Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berinvestasi Saham, Akankah Menjadi Tren 2021?

6 Januari 2021   00:48 Diperbarui: 6 Januari 2021   00:52 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pergerakan harga saham (Thinkstocks)

Artis Raffi Ahmad dan Ari Lasso harus berurusan dengan otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelumnya, entah disengaja atau tidak, keduanya tiba-tiba saja membuat postingan senada di akun media sosialnya. Bukan tentang promosi band atau sejenisnya, melainkan tentang investasi saham. Tak tanggung-tanggung, keduanya bahkan memberikan rekomendasi saham yang patut untuk dibeli. Ketika para artis sudah mulai beralih menjadi "influencer" saham, mungkinkah investasi saham akan segera menjadi tren 2021?

Laksono Widodo, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI memberikan tanggapan berkaitan dengan postingan Raffi dan Lasso. Laksono mengatakan, "Kami ingatkan para influencer soal tanggung jawab moral dan potensi tuntutan hukum kalau pengikutnya dikecewakan".

Selain Raffi dan Lasso, melalui media sosial juga kita bisa tahu ada beberapa artis dan tokoh publik yang beberapa kali bicara tentang investasi saham. Putra presiden Jokowi, Kaesang Pangarep misalnya. Beberapa hari belakangan, Kaesang dalam cuitannya di twitter, selalu bicara tentang emiten saham.

Masih dengan cuitan khasnya dengan nada-nada jenaka, namun Kaesang kali ini bicara tentang pergerakan harga saham di IHSG. Dua emiten favoritnya dan selalu dibincangkan adalah Perusahaan Gas Negara dan Aneka Tambang yang kita tahu merupakan perusahaan BUMN.

Tokoh lain misalnya Ustad Yusuf Mansyur. Sejak tahun lalu, Ustad beken ini juga gencar mengajak pengikutnya di media sosial untuk ikut berinvestasi saham. Ia juga beberapa kali merekomendasikan saham-saham (juga BUMN) yang patut untuk dibeli.

Tahun lalu saat proses merger bank-bank syariah berhasil melambungkan harga saham BRI Syariah (BRIS), Ustad Yusuf Mansyur diberitakan berhasil meraup cuan besar karena ia memang sudah terlebih dulu berinvestasi di saham perusahaan tersebut.


Artis yang fenomenal dan banyak diidolakan kaum remaja dan anak muda, Raditya Dika juga sering bicara tentang investasi saham. Ia sudah beberapa kali diundang perusahaan sekuritas, untuk berbagi pengalaman pribadinya di dunia investasi saham dan tentunya sekaligus mengajak kaum muda agar mulai berinvestasi.

Tren 2021?

Sebagai tokoh idola publik yang terkenal, acapkali apa yang mereka sampaikan secara otomatis langsung ditiru bahkan diikuti para penggemarnya. Tak heran, di era media sosial saat ini, para produsen gemar menggunakan jasa para pesohor untuk mempromosikan barang mereka. Itu dianggap lebih efektif untuk menjangkau calon konsumen.

Bicara tentang investasi saham, ketika semakin banyak artis/tokoh terkenal yang membincangkan sekaligus mempromosikan, kira-kira apa yang akan terjadi? Barangkali kita bisa menduga, bukan tidak mungkin itu akan segera menjadi tren di tahun ini. 

Indikasinya sudah bisa dilihat belakangan ini. Konten-konten yang bicara tentang saham, entah itu sekadar bermuatan edukasi hingga anjuran untuk membeli saham tertentu, kian mudah ditemukan di media sosial. Bila kita gemar berselancar di Youtube, dengan mudah juga bisa ditemukan ada banyak pembuat konten yang bicara tentang investasi saham. Semuanya gratis.

Kesadaran bahwa semua orang perlu investasi sebagai "kendaraan" untuk mempersiapkan masa depannya, terlihat sudah semakin bertumbuh khususnya di kalangan anak muda. Otoritas BEI juga melaporkan peningkatan jumlah investor domestik di pasar saham secara signifikan dari tahun ke tahun masih didominasi oleh generasi milenial.

Baik atau buruk?

Pertanyaan berikutnya, ketika investasi saham menjadi tren, itu menjadi berita baik atau buruk? Jawabannya, tergantung. Di satu sisi, tentu kita sangat mengapresiasi sekaligus bergembira ketika semakin banyak warga yang melek dan berani berinvestasi saham.

Sekurang-kurangnya kita bisa membayangkan suatu saat nanti, ketika pasar saham sudah "dikuasai" investor lokal, maka IHSG kita takkan mudah terombang-ambing oleh investor asing yang gencar keluar dan masuk pasar secara tiba-tiba. Faktanya sampai saat ini, besarnya dana yang dimiliki investor asing sangat mampu membuat IHSG menjadi tidak stabil dan sulit diprediksi.

Dari sisi individu, bila konsisten dan mau belajar, kita bisa berharap akan semakin banyak investor lokal yang berhasil mencapai tujuan keuangannya. Faktanya, sudah banyak orang yang merasakan kesuksesan dalam berinvestasi saham.

Namun di sisi lain, perlu diwaspadai dan selalu diingatkan bahwa investasi apalagi investasi saham tetap memiliki risiko. Beberapa orang bahkan menyebutkan, investasi saham memang menawarkan imbal hasil yang tinggi, tapi jangan lupa risikonya juga tinggi. Meskipun banyak orang yang sudah berhasil, namun tidak sedikit pula yang telah gagal total bahkan jatuh miskin akibat main saham. 

Sehingga perlu ditekankan bahwa berinvestasi saham tidak boleh sekadar ikut-ikutan supaya terlihat keren. Untuk meminimalkan risiko, kita harus selalu punya mindset yang benar serta mau mengisi diri dengan belajar ilmu pengetahuan khususnya tentang investasi saham.

Warren Buffett, investor saham tersukses di dunia pernah mengatakan, "Risiko selalu datang dari ketidaktahuan".            

Memang akan sangat berbahaya, ketika investor saham justru tidak tahu apa yang dilakukannya. Salah satu contohnya, membeli saham hanya berdasarkan rekomendasi orang lain alias ikut-ikutan.

Padahal prinsipnya, ketika membeli saham, sebenarnya kita sedang membeli bisnis perusahaan. Kita membeli saham perusahaan tersebut semestinya karena kita yakin perusahaan itu adalah perusahaan bagus yang bisa mencatatkan kinerja yang baik dan menghasilkan laba. Ketika perusahaan berhasil mencetak laba, maka para investor sebagai pemegang saham yang akan diuntungkan baik melalui dividen maupun kenaikan harga saham.

Demikian sebaliknya. Bila ternyata kita salah membeli saham, misalnya perusahaan itu tidak bisa bertumbuh bahkan bangkrut, maka kita sebagai investor pun harus rela kehilangan uang yang sudah diinvestasikan.

Oleh sebab itu, sebelum membeli saham, seorang investor terlebih dulu harus mempelajari, mengenali bahkan mengerti bisnis perusahaan yang akan dibelinya. Sehingga ia punya keyakinan yang kuat, perusahaan tersebut akan terus bertumbuh di masa mendatang.

Sekali lagi, sangat berbahaya bila kita membeli saham perusahaan hanya dengan bermodalkan ikut-ikutan. Sesungguhnya kita tak pernah tahu apa motivasi mereka sehingga mau mengajak orang lain untuk membeli. Kita juga tak pernah tahu apakah ia pun benar-benar telah membeli saham dimaksud, atau jangan-jangan malah sudah menjualnya saat kita baru akan membeli?

Ingatlah, uang yang kita gunakan untuk berinvestasi saham, sangat berharga karena merupakan hasil kerja keras dan usaha kita. Tentu kita tidak ingin uang yang kita investasikan dengan harapan bisa bertumbuh di masa mendatang, justru hilang gara-gara salah membeli saham.      

***

6 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun