" Pak...pak Nasri.... pak!. ", suara Sodrun sambil menoleh kebelakang berteriak ringan mencari Pak Nasri. "Paimo, buatkan kopi Pak! ".
" Siap ", jawab Pak Nasri dari dalam sambil merapikan gelas-gelas sn kopi pelanggannya yang sudah berangsur bubar.
" kopinya spt biasa-kan, istiqomah?! ". Suara pak Nasri memastikan.
" Yoi, Pak! " kata Paimo.
Paimo; " eh cerita dong soal materi yang disampaikan Ustadz Dilanuddin dalam safari malam 17 Romadlon!.... ".
" Salah sendiri kamu gak hadir, sudah ditunggu-tunggu, kamu kan sudah janji sendiri, wah kamu itu Mo, jangan gampang berjanji, jika ahirnya kau sendiri yang mengingkari!, (Sodrun, seperti mengutarakan kekesalannya).
" Yo maklum saja, saya kalo pagi kan kesawah bantu orang tua, sekalian cari ramban (rumput) buat kambing investasi jika sudah nemu calon ", " jadi, harap maklum, pendekatanmu harus pendekatan husbudzon coba, jangan memelihara suudzon cuy! ", " maka kita tidak mudah mengambil kesimpulan seenak wudele dewek ". (Paimo berusaha cerdas dan tepat menjawab).
" cerita saja lah, Run!, Â paksa Sodrun.
Sodrun; " Ustadz  Dilanuddin menjelaskan tentang " Korelasi Romadlon, Nuzulul Qur'an, dan lailatul Qodr..... ".
" Nah, lailatul Qodr-nya tuh.... jelaskan ", (belum selsai Sodrun bercerita, Paimo seperti begitu penasaran tentang lailatul qodr).
" ibarat tamu, Romadlon merupakan tamu istimewa yang berlabuh dihati kita. Bagi siapa saja yang menyambutnya, mempersiapkan, dan melayani dengan baik, maka Romadlon akan lebih memilih jiwa kita yang demikian itu ". " diantara rombongan tetamu tersebut, jika boleh saya " andaikan ", terdapat tamu istimewa-wa-wa-wa (lagi), layaknya perempuan pingitan, tubuhnya terbungkus, auratnya terjaga, senyumnya pasti begitu mempesona menggoda, hadirnya amat dinantikan dan dipuja-puja. Dialah lailatul qodr ".