Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Darurat Sampah Plastik

30 Januari 2019   15:09 Diperbarui: 1 Februari 2019   19:08 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
greeneration foundation.com

twitter.com
twitter.com
Tentunya tidak, karena itu manusia harus mengubah perilakunya dalam penggunaan wadah plastik, semua serba plastik dan ingatk bahwa kita semua baik secara individu maupun secara kelompok bertanggung jawab atas kerusakan bumi dan berdampak pada kita semua.

Tanggung jawab pribadi:

Setiap manusia dikaruniai dengan pola pikir dan kebiasaan yang baik. Kebiasaan baik itu seharusnya dilakukan dengan kesadaran penuh. Dulu kita gampang sekali menggunakan plastik. Sekarang kita harus diet plastik. Mulai dari rumah kita sendiri, tidak gunakan kantong plastik setiap belanja.   Memang kita sudah menggunakan tas belanja, tetapi seringkali barang yang dibeli terutama di pasar tradisional masih menggunakan plastik sebagai pembungkusnya.  Oleh karena itu usahakan tidak usah dibungkus dengan plastik.  

Jika ingin beli daging, ayam, ikan, siapkan tempat yang dibawa dari rumah. Untuk anak-anak siapkan makanan dan minuman yang sudah terbuat dari wadah, untuk minuman pakailah tumbler, jika ingin menambah minuman isilah tumbler yang dibawa dari rumah. Tidak lagi menggunakan sedotan plastik, menggantinya dengan sedotan dari kayu.

Sampah itu berasal dari rumah tangga. Untuk itu ada kesadaran bersama guna mengelola sampah di lokasi masing-masing dengan mengurangi sampah yang dibuang ke pembuangan akhir, termasuk yang dibuang tak resmi ke selokan, sungai dan sembarang tempat.

Ada satu percontohanan yang baik di Kota Bogor, sebuah tempat pembuangan sampah (TPS) 3R yang melayani 10.000 keluarga telah terbiasa memilah dan mempraktekan pemilahan dari rumah masing-masing. Ada bank sampah sebanyak 330 unit. TPS 3R itu adalah pembuatan sarana dan prasarana yang dikembangkan atas bantuan Kementrian PUPR. Banyak kendala karena masyarakat menolak karena merasa tempat pembuangan sampah harus jauh dari pemukiman.

Sementara masalahnya  sampah jika diolah di rumah masing-masing maka limbah yang tersisa itu hanya sedikit saja. Justru masalah sebenarnya ada di mindset dan pola pikir dan perilaku warga yang  mengatakan bahwa masalah sampah adalah masalah pemerintah.

Itulah yang akan terjadi bahwa akhirnya TPA (tempat pembuangan akhir) penuh dengan residu sampah dapur yang sudah tidak dapat diolah lagi. Akhirnya menumpuk bahkan sampah elektronik dan puing-puing apa pun dijadikan sampah.

Tanggung jawab Produsen:

kkp.go.id
kkp.go.id
Produsen punya andil dalam pengurangan sampah plastik. Produsen punya kemampuan untuk mendesign ulang atau recyle atau mendaur ulang semua barang-barang yang tak berguna atau second hand. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberikan kewajibakn kepada produsen untuk mendaur ulang produknya. Hal ini sebenarnya sudah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2018 tentang pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan sejenisnya.

Sampah yang harus dikurangi:

  1. Kantong plastik, styrofoam, mikroplastik: dibatasi secara bertahap dimulai dari kantong kresek
  2. Botol, gelas, mika, stoples:  didaur ulang
  3. Barang elektronik dan peralatan rumah tangga: didaur ulang untuk digunakan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun