Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dan Agama Pun "Tumbang" di Hadapan Corona

13 April 2020   00:58 Diperbarui: 13 April 2020   01:14 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah tidak ada lagi orang beriman yang berani melawan corona, selain beberapa oknum orang beriman yang berani melawan, dan kemudian menjadi penyebar pandemi mematikan tersebut. Alasannya sederhana, orang-orang  takut akan kematian, sekaligus mereka tidak mau orang lain mati atas ulahnya. Kematian adalah momok paling menakutkan dalam hidup manusia, sedalam apa pun imannya. 

Lalu kemana para pemuka agama yang setiap waktu bicara surga dan neraka? Apakah mereka masih berani melawan corona? Tidak. Mereka juga tidak berani. Mereka juga takut mati dan takut membawa malapetaka kepada orang lain.

Corona menyerang eksistensi manusia. Setiap manusia tidak akan mau berkonfrontasi terhadap bahaya yang mematikan. Menghindar adalah cara manusiawi, walaupun setiap saat dia beriman begitu mendalam terhadap Allah, karena Allah pun tidak pernah menganjurkan manusia untuk mati konyol di hadapan bahaya. 

Beriman tidak serta merta membuat manusia menggantungkan diri sepenuhnya kepada yang diimaninya. Kalau orang percaya bahwa kematian sudah ditakdirkan Allah, itu tidak berarti dia berani menabrakan dirinya kepada kreta yang sedang melintas, misalnya. Karena perbuatan tersebut dikategorikan bunuh diri. Dan itu dilarang agama. 

Atau ketika bus melintas sangat kencang, tidak ada orang beriman yang setiap hari menyerukan nama Allah, mau menerjunkan diri dari bus yang sedang berlari kencang. Karena sekali lagi perbuatan tersebut membahayakan dirinya. Karena itu, iman mesti dibarengi dengan pertimbangan akal budi, agar "kepolosan" seorang beriman bisa dipertanggungjawabkan secara sosial.

Aspek sosial iman mengajak orang untuk tidak ikut menyebarkan corona terhadap orang lain dengan tidak melakukan kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang. Selain itu, iman yang rasional-sosial mengajak orang beriman, untuk tidak memersalahkan Tuhan dan orang lain dalam imannya. Karena beriman demikian tidak bertanggung jawab. Dia menjadi kerdil dan mati. 

Iman yang sosial mengajak orang untuk ikut merawat alam. Karena segala kebutuhan manusia bersandar pada semesta sebagai makrokosmos.

Apakah dampak pandemi corona adalah akibat kegagalan manusia merawat alam? Kalau melihat dampak global warming (pemanasan global) yang terjadi sekarang ini, virus corona jelas-jelas merupakan akibat ketikseimbangan alam. 

Kelelawar yang mestinya berada di hutan dituding sebagai penyebar virus akibat tindakan manusia yang ingin menguasai alam, sehingga binatang pun hendak dihabisinya. Selain itu, proses pengrusakkan alam yang dasyarat, sangat jelas terlihat melalui usaha mengeksploitas alam untuk kebutuhan manusia. 

Terhadap semua tindakan eksplotasi itu, alam mau tidak mau harus menyeimbangkan keadaannya agar tetap bertahan. Alam perlu bersolek diri. Alam perlu merawat dirinya agar tetap tampak cantik. Proses alamiah itu, merugikan manusia, karena manusia harus menanggung akibat atas perbuatannya. 

Karena itu, agar tetap bertahan di hadapan proses alamiah semesta manusia mesti serius berbenah, serta memperhatikan kelangsungan alam. Karena dengan itu, manusia juga ikut menjaga keberlangsungan hidupnya sendiri. Sebab tanpa alam manusia tidak mungkin bertahan, termasuk agama dan para pengikutnya turut terdampak, sehinga mereka pun "tumbang" diamuk semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun