Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Trending Youtube, HP Mahal, dan Orangtua yang Kalah Pintar

17 November 2019   06:00 Diperbarui: 18 November 2019   10:00 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membuka trending Youtube hari ini persis seperti menyalakan TV. Lebih baik dimatikan lagi. Isinya prank, hedonisme, dan berbagai tontontan unfaedah. Dari sederet kanal yang muncul, maksimal dua video saja yang masih mengandung manfaat untuk ditonton.

Kemarin aku penasaran dengan review HP android terkecil di dunia. Harganya lumayan, di atas 4 juta. Membuka Google trend, yang muncul Asus Zenfone 6 yang dibanderol 7 juta. Sebagai orang dengan penghasilan tak tentu, harga segitu bagiku lebih dari mahal. Mahal banget!

Tapi terkenang masa-masa yang lewat, banyak kudapati orang-orang yang penghidupannya kurleb sepertiku punya juga HP mahal. Di saat aku dengan pede pakai HP merk lokal, mereka punya yang harganya tiga kali dari punyaku. 

Gimana gak pede kalau ternyata fitur yang ada di ponsel (ah, lebih enak ngetik HP!) punyaku lebih bisa kuoptimalkan daripada mereka yang punya barang mahal.

Apakah karena aku lebih pintar? Hoho, pintar dari Hongkong! Tapi begitulah. Banyak orang yang rela berutang demi HP mahal, padahal tidak sebanding dengan kemanfaatannya. Bahkan dengan jahatnya pernah kubilang, smart phone with idiot user. Duh, jahat banget emang.

Tapi gimana gak geregetan, kalau mereka mengeluh HP-nya panas, dan setelah kulihat ada seabrek aplikasi yang berebut RAM di dalamnya. Untuk aplikasi bersih-bersih yang sebenarnya gak terlalu penting, mereka bisa punya lebih dari tiga! 

Ada yang bawaan, ada yang terinstal tidak sengaja lewat iklan. Bayangkan kalau HP 4-7 juta yang sedang trending itu berada di tangan yang serupa? Ah, dasar jiwa miskinku yang berisik!

Kemudian terjadilah pengalaman ke sekian, di mana seorang ibu yang mengeluh sekaligus membanggakan anaknya terkait HP. Kejadiannya dalam sebuah rapat wali murid. 

Salah seorang ibu meminta bantuan guru agar anak-anak diberi wejangan tentang bahaya HP. Padahal dari awal rapat sampai dia pegang mik, anak yang ia bawa (kemungkinan adik dari anak yang ia keluhkan) asyik bermain gawai ibunya.

Pengin kutepuk bahunya, "Ibu kan menenangkan anak dengan HP. Kenapa malah mengeluhkan anak candu HP ke guru?" keinginan yang tak perlu dibumikan.

Setelah duduk kembali, ia mengobrol dengan wali murid di kanan kirinya. "Payah dilarang, pintar lagi dio dari kito! Kito bae dak ngerti buka ini, dio biso." Yang diajak ngobrol manggut-manggut.

Kalau menjedotkan kepala ke dinding gak bikin pusing, aku pasti sudah lakukan itu! Yang beli HP siapa, yang beli kuota siapa, kok bisa kalah berkuasa. Kalian menggemaskan!

Kuharap ini bukan sebuah kesombongan (menurut hadis, sombong itu tidak menerima kebenaran dan menganggap rendah orang lain). Bagiku merendah-rendah di depan anak adalah sebuah kebodohan yang super.

Kalimat "Anak lebih pintar dari kita soal teknologi" sering diucapkan orangtua di depan anak-anaknya. 

Bagiku, ini seperti sugesti. "Berbuatlah, Nak! Emak Bapakmu gak ngerti apa-apa!" yang benar-benar membuat anak itu merasa lebih pandai dan akhirnya memang pandai betulan, lalu mengelabui orangtuanya yang tidak tahu apa-apa.

Aku sendiri pernah alami ini. Ketika si sulung masih di Kelompok Bermain. Ia bernyanyi di rumah, kemudian lupa lirik. Aku yang gak doyan nyanyi menyambung lagu anak itu asal-asalan dan mengakui kalau tidak tahu. Maksudku, ya jujur, aku nggak tahu. Tapi apa yang terjadi?

Untuk selanjutnya anakku menganggap emaknya gak tahu apa-apa soal sekolah! Gak salah-salah amat sih. Tapi kalau dituruti, dia akan lebih percaya gurunya daripada orangtua. Dan itu gak boleh terjadi.

Balik ke teknologi. Anakku pun suka HP. Siapa sih yang tak tertarik dengan HP? Dari generasi Y sampai alfa, HP dengan internetnya adalah kebutuhan. 

Tapi kita yang berakal tetap lebih berkuasa dari benda itu. Dan anak-anak yang untuk dapat jajan saja masih menadah pada orangtua, bagaimana bisa lebih berkuasa terhadap gawai orangtuanya?  

Dari soal trending Youtube, HP terbaru, hingga kepolosan orangtua. Hikmah apa yang bisa diambil dari artikel ini?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun