Mohon tunggu...
Irham Thoriq
Irham Thoriq Mohon Tunggu... -

wartawan, tinggal di Malang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Keharuan Dibalik ‘Tragedi’ Nasi Bungkus HMI

25 November 2015   08:44 Diperbarui: 25 November 2015   09:49 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kesamaan antara Muktamar Nahdlatul Ulama’ (NU) Agustus lalu dengan kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang membuat kita gaduh baru-baru ini. Sebelum  menjawab, saya ingin melontarkan pertanyaan susulan kepada diri saya sendiri; Lalu kenapa kita menyamakan keduanya..?. Bukankah keduanya tidak satu rumpun ideologis.

Membandingkan NU memang lebih tepat membandingkannya dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang merupakan kawan sekaligus lawan HMI di Kampus. Kita tahu, PMII ketika lahir 1960 silam berada dalam rahim NU. Baru sejak 1972, PMII mendeklrasikan dirinya Independen.

Sedangkan HMI dalam sejarahnya tidak pernah berkaitan dengan NU. Meskipun, banyak alumni HMI yang berkarir di NU seperti Mahfud MD, Jusuf Kalla, dan Wakil Gubenur Jawa Timur Syaifullah Yusuf. Singkatnya, HMI dan PMII sama-sama menjadi organisasi yang menyuplai tokoh NU.

Lalu ada apa dengan kongres HMI dan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU). Yang saya lihat dipermukaan adalah kegaduhannya. Pada muktamar NU, di handphone saya masih tersimpan rekaman pidato KH Mustofa Bisri yang sedih karena kongres NU gaduh. Terlebih, ada sebuah koran yang memberi judul beritanya di halaman depan seperti ini: Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh.

Saya yang membaca berita itu juga terenyuh. Kenapa mereka membandingkan dua organisasi yang berbeda itu dalam satu berita. Bukankah itu hanya menyulut api asmara, eh api pertikaian maksud saya.

Tetapi, di kongres HMI kegaduhannya tidak membuat kita terenyuh,  justru menjadi olok-olok di media sosial. Mungkin karena kegaduhannya berurusan dengan nasi bungkus yang tidak dibayar, memblokade jalan, membakar ban, sampai menggunakan APBD Provinsi Riau Rp.3 Miliar.

Jika dirunut kebelakang dari serangkaian pristiwa itu, kegaduhan dalam kongres HMI ini sebenarnya disebabkan satu hal yakni banyaknya rombongan liar atau romli dalam kongres tersebut. Kau tahu, dalam kongres atau muktamar organisasi massa, rombangan liar selalu saja datang. Dan celakanya, mereka lebih banyak menyusahkan panitia.

Melacak rombongan liar ini sangatlah mudah. Biasanya mereka bergerombol, tidak mempunyai hak memilih dan bicara dalam kongres. Mereka juga hanya bermodal nekat. Sederhananya, rombongan liar ini seperti para sekawanan pemuda jomblo yang memilih mengganggu temannya ketika sedang malam mingguan. Sekawanan itu, menggangu dengan pura-pura batuk ketika sepasang kekasih mulai berpegangan tangan, atau mengajak mengerjakan tugas kuliah ketika temannya sedang asyik-asyiknya pacaran. Tindakan seperti itu tentu tidak elok, bukan..?.

Pada Muktamar Nahdlatul Ulama’ juga banyak rombongan liar. Jumlahnya mencapai puluhan ribu, satu diantaranya saya. Ketika itu, ditengah temaram lampu Alun-Alun Jombang, saya melihat pemilihan Ketua Umum NU dari layar berkuran jumbo. Seorang teman, juga bermodal nekat pergi ke Jombang. Dia mengandalkan makanan nasi bungkus yang disebar panitia saban hari.

Tapi, ‘perburuan’ teman saya itu tidak membuat gaduh. Sedangkan, tragedi nasi bungkus HMI membuat gaduh umat sejagat raya. Penyebabnya, karena 21 bus rombongan memakan kesebuah warung, lalu kabur. Pemilik warungpun mengeluh kepada wartawan.

Namun, ditengah kegaduhan kongres HMI itu, kita mendapatkan oase dari pernyataan Ketua Umum HMI Arief Rosyid Hasan. Dalam siaran pers-nya, dia meminta maaf kepada Pemerintah Riau, Masyarakat Indonesia dan umat muslim atas rentetan pristiwa yang mengecewakan itu. Tentu saja, ini pernyataan dari seorang pemimpin sejati yang mengakui kesalahan anak buahnya. Kita tahu, pemimpin yang bersikap seperti pecundang biasanya memilih cari aman dan cuci tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun