Hari ke 21 menjadi anak kos di belantara Jakarta.
Cieee, Jakarta. Eh, Jakarta? Ngekos?
Iya.
Dan ini masih hari ke-19 dari rangkaian 3 bulan pelatihan perawat neonatal intensive care. Tapi saya nggak bakal cerita soal pelatihannya. Karena bagian paling heboh dari hidup saya saat ini itu adalah, tarara, menjadi anak kos.
Bukan nggak pernah sih hidup di luar rumah. Pernah. Tiga tahun tinggal di asrama waktu masih sekolah dulu.
Di asrama?
Iya. Karena saya memilih melanjutkan pendidikan menengah atas itu di sekolah perawat yang mana saya harus bersedia tinggal di asrama. Tuh, bukan hal aneh kan? Bahkan waktu di asrama, dua bulan pertama saya benar-benar diisolasi dari lingkungan luar. Gak boleh pulang. Gak boleh dikunjungi. Gak boleh nerima telpon, surat, faksimili dan bahkan juga gak boleh keluar dari lingkungan asrama.
2 bulan, boss. Apa gak stress?
Tapi syukurlah. Anteng-anteng aja tuh. Dua minggu pertama sih gak berasa ya. Soalnya kita masih adaptasi mengenal lingkungan dan teman-teman baru. Ada hiburannya. Nah, mulai minggu ketiga, mulai dah tuh, kangen-kangen pulang. Mulai ada yang nangis-nangis rindu rumah.
Rumah doang?
Ya enggak lah. Rumah dan seisinya, terutama orangtua.