Tantangan dunia kerja sekarang ini makin rumit dan kompleks. Ketika generasi Z telah lulus dari perguruan tinggi, berharap untuk bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan di suatu perusahaan besar dengan gaji tinggi. Impian tak mudah diwujudkan karena dalam praktiknya hambatan banyak misalnya kurangnya keterampilan yang relevan, persaingan dengan kandidat yang punya kemampuan yang lebih prima, kesalahan dalam proses melamar pekerjaan.
Ketika semua lamaran belum juga berhasil, generasi Z dan pencari kerja dihadapkan dengan pilihan yang lain yaitu jadi entrepreneur.
Kerangka berpikir untuk jadi entrepreneur itu sangat berbeda dengan solopreneur maupun bermitra strategis.
Solopreneur
Awalnya saya juga berpikir bahwa mudah kok jadi solopreneur itu, asal punya modal skill dan keahlian misalnya saya punya kemampuan untuk fotografi, maka saya ingin jadi fotografer. Seorang fotografer atau sering juga disebut dengan freelancer itu dapat dikatakan sebagai solopreneur atau freelancer, tergantung dari sudut pandang seseorang melihatnya.
Apabila saya sudah punya pekerjaan tetap dan ingin mendapatkan tambahan penghasilan, artinya saya bukan seorang solopreneur. Namun, sebaliknya saya menjadikan pekerjaan fotografer itu bagian dari sesuatu yang membantu bisnis beberapa perusahaan yang membutuhkan branding, maka pekerjaan saya bisa dianggap sebagai solopreneur.
Konsep dari solopreneur adalah seseorang yang menjalankan bisnis sendiri, menjalankan sendiri tanpa bantuan karyawan. Dia juga berfokus pada satu hal dalam bidang bisnisnya, tidak banyak menggunakan waktu untuk urusan logistik.
Sebelum jadi seorang solopreneur, kita harus punya pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan seorang solopreneur adalah kendali sepenuhnya ada di tangan Anda sendiri, keuntungan perusahaan juga milik Anda sendiri. Namun, risiko finansial atau sering disebut dengan kerugian juga ditanggung sendiri, biasanya lebih rendah . Fleksibilitas kerja juga tergantung dari diri sendiri.
Kelemahannya seorang solopreneur adalah beban kerja cukup besar karena semua ditangani sendiri, keterampilan dan pengembangan bisnis terbatas sehingga perusahaan hanya terbatas pertumbuhannya.
Bermitra Strategis
Pertimbangan dari anak-anak generasi Z sekarang ini tidak hanya terpaku kepada solopreneur saja, tapi juga bermitra strategis.