Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kalau Sudah Jodoh dan Rejeki, Tak akan ke Mana

19 Juli 2021   16:59 Diperbarui: 19 Juli 2021   17:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Disclaimer: Maaf. Tulisan ini bukan tentang pernikahan. Hehehe.

Lha terus, tentang opo?

Tentang cari rumah sewa!!!

Err what? Lalu, apa hubungane antara cari rumah sama jodoh?

Here it goes:

Alkisah, Juli 2017 di musim panas yang memang panas, kami harus dalam 2 minggu segera cabut or pindah ke rumah lain karena rumah sewa kami (kompleks untuk orang asing) akan diambrukkan intinya. Sebenarnya Notice dan pengumuman sudah disounding bbrp bulan sebelumnya. Namun, kami ingin tinggal di rumah itu sampai agak-agak akhir mendekati deadline......karena sewa rumah kami saat itu tergolong murah krn disubsidi kampus. Jadi...banyak pertimbangan sebelum nyari yang baru. Mikir duitlah intine.

Harga sewa rumah di Seoul kan mahal. Harus punya duit deposit segini segitu plus ini itu. Karena saya hanya mahasiswa asing biasa, maka urusan nyari rumah ke mana dan pakai duwite sopo, itu sudah tanggung jawab saya. Beda kalau saya professor misalnya. Pasti dibantu or diganti. Lha...mhsw biasa...yo mikir dewe.

Intinya...visa kami sakjane hanya tinggal 6 bulan saja. Tinggal ujian saja dan pulkam. Semester terakhir critane. Hmm kok ya adaaaa saja cobaan.

Pdhl dlm 1 bulan ke depannya kami berdua harus "pergi sebentar" meninggalkan anak-anak selama 3 minggu. Mereka harus punya tempat tinggal selama kami "pergi" sebentar itu.

Khawatir? Oh, tentu.

Panik? Alhamdulilah tidak.

Anyway...back to cerita nyari rumah sewa itu.

Mana mungkin menyewa rumah di Korea di bawah 1 tahun. Apalagi hanya 6 bulan! Mmm mungkin sih, tapi kemungkinan ada yang mau nyewain pun kecil.

Akhirnya hampir tiap hari saya pontang-panting ke beberapa budongsan a.k.a. agen sewa-beli rumah.

Saya tahu diri dan tahu situasi dan fakta bahwa: (a) saya ini mahasiswa asing. (b) saya ada buntut 2 anak. (c) visa kami tinggal 6 bln. (d) Duwit ya cukup/pas-pasan.

Jadi: kami ora muluk-muluk nyari rumah yang besar. Kami sadar bahwa deposit pun rata-rata adalah Rp 60 juta utk rumah yang cukup untuk 4 orang alias kamar 2 buah. Belum lagi, per bulannya pun rata-rata kudu ngrogoh saku Rp 6 juta. Itu pun rumahnya macam di film Parasite tapi agak di atas dikitlah. Kalo di Jogja? Wah tak boleh ngebandingin.

Intinya...harus dapat rumah. Palli-palli. Cepet-cepet.

Wait, that's not the point.

Yang penting adalah mencari orang atau agen rumah yang baik hati yang bisa mau dan bantu mencarikan rumah yang bisa disewa 6 bulan. Syukur-syukur bisa didiskon atau murah.

Ada agen rumah yang begitu saya jujur bilang mau sewa 6 bln saja.., gak ada 1 menit pun ...bilang tak bisa bantu...atau bilang itu tak mungkin.

Ya sih...saya sudah tahu dari awal bahwa itu agak impossible.

Subplot pertama: ada agen rmh yang bilang ada rumah yang boleh disewa 6 bln. Senengnya. Tanpa pikir panjang. Kami datang, lihat dan walaupun tak sreg di hati,  bayar uang tanda jadi drpd disewa orang lain. Hiks. Ternyata....kami harus bersih-bersih sendiri, fixing ini itu sendiri. Lha.itu perlu duit. Ok rapopo lagipula dekat dengan SD-nya Freya, saat itu. We desperately had to move out dulu.

Subplot kedua: ada agen lain yang menawarkan rumah yg kali ini dekat dengan sekolahnya Eyra, saat itu. Kami datang, lihat, dan pertimbangkan.

Intinya...dua rumah itu walaupun boleh disewa 6 bln, tapi spt rasanya kalau dihitung spt bayar hampir 1 thn krn mereka tak mau rugilah. *dalam hati, tahu gitu pindah saja 1 tahun sebelumnya* But hey....we didn't know that we had to move out dari rumah kami saat itu. Bayangan manis saya adalah..sampai lulus kuliah....pun bisa tetap tinggal di rumah subsidi.

But....cobaan datang. Right?

Subplot ketiga (sudah hari ke berapa entah): saya lagi-lagi mengajak Eyra dan Freya untuk hunting rumah. Memasuki kantor satu agen satu ke agen lain. Dasar saya ini orang .....yang tahu diri bahwa dirinya tak punya power...maka saya hanya lihat agen rumah yang tidak begitu intimidating. I just sensed it.

Kami hanya memilih agen rumah yang keciiil keciiiiil.....di pojok.....bukan yang terkesan mentereng...yang kayaknya ora pas untuk mhsw seperti saya saat itu.  

Ok long story short: kami malah mau pulang dan bertiga naik bus dari Hoegi dekat kampus saya dan anehnya...pas di dalam bus...kok melihat agen warna kuning yang entah seperti menohok mata. Kami pun turun di halte berikutnya dan sengaja balik ke agen itu.

Begitu masuk.....ada seorang ibu paruh baya yang sedang menelepon.

Begitu kami masuk....tak lama dia menghentikan teleponnya dan langsung menyambut saya dan anak-anak. Pasti tak ada tujuan lain kan ..selain saya nanya ada rumah or not.

Yup. Intinya...lagi-lagi...dari awal HARUS JUJUR bahwa kami hanya perlu tempat tinggal yang bisa disewa 6 bulan saja dan tak begitu mahal dan cukup untuk kami berempat.

Rasanya beda dengan yang lain-lain, Ibu itu....langsung nyari logbooknya. Yup, dia tak pakai komputer atau apa. Di buku catatannya....saya lihat dia bolak balik halamannya dan langsung bikin telepon ke 2 orang. Tak lama, kami pun diajaknya lihat 2 rumah itu. Bagus sih intinya...tapi ternyata....depositnya kok mahal sekali. Ya...begitulah.

Akhirnya....keesekon harinya, kami diminta untuk balik.

Ternyata ibu itu sudah bikin list alamat-alamat yang bisa kami datangi dan lihat. Ternyata suami pemilik agen itu akan mengantar kami mengintip daftar rumah itu.

Ok.... Hunting pun dimulai. Saya diikuti ke sana ke mari oleh 2 buntut (Eyra&Freya) yang syukurlah senang-senang saja.

Saya sengaja ngajak Eyra dan Freya karena mereka jugalah yang akan tinggal di sana walaupun sebentar.

Intinya, dari pagi sampai siang.....lelah, capek, kepanasan di summer-nya Korea....nihil hasilnya. Tak ada yang pas dengan budget atau tak sesuai dengan hati dalam banyak hal.

Kami pun akhirnya balik ke kantor agen menemui ibu pemiliknya.

Ditawari minum dan akhirnya cerita ini itu .

Sembari ngadem, minum dan bercerita, tiba-tiba ada seorang ibu di kantor agen itu....yang bilang bahwa dia punya rumah yang kosong lantai duanya. Dia menawari kami untuk melihatnya saat itu juga.

Ibu itu ternyata berteman dengan agen itu. Dia hanya datang ngadem nyari AC di kantor itu dan ingin ngobrol sepertinya. Dia tak berniat menyewakan.

Namun, entah karena "kasihan" pada kami atau karena apa....saya tak tahu. Intinya...dia menawarkan kami untuk melihatnya saja.

Keluarlah saya, Eyra, dan Freya mengikuti Ibu itu memasuki gang-gang dan lorong naik di daerah Hoegi.

Singkat cerita: kami pun melihat dan akhirnya ...merasa seperti ada yang menyedot...bahwa that was exactly what we needed for.

Ibunya sudah mendengar dari awal kisah saya...saat di kantor.

Di saat itulah dia bilang uang depostinya 1 juta won saja gpp. Saya seperti tak percaya dengan apa yang saya dengar. Rumah itu seharusnya...depositnya bisa 10 juta won alias Rp 12 juta saja. Padahal seharus Rp 120 juta. Oh....saya sepertinya tak bisa berkata apa-apa. Uang sewa per bulan tapi harus dibayar di muka untuk 6 bulan. Ok.....seperti menangis....terharu....saya berterima kasih dan tentu saja kami tak bisa menolak tawaran itu. Kami pun sepakat untuk segera membuat kontrak di kantor agen itu.

Alhamdulilah....inilah yang saya bilang bahwa rejeki dan jodoh itu tak akan ke mana. ASAL...kita sudah pontang-panting berusaha hingga sundul atau giving it all we got.

Ya...kita tak tahu kapan menerima *rejeki* atau *jodoh* itu.

Namun yang pasti.....ada pelajaran yang saya dapatkan, bahwa rumah itu tak akan *datang* dari ATAS jika yang di ATAS tidak melihat bagaimana kami sudah ke sana ke mari berusaha mencarinya.

Uang jadi di 1 rumah yang pertama, tak bisa kami ambil. Kami ikhlaskan. Yang penting.....kami bisa mendapatkan *home* yang dekat dengan kampus, dekat dengan sekolahnya Eyra, dengan harga yang membuat kami bernafas lega.

Saya dan istri bisa "pergi sebentar" selama 3 minggu dan kami bisa segera pindah usung-usung barang ke rumah baru itu.


Yang tak disangka lagi: Ibu dan suami pemilik rumah itu sangat ramah dan menganggap Eyra Freya seperti cucunya. Kebetulan mereka tinggal di atas (di lantai 3). Beberapa kali mendapatkan cipratan makanan pas acara-acara.

Sampai terakhir 2019, setiap balik ke Korea, saya selalu mengunjungi mereka berdua. Mereka sangat bahagia melihat saya semacam pulkam. Ya..walaupun itu adalah rumah kami selama 6 bulan, bukan 6 tahun...namun....banyak kenangan di sana.

Hanya sejak Covid saja....saya tak bisa/belum bisa balik kampung.

Semoga suatu saat bisa ke sana lagi.

Well, intinya...the lessons I learned dari kisah saya tahun 2017 itu adalah.....once again...rejeki dan jodoh (rumah in this case).....atau in general...apa pun yang kita inginkan.....insyallah akan di tangan kita jika kita berusaha semaksimal mungkin. At least berusaha dulu. Terlalu cliche banget nulis ini......but....itu salah satu episode yang bikin kami bersyukur jika mengingatnya.

Alhamdulillah hingga lulus pun....kami tinggal di sana hingga awal 2018...

PPKM, semi lockdown...makes me wonder and wander everywhere to the past recolections.

July, 2021

#creatingmemories #kenangan #seoul #sewarumah #jodoh #rejeki #thankful #bersyukur #ppkm #semilockdown

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun