Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gelisah dengan Budaya Toksik Perusahaan

6 Agustus 2022   14:39 Diperbarui: 7 Agustus 2022   12:43 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lingkungan kerja toksik (Sumber gambar dari parapuan.co)

Melihat tindakannya, banyak karyawan dan eksekutif yang langsung minta berhenti, Uber menderita kerugian besar atas tindakan semua ini.

Budaya difungsional

Di setiap perusahaan pasti punya visi dan misi yang bagus sekali. Tetapi dalam prakteknya, apakah visi yang indah itu bisa dijalankan sesuai yang tertulis?  

Ternyata banyak budaya difungsional dalam berbagai bentuk dipraktekkan. Adanya perundungan, koalisi tak sehat, hingga praktek ketidakjujuran baik dikerjakan secara nyata maupun virtual.

Atasan sering jadi contoh atau teladan. Jika atasan tidak melakukan yang baik maka siapa pun dengan level apa pun akan melakukan budaya difungsional.

Secara nyata perusahaan difungsional adalah perusahaan yang berkinerja tinggi dan bergengsi dan bangga dengan budaya bekerja tidak kenal waktu.   Hal ini justru membangun budaya toksik bagi karyawan karena memeras waktunya.

Penciptaan budaya toksik dapat terjadi jika perusahaan membangun kinerja berdasarkan "suku", "ras", "tangan kanan" bukan atas dasar prestasi. Apalagi jika perusahaan tidak menyukai orang-orang yang suka mengkritik kebijakan yang tidak benar. Mereka ingin menyingkirkan orang tersebut, sebaliknya menyukai orang yang memuja atasan walaupun tindakannya salah.

Perusahaan yang ideal

Seringkali ketika masuk kerja hari pertama, kita sudah dapat melihat secara kasat mata, seperti apa budaya perusahaan yang dibangun. 

Memang setiap perusahaan bangun kultur yang tidak sampai toksik, tetapi semua generasi milenial dan generasi Z sangat kritis untuk melihat nilai yang dianut di tempat kerja.

Kita dapat menguji nilai yang dianut perusahaan saat praktek dalam kerja di perusahaan, apakah ada sesuatu yang membuat takut bagi karyawan untuk terbuka.

Salah satu cara untuk menghilangkan budaya toksik adalah memperkuat komunikasi organisasi. Suatu sistem "whistleblowing" dengan menjamin anonimitas atau masukan kepada manajemen tentang atasan atau perusahaan.

Biasanya dalam "performance review" ada usulan atau gagasan yang ingin disampaikan tentang perbaikan yang dapat dilakukan untuk perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun