Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Sandiaga Tak Sebodoh yang Anda Kira

9 September 2018   20:56 Diperbarui: 10 September 2018   04:56 7518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Sandiaga saat debat Pilgub DKI (Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)

Sandiaga Uno adalah fenomena. Siapa yang mengira, dalam waktu singkat, kiprahnya di dunia politik nyaris paripurna. Hanya beberapa tahun resmi masuk ke dunia politik, tanpa pengalaman apapun di birokrasi, namun ia berhasil maju dan terpilih menjadi wakil gubernur DKI Jakarta. 

Ketika belum membuktikan apa-apa di DKI Jakarta, Sandiaga kini sedang menapaki jalan menuju istana kepresidenan, menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Terlepas dari isu "mahar" politik yang sempat beredar, ditambah lagi Bawaslu pun sudah memutuskan bahwa isu tersebut tak bisa dibuktikan. 

Memasuki kancah pertarungan Pilpres 2019, saya melihat Sandiaga sedang melakukan melakukan pola yang mirip seperti saat sedang bertarung di Pilkada DKI Jakarta. 

Beberapa hari ini, banyak orang yang terlalu bersemangat mengejek bahkan mengolok-olok Sandiaga Uno. Berawal dari pernyataan Sandiaga bahwa akibat lemahnya rupiah, uang seratus ribu rupiah kini hanya bisa dipakai emak-emak yang berbelanja di pasar untuk membeli cabai dan bawang. Ada lagi pernyataan Sandiaga tentang tempe yang sudah menjadi setipis kartu ATM. 

Berbagai bantahan bermunculan hingga meme yang tujuannya tidak sekadar melakukan klarifikasi melainkan untuk mengolok-olok pernyataan Sandiaga. Dengan kata lain, mereka sedang berusaha menunjukkan bahwa pernyataan Sandiaga tak hanya bohong tapi bodoh. 

Lalu apa kaitannya dengan Pilkada DKI Jakarta?. Jika dirunut kembali, di masa-masa kontestasi itu ternyata lebih banyak lagi aksi konyol dan pernyataan "ngawur" yang dilontarkan Sandiaga. 

Sandiaga senam di balaikota (Foto: tribunnews.com)
Sandiaga senam di balaikota (Foto: tribunnews.com)
Ketika artis Dewi Perssik melanggar jalur busway, bukannya mendukung penegakan aturan lewat penjatuhan sanksi, Sandiaga tiba-tiba malah mengusulkannya diangkat menjadi Duta Tertib Berlalulintas. 

Ada lagi video Sandiaga saat diwawancarai wartawan mengenai solusi mengatasi kemacetan pun sempat viral dan jadi bahan cemoohan. Komentarnya soal kemacetan di Tanah Abang juga aneh karena menuding penyebabnya adalah pejalan kaki. Ada lagi pernyataannya ingin mengubah Alexis menjadi Al-Ikhlas. 

Sandiaga sepertinya memang ahli pengalih perhatian publik. Berbagai aksi dan pernyataannya kerap menjadi "bahan gorengan" media bahkan lawan politiknya. Pada satu sisi, ia selalu berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian publik dan lawan politiknya pun menjadi terlalu sibuk untuk sekadar mengolok-olok dirinya. 

Ketika sudah menjadi perhatian publik, lalu ia masuk dengan gagasan dan konsep yang menusuk langsung ke "jantung" para calon pemilih. Sandiaga tetap fokus dengan isu ekonomi yang melekat dalam dirinya sebagai seorang mantan pengusaha. 

Sandiaga juga tetap konsisten dengan konsep yang ditawarkannya dan gencar mempromosikannya kapanpun dan dimanapun ia berada. Konsep OK OCE, meski sampai hari ini tak jelas hasilnya, minimal sudah berhasil menghantarkan kemenangan buat Sandiaga.  

Menjelang Pilpres, pola yang digunakan Sandiaga pun sepertinya masih sama. Setelah mengeluarkan pernyataan "konyol" soal lemahnya rupiah dan menjadi bahan olokan banyak orang, Sandiaga langsung "menusuk" dengan cara menukarkan sejumlah mata uang dollar miliknya sebagai bagian dari langkah nyata menguatkan rupiah.

Sandiaga saat tukar dollar miliknya (Foto: tribunnews.com)
Sandiaga saat tukar dollar miliknya (Foto: tribunnews.com)
Lawan politik Sandiaga justru masih sibuk mempersoalkan dan mengolok-olok jumlah yang ditukarkan, seolah tak menyadari bahwa aksi kecil itu sebenarnya bagian dari upaya merebut kepercayaan calon pemilih (terutama swing voters). 

Saya memperkirakan, Sandiaga masih akan terus beraksi dengan berbagai aksi dan pernyataannya guna merebut perhatian publik, tak peduli apakah itu akan menjadi kontroversi dan dijadikan bahan olokan lawan politiknya. 

Sajak Tiongkok kuno mencatat ada 36 skenario perang dalam sejarah Tiongkok. Orang-orang Tiongkok mengatakan bahwa, "Hanya ada 36 Strategi di bawah langit", menandakan bahwa semua strategi perang modern ataupun klasik merupakan variasi dari 36 Strategi dasar tersebut. Salah satunya menyebutkan, 

"Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan macan. Sembunyi di balik topeng ketololan, mabuk, atau gila untuk menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Giring lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga menurunkan level pertahanannya. Pada situasi ini anda dapat menyerangnya".   

Apakah Sandiaga mengetahui bahkan sedang menerapkan strategi ini, tentu hanya ia yang tahu. Namun, demi melihat segala pencapaian dan kesuksesan yang sudah diraihnya, satu hal yang pasti bahwa Sandiaga tentulah tak sebodoh yang dikira dan dipersepsikan beberapa orang.

***

Jambi, 9 September 2018    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun