Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Didiklah Anak Belajar dari Kegagalan Ketimbang Jadi Sukses

14 Juli 2020   19:09 Diperbarui: 14 Juli 2020   19:06 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifstyle Kompas.com

Salah kaprah:

Mindset orangtua dari zaman ke zaman belum ada perubahan paradigma.  Mendidik anak untuk jadi orang pintar. atau sukses. Pengertian pintar adalah anak dapat menyelesaikan studinya di sekolah dengan angka yang hebat (cum laude) atau ranking  di sekolah bergengsi.   Ketika selesai sekolah, bekerja di perusahaan yang terkemuka .   Apakah semua  ini sudah  cukup?

Tidak, ada peristiwa yang sangat menggugah saya untuk mempertanyakan kembali apakah paradigma orangtua mendidik anak cukup sukses ketika anak sudah berhasil sekolah dan pekerjaannya.

Contoh kasus:

Seorang anak  lelaki kecil yang pintar.   Dia selalu memperoleh angka 100% di bidang science. Lalu dia diterima di sekolah bergengsi di  IIT Madras dan memperolah nilai tinggi di IIT. Dia melanjutkan pendidikannya MBA di Univesitas of California.

Dia memperoleh gaji tinggi  di Amerika Serikat dan tinggal di sana. Dia menikah seorang gadis Tamil yang cantik.   Dia juga beli rumah besar dengan 5 kamar dan sedan mahal.

Segala materi telah dimilikinya. Tapi beberapa bulan kemudian terdengar bahwa dia  bunuh diri setelah lebih dulu menembak istri dan anak-anaknya.

Apa yang terjadi?

Sebuah peristiwa yang dianggap besar oleh kalangan selebritas dan terlebih para akademisi dari bidang psikologi. Klinik psikologi,   California Institute of Clinical Psychology mengkaji peristiwa ini dengan teliti. Mereka menemui /menginterview teman, keluarga dan orangtuanya.  Ditengarai  penyebab stres itu karena dia kehilangan pekerjaan saat krisis Ekonomi AS dan terpaksa mengganggur  dalam jangka waktu panjang.

Uang sudah habis, pekerjaan yang memadai tidak didapatkannya. Bahkan, ia harus melunasi cicilan /angsuran kredit rumah dan mobilnya. Putus asa melanda dirinya. Ia pun nekad untuk membunuh istri dan anak-anaknya.

Dari kajian studi itu diambil kesimpulan  bahwa anak ini diprogram oleh orangtuanya untuk "KEsuksesan"  tetapi tidak dilatih atau dipersiapkan oleh orangtuanya untuk kegagalan.

Falsafah sukses:

Ketika orang mencapai kesuksesan, orang juga harus bisa menerima "kegagalan atau kehilangan segala-galanya". Cara terbaik agar orang tidak jatuh dalam kegagalan  adalah latihan menghadapi kegagalan.  Umumnya yang dapat melakukan pelatihan itu adalah orangtua itu sendiri.

Belajar berlatih gagal:

Dalam proses belajar dalam kehidupan,  anak bisa belajar kegagalan saat dimana dia tidak selalu jadi juara kelas, saat dia gagal naik kelas, saat dia tak bisa diterima di sekolah yang diinginkan, tidak bisa diterima di bidang yang diinginkan.  Berbagai macam kegagalan dihadapi itu bukan berarti dia gagal dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun