Mohon tunggu...
Mousepad Arie
Mousepad Arie Mohon Tunggu... -

anak manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Negeri Mimpi Kaum Priyayi

29 Juli 2014   18:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:55 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para priyayi lahir dari sifat-sifat kemaruk. Yang terheran-heran dan dendam pada biografi kemiskinan, lalu menghalalkan segala cara untuk meraih kedudukan dan kekayaan. Kini para priyayi dilahirkan oleh instrumen demokrasi bernama Pemilu. Dalam prosesnya pemilu hanya melahirkan para priyayi baru dan bukan negarawan.

Semakin hari saya semakin tidak bisa menghindarkan diri dari kemarahan. Kemarahan yang disebabkan oleh rusaknya mental para generasi muda Indonesia. Kerusakan yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan terorganisir sehingga menjadikan generasi muda Indonesia menjadi generasi yang konsumtif dan bermental tempe.

Bung Karno pernah mengatakan, "Untuk melumpuhkan satu bangsa tak perlu menurunkan sepasukan tentara, tetapi lumpuhkan saja mental anak mudanya".

Perkataan Bung Karno itu kini telah menjadi kenyataan. Saat ini generasi muda Indonesia telah menjadi generasi yang pragmatis, bercita-cita hidup happy tetapi tidak mau bekerja keras. Pragmatisme itu disebarkan secara masif layaknya virus. Disebarkan langsung ke rumah-rumah lewat televisi sebagai agen penyebaran sejati. Disebarkan bahkan sampai pada kantong-kantong rakyat miskin.

Bukan soal televisinya, tetapi lebih kepada fungsi televisi itu sendiri. Televisi yang tadinya sebagai alat komunikasi, hiburan dan informasi, kini menjelma menjadi agen penanaman mimpi yang menyeramkan lewat iklan dan tayangannya.

Dulu kita belajar tuntunan moral dari wayang dan sastranya, sekarang kita belajar dari iklan dengan mimpi-mimpi hidup mewah dan bisa happy dengan tanpa bekerja keras.

Ternyata saat ini kita telah mengalami kegagalan besar. Ternyata kita hanya melakukan revolusi fisik dan tidak melakukan revolusi kebudayaan secara benar. Feodalisme yang ditinggalkan Mataram dan kolonialisme semestinya sudah dihilangkan, bahkan harus sudah dihilangkan ketika Republik Indonesia ini didirikan.

Feodalisme itu musuh besar negara kita. Sekarang kita ibarat negara republik rasa kerajaan. Namun anehnya banyak pejabat kita yang menikmati rasa itu. Hal inilah yang menjadi sebab mengapa korupsi sulit diberantas di Negara ini. Dan yang lebih anehnya lagi orang yang hidup dari APBN malah di mulia-muliakan sementara petani yang hidup mandiri disepelekan.

Berhentilah bermimpi jadi priyayi, yang selalu merasa lebih bermartabat dari kaum rakyat jelata. Feodalisme yang dihasilkan oleh proses politik ini juga harus segera dihentikan. Munculkan sifat-sifat egaliter, jujur, rendah hati, demokratis dan perasaan senasib sepenanggungan. Cuma itu cara untuk menegakkan peradaban. Tak usah jauh harus ke istana, kantor kementerian atau partai, cukup mulai dari lingkup terkecil kita yaitu keluarga. (AT)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun