Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mulutmu Harimau, Jaga Ucapanmu Sebelum Menyakitkan Orang Lain

14 September 2022   18:04 Diperbarui: 25 September 2022   13:45 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi-Canva

"TNI Kayak Gerombolan" , ucapan yang dikeluarkan oleh Effendi Simbolon , anggota DPR RI Komisi I Fraksi PDI-Perjuangan dalam rapat pembahasan Komisi I DPR bersama Kementerian Pertahann dan TNI pada 5 September 2022.

Dalam waktu singkat ucapan itu menuai kecaman dari semua anggota TNI , bahkan mereka ingin melaporkan Effendi Simbolon ke MKD.

Kecaman karena dianggap melanggar kode etik, dugaan menggiring opini public dan memecah belah KSAD dan Panglima TNI.

Akhirnya Effendi Simbolon meminta maaf atas pernyataannya. Beliau tidak bermaksud memojokkan atau menjelekkan TNI sama sekali bahkan membuat TNI tersinggung. Perkataan itu timbul dengan tidak sengaja karena kekesalannya melihat pertikaian di kubu TNI.

Apa pun alasan Effendi Simbolon atas kata-kata yang telah dikeluarkan oleh dirinya, ternyata kata-kata itu seperti ungkapan yang sangat tenar "Mulutmu Harimaumu".

Mengapa mulut dianalogikan sebagai harimau? Harimau itu binatang buas , dia bisa menerkam dirimu tanpa daya. Jika kata-kata yang menyakitkan sudah diucapkan, tidak bisa dan tidak mungkin ditarik kembali. Akibatnya cukup fatal, ada orang yang terluka karena ucapan kita.

Itulah akibat apabila kita mengeluarkan kata-kata tanpa hikmat. Sering terjadi perkataan itu bisa berbalik menjadi "senjata tajam" dan menyakit orang lain yang tidak siap atau tidak terjaga.

Setiap kata-kata atau kalimat yang kita lontarkan kepada teman, saudara, ayah, ibu, anak bisa memiliki efek yang buruk maupun baik. Jika efeknya buruk, akan terjadi pertikaian, trauma, sakit hati dan

Bagaimana menjaga ucapan sebelum terlontar?

1. Menahan emosi sebelum bicara

Adakalanya saat kita berinteraksi dengan teman, saudara, orangtua, tiba-tiba emosi memuncak. Marah, kesal, kecewa. Tanpa disadari , kita melontarkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar . Bahkan, akan menyakitkan bagi lawan bicara kita.

Ketika emosi sedang memuncak, jantung kita mungkin berpacu cepat, tekanan darah naik, kita harus berdiam diri. Menghela nafas panjang (meditasi ringan).

Setelah berdiam diri, kondisi emosi lebih stabil. Kita dapat merespons dengan ucapkan kata-kata yang jauh lebih baik ketimbang ketika kita masih dalam kondisi marah, sedih, kecewa, frustrasi.

2. Judging

Sering kita menilai perilaku atau pandangan orang lain tanpa empati. Tanpa mengetahui apa latar belakang seseorang yang kita baru kenal, langsung saja kita melakukan serangan dengan kata-kata yang kasar. Contohnya: "Kamu kok tidak bisa datang tepat waktu. Ini 'kan pertemuan formal". 

Faktanya, orang yang baru kita kenal itu memang sudah berusaha datang tepat waktu. Sayangnya, tiba-tiba saat akan berangkat, anaknya harus masuk rumah sakit karena sakit perut yang luar biasa. Jadi dia harus mengantarkan anaknya dulu ke rumah sakit.

Kata-kata yang sering terlontar tanpa empati:

1. "Kamu tidak pernah memperhatikan."

2. "Kamu hanya memikirkan pekerjaan dan tidak memikirkan saya."

3. "Kamu berpikiran sempit".

3. Bahasa lisan menunjukkan kualitas dirimu

Kualitas integritas seseorang bukan dilihat dari panjang gelar atau tinggi sosial ekonomi. Kualitas seseorang terletak pada perkataan yang sering diucapkan. Mulut yang jadi alat untuk pengucapan jadi titik dasar pengendalian apa yang akan diucapkan.

Berbicara perlu pemikiran, emosi yang seimbang, juga kepada siapa kita berbicara. Jika ingin mengklarifikasi hal-hal yang sangat penting , krusial dari suatu pekerjaan atau relasi suami-istri, sebaiknya berbicara dengan tertutup di dalam suatu ruangan dengan suasana kepala yang dingin.

4. Penggunaan i-statement

Dalam komunikasi verbal, ada cara komunikasi yang efektif saat kita ingin menyelesaikan sesuatu dalam kondisi yang kesal, marah, frustrasi.

Contoh situasi yang mengesalkan, ketika seorang ibu minta kepada anak perempuannya agar mengembalikan gunting yang dipinjam itu di tempat dimana si Ibu menyimpan. Namun, anak tak pernah mengindahkannya. Terjadilah kekesalan.

Sebelum melontarkan kata-kata yang kesal atau penuh emosi, kita perlu belajar untuk komunikasi yang baik dengan "i-statement".

Contoh:

1. Saya merasa kecewa karena kamu tidak mengembalikan gunting yang kamu pinjam di tempat yang seharusnya.

2. Saya merasa diabaikan saat kamu tidak menjawab teleponku.

3. Saya marah karena saya berharap kamu melakukannya.

i-statement menempatkan diri dan perasaan kita . Tanpa emosional, tanpa judging, kita bisa berbicara terbuka kondisi kita sehingga lawan bicara tidak merasa dipersalahkan. i-statement menjembatani perasaan kita dan lawan bicara sehingga dia paham keadaan dan kondisi emosi kita.

Belajar untuk melakukan praktek di atas sebelum perkataan kasar atau yang menyakiti ke luar adalah solusi yang baik agar hindari "Mulutmu harimaumu".

Semoga mulut kita jadi penyejuk hati bukan jadi harimaumu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun