Setelah doa sebelum magrib, Â Yadi mendengar azan Magrib, lalu dia membaca basmalah dan mulailah dia menyalahkan video call.
Terdengar suara Gianto, "Assalamualaikum Warahmatullahi  wabarakatuhuhm,  selamat sore, bagaimana kabarnya Ayah & Ibu?"
Dengan wajah yang sumringah (senang), ayah dan ibunya menjawab : Â "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh".
Mereka pun saling menujukkan menu buka puasa yang sudah disiapkan dari sore hari.
Sambil berbincang-bincang tentang kondisi adik dan kakaknya, Yadi pun bercerita seputar kehidupan ramadan di ibukota.
Walaupun tidak dapat bersalaman, menyentuh fisik sekali pun, tapi hati dan jiwanya sudah terhibur dengan  bukber virtual.
Cerita Bukber Virtual yang Unik
Berbeda dengan Yadi  dan Gianto, Tomo pun senasib sama dengan Yadi dan Gianto, tak bisa pulang karena urusan pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan.
Tomo  pun tak ingin kesepian menjalankan bukber sendirian.  Meskipun dia tak bisa datang ke restoran A, B, C, tapi dia minta teman-temannya ngumpul , saling kirim makanan dulu. Misalnya si A kirim makanan ke B, si C kirim makanan ke A , si B kirim makanan ke C.  Kirim makanan yang mereka sangat sukai.  Makanannya boleh dimasak sendiri atau dibeli.
Jika makanan dibungkus, maka tidak boleh dibuka menungga sampai waktu berbuka. Â Tujuannya agar "surprise".
Selesai makan, mereka ngobrol dan bisa main game bersama secara virtual. Â Pada akhir pertemuan, mereka saling berfoto bersama. Â Seru dan melepaskan kerinduan .
Memang bukber virtual itu berbeda dengan bukber secara fisik.  Tapi bukan berarti kita harus merasa kesepian hingga sakit mental.  Kita perlu melepaskan perasaan happy,  rindu, dan nyaman dengan teman-teman sambil ngobrol tanpa harus pergi ke luar,  tempat resto.