Mohon tunggu...
H.Sabir
H.Sabir Mohon Tunggu... Freelancer - Lakum Dinukum Waliyadin

Dunia ini hanya untuk disinggahi dan dinikmati sesekali kita memang akan kedatangan sial, tapi tak akan berlangsung lama tidak ada pesta yang tak usai demikian juga tidak ada badai yang tak reda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jilbab Arabian di Tanah Anarki, Haruskah Kebaya dan Rambut Bersanggul Punah karena Syariah?

30 Juli 2021   11:01 Diperbarui: 30 Juli 2021   11:28 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuplikan gambar 3 pemeran wanita dalam Film 3 Dara 1956, kompas.com

Saat penulis mulai mengetik tulisan ini, sedang mendengarkan lagu dari SID yang berjudul Tanah  Anarki selain lagunya yang cukup populer dan tak pernah lekang waktu. tetapi bukan itu saja yang membuat penulis selalu ingin kembali memutar lagu utama dari album SID tersebut.

Adalah Brianna Simorangkir sosok perempuan yang menjadi model video klip sekaligus pasangan duet di video klip di album Superman is Death  ini yang sungguh anggun dalam balutan kebaya dengan rambut sangguln ya membuat mata tak berkedip sedikitpun untuk menikmati kerupawanan biduan itu. Sangat Indonesianist sekali, sosok wanita berbalut kebaya dengan rambut yang disanggul.

Mengingatkan kita pada sosok-sosok perempuan bangsa ini jaman dahulu, berkebaya dan bersarung lingkar yang melekat ketat ditubuhnya hingga berjalanpun tidak boleh serampangan serta sanggul menempel di kepala yang nampak anggun kala melangkah. 

Sekitar tahun 80-90 an masa kecilku masih sangat jarang terlihat Wanita berjihab di kampungku, mungkin juga di jakarta demikian. jikalaupun ada biasanya mereka terlahir dari keluarga yang cukup alim  dari kalangan yang berpendidikan agamanya sangat kental. barulah sekitar 2000an kesininya saya melihat hampir mayoritas Ibu-ibu di kampungku menggunakan hijab untuk ke pesta-pesta atau keluar rumah.

Kemajuan kebebasan berekspresi yang semakin maju belakangan ini membuat kita sudah tidak bisa lagi membedakan mana budaya dan mana ajaran agama. Saya termasuk orang yang bersetuju dengan gagasan Islam Nusantara yang saya maknai sebagai pandangan hidup kita beragama islam tanpa kehilangan budaya atau wawasan kebanggsaan kita. perpecahan politik di negeri ini pasca Pilpres membuat gagasan ini dimaknai secara politis oleh pemikiran-pemikiran yang bersebarangan arus politiknya. Sehingga gagasan ini tidak bebas bertumbuh dan berkembang secara sembunyi-sembunyi bak ideologi yang malu-malu.

Sebagai seorang muslim saya mungkin akan berdosa dikala membandingkan pakaian syariah dengan pakaian budaya bangsa, tetapi bukankah kita semua menyadari bahwa belakangan ini pakaian syariah (jilbab) tidak lagi terbatas pada makna sebagai penutup aurat dan melambangkan tingkat tingginya pemahaman agama seorang wanita muslim. Anak-anak jaman peralihan antara orde baru ke reformasi mungkin masih melihat Jilbab sebagai pakaian yang tak masuk dalam trend berbusana, bahkan cenderung malu-malu mengenakannya dan merasa tak pantas atau belum pantas keimanannya.

Jilbab dimaknai sebagai kepantasan seseorang, kealiman dan kesucian wanita sholehah, sesuatu yang ketika ia kenakan maka terbataslah ruang pergaulannya, saya bahkan tidak pernah melihat wanita berjilbab berboncengan dengan bukan muhrimnya di era 90an (tentu saja di lingkungan tempat saya tumbuh). atau wanita berjilbab yang mendatangi tempat karaoke maupun berkerumun bersama teman-teman lelaki.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta sekitar tahun 2005 saya bahkan sedikit kaget melihat wanita-wanita berjilbab yang dengan bebas nongkrong bersama lelaki, pacaran dengan bebas di jembatan-jembatan fly over dan bergelayutan saat berboncengan dengan pria. sesuatu yang tidak pernah saya lihat terjadi di tempat asalku di Manado.

Masa remaja pernah memiliki pacar yang berjilbab yang akhirnya hubungan kami putus dikarenakan begitu tinggi rasa hormatku pada pakaian yang dikenakannya, dia selalu memberikan jarak semeter dalam setiap pertemuan kami sementara naluri pendosaku yang juga masih agak candu pada romansa orang berpacaran selalu merayuku.

Kita bahkan lebih sering menemukan para pendosa, koruptor dan pelaku kejahatan lainnya  yang kemudian menutup auratnya ketika tertangkap tangan atau berurusan dengan hukum lalu mendadak jilbab saat teleconference. meski tidak sepenuhnya benar tetapi ada fenomena Jilbab era sekarang ini bertambah fungsi sebagai pelindung dan tameng seseorang wanita muslimah yang terjerat kasus.

Jika anda mengunduh aplikasi kencan yang begitu bebas di negara ini, kita akan menemukan beberapa penjaja layanan seks disana bahkan menggunakan pakaian Jilbab untuk menambah nilai jualnya. mereka bahkan tanpa malu-malu memperagakan erotisme dengan kepala yang masih  berpenutup layaknya jilbab. Mirisnya lagi kebanyakan mereka justru beragama islam, tidak ada lagi rasa takut atau sakralnya pakaian penutup aurat itu dalam kesehariannya.

Lalu munculah gagasan pemikiran tentang Islam Nusantara yang digaungkan oleh kalangan organisasi islam terbesar di negara ini, sayang kehadirannya yang muncul ditengah situasi politik pasca pilpres menyebabkan ide tersebut dimaknai secara politis oleh kaum yang saling berseberangan.

Mungkin 25 tahun dimasa datang wanita-wanita Indonesia kebanyakan akan menanggalkan budaya berkebaya, atau  hanya akan dikenakan oleh kalangan non muslim di negara ini. Meskipun ada beberapa yang direstorasi seirama dengan pakaian syar'i tetap saja sedikit mengaburkan pesona asli budaya kebaya nusantara.

Wanita kita bukan berarti sangat vulgar dalam kesehariannya, jika kita menonton cuplikan video-video jaman dahulu kita akan menemukan wanita yang menggunakan penutup kepala, seperti yang kita lihat pada sosok ibu negara pertama republik ini yakni Fatmawati atau Gusti Nurul yang tersohor aura kecantikannya yang sangat indonesianis.

Wawasan kebangsaan yang semakin kabur bahkan cenderung menjadi bargaining politik di beberapa moment serta menguatnya isu keagamaan dan kulturasi budaya arab yang datang seiring perkembangan Islam sedikit demi sedikit mengikis budaya berkebaya perempuan kita.

Semakin kita memaksakan anak-anak balita kita untuk berpakaian syar'i, sesuatu yang belum bisa dipahami oleh mereka yang akhirnya menyebabkan mereka tumbuh cepat dewasa dalam pemikiran dan cara pandang mereka pada tubuhnya. justru banyak kita temukan pelecehan-pelecehan atau aktifitas seksual yang terjadi pada anak-anak dibawah umur.

Lalu apakah gagasan islam nusantara perlu untuk kita doktrinkan lagi layaknya P4 pada zaman orde baru, agar kita tidak kehilangan jatidiri bangsa, identitas wanita kita yang kita pilah dan batasi ruang percakapan diskusinya tanpa embel-embel tatanan nilai beragama. Agar kita tetap memiliki pesona perempuan-perempuan melayunesia atau javanis yang anggun, berwibawa dan berkarakter nusantara, atau kita tempatkan saja keduanya berdampingan secara adil layaknya ideologi sekuler? tidak berpakaian syar'i namun tetap dalam kesopanan dan adab wanita indonesia.

Peristiwa Restorasi Meiji di Jepang mungkin bisa sedikit menjadi gambaran akan derasnya pengaruh barat pada tatanan kehidupan sosial di Jepang, yang kemudian hari disadari oleh para pelopornya lalu menghidupkan kembali tatanan masyarakat Jepang pada etika timur, sosiologi adab dan tradisionalnya dipertahankan tanpa menolak arus perkembangan global. Kita yang dikepung oleh arus Kebarat-baratan pada trendnya dan ke Arab-araban pada moralitas keagamaannya. Perlu sedikit bercermin pada peristiwa restorasi Meiji di Jepang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun