Masih menurut laman Disparbud, arsitektur Rumah Batu merupakan perpaduan dari budaya Eropa dan Cina. Terdapat arca singa, ornamen naga, awan, dan bunga, pada pagar dan gapuranya. Pengaruh Eropa terlihat dari pilar-pilar yang menopang.
Di saat rumah masyarakat umumnya berbentuk panggung dan terbuat dari kayu. Rumah Batu (pada masa itu) adalah satu-satunya yang terbuat dari batu dan semen, dengan model rumah bertingkat (dua lantai). Itulah sebab, masyarakat Jambi Kota Seberang menyebutnya Rumah Batu.
Kini, arca singa, ornamen naga, awan, dan bunga, mungkin hanya bisa dibayangkan lewat imajinasi. Sebab benda aslinya sudah diselimuti lumut, dimakan cuaca. Apalagi musim hujan sudah tiba di Jambi. Setiap pekan hujan turun satu sampai empat kali.
Meski begitu, masih ada pelajaran sejarah yang bisa kita petik. Said Idrus bin Hasan mungkin adalah horang kaya pada zamannya, tapi kekayaan tak dibawa mati. Bahkan rumah megah yang dulu bisa saja jadi kebanggaan ia dan keluarga, kini hanya dikunjungi para wisatawan receh yang penasaran, penulis yang kurang bahan, atau blogger yang sedang berburu konten untuk lomba. Termasuk kompasianer junior seperti aku. Huhu!