian miliar manusia di dunia?

"Corona hanya berita kosong, halu, sampai kamu atau keluarga dekatmu yang terinfeksi." Begitu lebih kurang postingan salah seorang warganet Twitter yang muncul di lini masaku.

Baca juga: 5 Tempat yang Sudah Tak Aman Sebelum Pandemi

Ia menceritakan tentang kakak iparnya yang demam tinggi, tidak batuk, tapi positif corona setelah di-swab. Warganet ini sebenarnya tengah mengeluhkan gugus tugas yang menurutnya tak berguna.

Lain lagi kisah teman di komunitas. Istrinya yang seorang tenaga medis harus mencuci masker N95, itu karena kurangnya APD di rumah sakit tempat ia bertugas. "Tolonglah berempati," rengeknya. Menyesalkan komentar warganet lain yang lagi-lagi menganggap remeh corona dengan covidnya.

Aku setuju bahwa pemerintah memang nyeleneh dengan gelontoran dana besarnya untuk influencer, tapi tidak kemudian semua yang postingannya seolah pro pemerintah lantas adalah orang bayaran.

Lalu warganet yang terinfeksi corona tapi memprotes pemerintah (seperti warganet Twitter yang kesal pada gugus tugas), dibayar siapa?

Balik lagi ke kasus Jerinx. Dari sederet postingan medsos kontroversialnya, selalu ada yang membela. 124 ribuan orang bukan angka yang kecil. Kecuali jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang 260 juta lebih.

Jadi kalau dari 260-an juta orang, ada 124 ribuan yang ingin Jerinx dibebaskan. Sisanya?

sumber berita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun