Mohon tunggu...
Juniar Sinaga (Nurjannah)
Juniar Sinaga (Nurjannah) Mohon Tunggu... -

Karena ALLAH Hamba Tegar Karena ALLAH Hamba Sabar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MUHASABAH SEORANG MUALAF

12 Desember 2012   13:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:47 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MUHASABAH SEORANG MUALAF

Oleh Juniar Sinaga (Nurjannah)

Bismillah,,,

Assalamualaikum wr.wb

Langit mendung di sore ini seolah menambah kegelisahan hati. Mulut rasanya terkunci rapat hingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Tak ingin di kuasai kekosongan hati, kucoba mendengarkan nasyid dan alunan murattal. Ya Allah, air mata mengalir membasahi wajah sembabku. Entah apa yang kurasakan saat ini. Murung, diam dan terkadang menangis itulah yang terjadi belakangan ini.

*****

+ 2 tahun sudah aku memasuki dunia islam dan resmi menjadi seorang muslimah. Duniaku seolah berubah, batinku terasa tenang. Namun masih banyak kewajibanku sebagai muslimah yang belum bisa terlaksana. Aku masih harus belajar, belajar dan belajar agar kelak kewajiban itu bisa terlaksanakan. Benar, bukan perkara mudah menjalani sebuah dunia baru, namun dengan keyakinan dan niat tulus untuk tetap berusaha insyaAllah akan bisa.

Beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah artikel di salah satu koran online. Disana aku melihat satu judul artikel “ Aphin, Tak ingin selamanya disebut Mualaf’. Sekilas membaca judulnya, aku merasa tertarik untuk membaca isinya. Bukan karena rasa penasaran, namun karena basicnya aku juga seorang mualaf, jadi tak ada salahnya mencari ilmu dan inspirasi pikirku. Bait demi bait kubaca, isinya artikelnya begitu menarik. Tahukah saudaraku, Aphin ini masuk islam semenjak SMA. Dan usai menamatkan sekolah menengah dia ingin memperdalam ilmu agamanya dengan niat masuk pesantren. Niatnya begitu baik bukan???. Namun niat yang baik tak selalu mendapat respon yang baik. Aphin yang kala itu nyantri di salah satu pesantren justru ditolak pihak pesantren. Hal ini diakibatkan karena sebelum Aphin datang ke pesantren tersebut ada seorang santri yang kebetulan mungkin punya etnis yang sama dengannya berbuat kesalahan (ulah) hingga membuat pihak pesantren trauma. Berbagai usaha dilakukannya dan berupaya meyakinkan pihak pesantren agar mengizinkannya untuk nyantri disana. Ending ceritanya akhirnya dia diberi kesempatan untuk bisa nyantri di pesantren yang dia inginkan tersebut. Walau tak selamanya dia nyantri disana, namun setidaknya begitu banyak ilmu yang sudah dia dapatkan disana. Terakhir dia akhirnya bergabung di sebuah pesantren pembimbingan mualaf yang didirikan oleh seorang mantan pendeta. Dia mengaku bahwa setelah menjadi muslim dia merasa tenang.

-------******---------

Dari cuplikan artikel tersebut membuatku kembali bermuhasabah. Seberapa banyak kesalahan yang telah kulakukan selama ini. Apakah aku sudah benar-benar melaksanakan semua dari apa yang diwajibkan??? Aku tak ingin menyiakan waktu karena hidayah tak datang dua kali. Sebisa mungkin ku slalu berusaha memperbaiki hati dan diri hari demi hari.  Mengenai ketenangan batin, itu mungkin jelas dan aku percaya akan hal itu karena sudah aku alami sendiri dan aku juga yakin islam itu begitu sempurna. Allah ta’ala berfirman,

Hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridai Islam menjadi agama bagimu (Al-Ma'idah 5:3)

Berati Allah benar-benar meridhai hidup kita. Jalan hidup memang sudah diatur, kita hanya berupa untuk melaksanakan semua yang dikehendaki-Nya. Yang jelas kita tak bisa memaksakan diri kita untuk sempurna karena masing-masing kita  diciptakan memiliki kelemahan. Allah ta’ala berfirman,

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu karena manusia diciptakan (bersifat) lemah (An-nisa: 28)

Allah begitu baik ya saudaraku. Itulah yang membuatku merasa tenang semenjak ku memilih untuk bersyahadat. Hidupku kuserahkan pada-Nya dan sebesar apa pun beban yang kurasakan. Karen aku yakin hanya Allah yang lebih mengerti hati dan pikiranku.

***

Di atas sajadah ku kembali menangis, merenungi semuanya. Mulutku tak henti beristigfar memohon ampun pada-Nya. Mungkin aku melakukan kesalahan yang terkadang tak kusadari. Satu keyakinanku bahwa jika mau belajar pasti bisa. Apalagi jika yang dipelajari itu adalah agama Allah. Aku pun punya harapan yang sama dengan Aphin, tak ingin selamanya disebut mualaf. Niat yang sama juga sudah tertanam dalam diriku, aku ingin memperdalam ilmu agamaku. Saudara/i Ku doa memiliki pengaruh besar dalam hidup kita, apalagi doa seorang mukmin. Karena itulah mohon doa dari saudar/i Ku agar dunia baru yang sedang aku jalani berada dalam keistiqomahan dan di ridhoi Allah Swt.

Afwan jika ada tersilap tersilap kata,,,,,

Salam ukhuwah,,,,

Kamis, 05 Rabiul Awal 1433 H/29 Januari 2012

JUNIAR SINAGA (NURJANNAH) ,,,

-----------*****---------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun