Mohon tunggu...
Emi van den Berg Dakri
Emi van den Berg Dakri Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dont judge a book by its cover

Lahir di kota cilacap, indonesia. Penggemar musik yang juga suka baca buku. Senang menuangkan ide-ide dan cerita dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hampir Lebaran

15 Agustus 2012   23:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam hampir menjelang pagi. Jam dinding di kamarku menunjukan pukul empat pagi kurang lima belas menit. Akh…..aku belum terlelap juga. Sudah kucoba sebisa mungkin untuk memejamkan mata, bahkan beberapa kali kubenamkan wajahku di bawah bantal, namun tetap saja aku terjaga. Perlahan aku beranjak dari tempat tidurku. Kurapikan kembali selimut diatas tubuh Sammy suamiku. Aku tak ingin mengganggu tidurnya, karenanya aku memutuskan untuk duduk di ruang tengah.

Sudah beberapa hari ini ingatanku begitu kuat pada kedua orang tuaku. Maklum…lebaran tinggal empat hari lagi. Kubersihkan debu yang tadi menempel pada bingkai bingkai foto yang terpajang di sebelah komputerku. Kupandangi foto bapak dan emak bergantian. Aku rindu mereka, apalagi saat saat hampir lebaran seperti ini. Aku masih ingat lebaran setahun yang lalu, aku masih sempat merayakannya bersama emak dan kakak-kakakku yang lain. Itulah lebaran terakhir dimana aku masih sempat melihat emak untuk yang terakhir kali. Waktu itu emak masih belum sakit, bahkan kami masih sempat bercanda dan beberapa kali dia menyuapi aku saat kami makan bersama. Aku jadi tersenyum sendiri  jika kuingat sampai usiaku yang ke-tiga belas tahun, emak dan beberapa kakak perempuanku yang sudah terbiasa dengan kebiasaan jelekku, tidak pernah keberatan untuk menyuapi aku setiap kali aku makan.

Rahasia Tuhan dan segala kehendak Nya memang tak bisa ku hindari. Bapak meninggalkan kami saat usiaku belum genap empat belas tahun. Meski tak mereka sadari, namun aku-lah yang paling terpukul karena kepergian Bapak. Karena saat itu aku sangat membutuhkan sosok seorang Bapak. Thanks God…sekarang aku punya Sammy. Pada diri Sammy kutemukan sosok seorang ayah yang hampir dua puluh tahun yang lalu tidak pernah aku dapatkan. Dan bulan ini adalah bulan ke lima belas setelah kepergian almarhumah Emak. Tiga bulan yang lalu adalah genap setahun Emak meninggal dunia. Aku dan Sammy-pun sempat beberapa kali mengunjungi makam Bapak dan Emak saat kami berlibur ke Indonesia. Sungguh berat untukku, karena kala itu baru aku sadari tak ada lagi Emak yang ikut menjemput kami di bandara.

Aku mulai menangis jika aku berpikir tentang itu. Kadang aku masih tidak percaya bahwa secepat itu aku harus melepas kepergian kedua orang tuaku. Aku bahkan sering lupa kalau Emak sudah meninggal lima belas bulan yang lalu. Seperti kemarin siang aku bilang pada Sammy bahwa aku harus menelfon Emak. Aku ingin tahu apa Emak sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut lebaran nanti. Aku juga ingin minta maaf pada Emak kalau lebaran tahun ini aku tak bisa pulang menemuinya karena beberapa alasan,kataku pada Sammy. Sammy tersenyum dan mencium lembut keningku.

“ You are so sweet Karin…tonight we are gonna pray together for your mom and Dad, your mom miss you too….” Sammy memeluk erat tubuhku sebelum dia pamit ke tempat kerja. Itulah Sammy….dia tak ingin menambah kesedihanku dengan membuatku merasa bersalah karena sudah ke sekian kalinya aku lupa bahwa Emak sudah tiada.

Kudekap erat kedua bingkai foto Bapak dan Emakku. Air mataku tak bisa kutahan lagi. Seandainya aku bisa kembali ke masa lalu, kemudian menemukan mereka disana…pasti akan kupeluk erat mereka dan takkan pernah kulepaskan lagi.

“Karin…” Sammy mengelus lembut kepalaku. Cepat cepat kuhapus air mataku. Aku tak ingin Sammy melihatku bersedih lagi. Sammy mendekat dan memelukku. Tangisku pecah lagi, membasahi bahu Sammy.

“maafkan aku Sam…I miss them” ucapku terbata-bata.

“it’s ok’…Karin, you may not forget…they love you too and proud of you, let’s pray to God for your parents” kata-kata Sammy membuatku tenang. Dalam doaku aku memohon pada Tuhan agar Dia senantiasa melindungi dan menyayangi Bapak dan Emak, seperti mereka menyayangi aku dimasa aku kecil dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun